Jadi yang lebih tua, bukan berarti harus pandai mengalah. Jadi yang lebih tua bukan berarti harus pandai memimpin. Terkadang, yang lebih tua pun ingin menjadi satu-satunya yang disayang, menjadi satu-satunya yang dimanja tanpa harus mengalah.
Tapi, sekali lagi suara lembut yang tak berupa bertanya, bahagia kah? bertahan lama kah? seolah tak mengijinkan setiap kita memilih takdir sendiri.
Namun itulah yang seharusnya, rasa tak pernah puas tak akan hilang. Bahkan, posisi sebagai yang lebih tua membuat Renjun terkadang sadar, dengan keberadaanya yang terbatas itulah ia dapat mengenal dirinya yang haruslah membatasi diri.
Kala itu, Renjun kecil begitu suka memandangi salah satu dari adik kembar tiganya. Wajahnya nampak tenang dan damai. Setiap kali melihatnya Renjun seolah melihat seseorang disana, ibunya.
Begitu persis dari bulu mata yang melengkung keatas, rahang tirus yang kecil, hidung mancung lancip dan kulit putih serta bibir pink kemerahan.
"Eomma, kenapa punya adik bayi, eoh?" wajah yang dikaguminya itu ternyata terdorong bukan karena perasaan bersemangat. Satu-satunya pendorong kekagumannya adalah rasa iri.
Posisi nya sebagai seorang yang dulunya digantikan oleh tiga bayi sekaligus. Apalagi yang paling kecil, Jaemin. Sejak lahir, kemiripannya dengan sang ibu membuat mungkin perhatian ibu sedikit lebih banyak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ----
"Renjun, mengalah dulu sama adiknya."
"Tapi, ini kan tadi dikasi Mark Hyung buat Renjun." Renjun menatap sinis Jaemin yang menggunakan keuntungan tangisannya untuk mendapatkan kepingan coklat dari tangan Renjun.
"Nanti kan bisa beli lagi."
"Nanti, nanti aja terus. Ujung-ujungnya juga enggak jadi."
-----
"Injun hyung."
"Renjun, Jaemin."
"Injunnn!"
"Renjun."
"Injon!"
Baru saja lagi akan membalas, sekeblat suara dari luar ruangan menghentikan gerakan mulut Renjun, "Renjun, adiknya jangan di ganggu. Ngalah."
-----
"Jaeminn!! Ini tugas Hyung kenapa di coret-coret!!"
"Kenapa Renjun??" Mark langsung menghampiri Renjun yang sedikit berteriak dari dalam kamarnya.
"Jaemin mencoret-coret tugasku."
Mark menghampiri Renjun yang sudah setengah menangis, dilihatnya Jaemin tengah menunduk dan menangis lebih dulu karena bentakan sang kakak.
"Nanti Hyung bantu kerjakan." Ujar Mark sembari menggendong Jaemin untuk membawanya keluar dari kamar Renjun.
"Kenapa Jaemin gak ditegur sih Hyung?!"
"Kan tadi sudah kamu marahin...."
"Tapi kan dia nakal!"
"Terus kamu mau bagaimana? Mau dia yang kerjain tugas kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby of baby | Jisung park
FanfictionEnd. Cerita pendek keseharian baby Jisung bersama ke-6 Hyungnya. ◇ One shoot, Two shoots, Three shoots tergantung cerita ◇ Pembaca dapat merekomendasikan jalan cerita. ◇ Konflik ringan sebagai selingan.