Setelah menghubungi Bagas, aku pun keluar dari mobil. Aku berjalan sembari mengendap-ngendap supaya tidak ketahuan oleh empat preman tersebut. Terlihat Kenzo membawa Alesha ke sebuah ruangan, aku pun mengikutinya.
Tubuh Alesha didorong begitu keras sampai gadis itu terjatuh dan menangis. Tangan kananku mengepal kuat. Kemudian Kenzo mendekati Alesha, lalu dia memegang pipi Alesha, namun langsung ditepis olehnya.
"Don't touch me!" ucap Alesha dengan raut wajah ketakutan.
"I want you, now!" balas Kenzo sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Alesha.
Tepat ketika Kenzo hendak mencium bibir Alesha, tanpa membuang waktu aku langsung menarik tubuh Kenzo dan menghajar wajahnya yang tepat berada di depan wajahnya. Kenzo seketika terjatuh sambil memegangi hidungnya yang berdarah.
"Jangan pernah sentuh Alesha!" tegasku sembari menatap tajam ke arahnya.
"Oh, jadi ini cowok yang disukai Alesha?" Kenzo menyunggingkan bibirnya.
"Saya nggak mau basa-basi, langsung aja mau anda apa?" tanyaku sembari menatap tajam ke arahnya.
"Gue mau suruh Alesha nikah sama gue!" Kenzo berkata tegas.
"No! I don't want to marry you!" balas Alesha tidak kalah tegas.
Kenzo membalikkan badannya, kemudian dia meremas kedua pipi Alesha. "Lo harus jadi istri gue!"
Dengan penuh emosi aku menarik kerah baju Kenzo. "Jangan macam-macam sama calon istri saya!"
Kenzo menepis tanganku, kemudian tersenyum. "Gue nggak akan macam-macam, kalau sekarang lo kasih Alesha buat gue!"
"Nggak akan pernah!" ucapku dengan tegas.
"Irvan, Yono, Deni, Andi, habisi dia!" ucap Kenzo memerintahkan keempat preman tersebut.
Keempat preman yang dipanggil Kenzo pun mendekatiku. Posisi mereka melingkari tubuhku.
"Lo berani sama gue?" ucap salah satu preman tersebut yang bernama Irvan.
"Siapa takut," balasku tak mau kalah.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menghajar wajah Irvan yang tepat berada di depan wajahku. Irvan seketika terjatuh sambil memegangi sudut bibirnya yang berdarah.
Aku merasa seseorang dari belakang hendak memukulku, lantas aku melakukan tindakan menghindar membuat preman yang bernama Deni mengumpat marah. Aku pun tersenyum sinis melihat pukulan yang diberikan Deni melesat.
"Brengsek!" Deni kembali maju hendak menghajarku. Namun, aku sudah menendang perut Deni terlebih dahulu, sehingga membuat Deni terjatuh sambil memegangi perutnya yang sakit. Tendangan dariku yang cukup keras membuat Deni meringis kesakitan. Lagi-lagi aku pun melihat Deni terjatuh.
Setelah Irvan dan Deni terjatuh, kini dua preman yang bernama Yono dan Andi menyerangku. Lantasa aku pun melawan keduanya. Ketika aku hendak memukul wajah Yono, dengan cepat Andi menonjok perutku. Lalu Yono memukul wajahku sampai ujung bibirku berdarah. Namun aku tidak mau kalah, aku pun bangkit dan langsung memukuli wajah Yono sampai jatuh tersungkur.
Melihat Yono terjatuh, Andi membalas menendang perutku dengan keras sehingga membuatku terjatuh. Kemudian dia memukuliku dengan penuh emosi.
"Mati Lo!" ucap Andi penuh emosi sembari memukul wajahku.
Alesha terus berteriak memanggil namaku sembari menangis. Dengan sekuat tenaga, aku pun bangkit dan membalas memukul wajah Andi, lalu menendang perutnya sampai terjatuh.
Kini pandanganku tertuju kepada Kenzo yang meremas kedua pipi Alesha sembari memegang sebuah pistol yang dia dekatkan dengan pelipis Alesha. Aku tidak menghiraukan wajahku yang sudah babak belur, dan tubuh yang terasa lelah, ingin rasanya aku memukul Kenzo.
"Kenzo! Lepaskan Alesha! jangan ganggu dia!" Aku berkata tegas sembari mengepalkan kedua tanganku. Akan tetapi Kenzo hanya membalasku dengan senyuman.
Kenzo tersenyum sinis. "Kalau lo nggak suruh Alesha nikah sama gue, pistol ini akan membunuhnya!"
Alesha menggelengkan kepalanya. Dengan sekuat tenaga aku berjalan menghampiri Kenzo hendak memukulnya. Ketika tangan kananku hendak memukul wajahnya, tiba-tiba...
Kenzo menembakkan pistol tersebut ke arahku, sehingga peluru tersebut menembus dadaku. Aku langsung jatuh tersungkur sembari memegang dadaku yang berlumur darah. Kini aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Air mataku mengalir membasahi pipi menahan rasa sakit.
"HAFIZ!!"
Telingaku masih mendengar suara Alesha yang berteriak memanggil namaku sembari menangis. Aku merasa Alesha menghampiriku, aku melihat wajahnya dengan remang-remang. Dia terlihat menangis.
"Hafiz! Please, jangan tinggalin aku! Hiks... Hikss...." Begitulah perkataan Alesha yang kudengar.
Dengan mata remang-remang melihatnya dan sekuat tenaga menahan rasa sakit, aku hanya mampu berucap. "La.. tah.. zan ..Sha, a..ana... uhibbuki... fillah...."
"I love you more than you know, Hafiz, I love you because Allah. Please Hafiz, bertahan! Jangan pergi! Hiks... Hiks...."
Dadaku semakin sakit, bahkan rasa sakit ini menjalar keseluruh tubuhku dan nafasku seakan berhenti. Dan aku mampu berucap,"La..illaha...illallah.. muhammadar... rasulullah..."
Setelah mengatakan itu wajah Alesha tidak terlihat lagi dan semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.
END
📝Nur Hoiriah
🗒Jakarta, 11 Januari 2022APA LANJUT???
VOTE DAN KOMENTAR KALIAN SANGAT BERARTI BUAT AKU.
SO, JANGAN JADI READER SILENT
KALAU MISAL BANYAK YANG ANTUSIAS SAMA CERITA HAFIZ INI AKAN AKU LANJUT.
TAPI KALAU RESPONNYA B AJA. END SAMPAI SINI AJA🙏
TERIMA KASIH SUDAH BACA KISAH HAFIZ
JANGAN LUPA BACA Al-QURAN🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Cinta
SpiritualSpin Off Takdirku Kamu | Lapaknya Hafiz | Romance - Spiritual | CERITA LENGKAP Tasbih cintaku takan pernah usai. Puisi cintaku kepada sang pencipta pun, takkan pernah padam. Terimakasih gadis bermata biru, tasbih ini akan selalu ku jaga. -Muhammad...
Chapter 25
Mulai dari awal