Bab 17 Guling Bernyawa

3.9K 506 251
                                    

Mohon maaf, update ulang. Yang tadi sempat kepotong soalnya..

Happy Reading 🤍

🍁🍁🍁

Seolah tak terganggu dinginnya malam salah satu kamar santri putri terdengar riuh, suara krasak krusuk salah satu santri sampai membangunkan seisi kamar.

"Rin, beneran Hasna kabur lagi?" tanya Kenanga dengan mata sipit khas bangun tidur. Rindu yang sudah bangun terlebih dahulu langsung mengangguk mantap.

"Kurang tahu juga sih, tapi Hasna gak balik-balik lagi sejak tadi. Bilangnya cuma mau pergi ke toilet." Bulan menyambung.

"Terus sekarang kita gimana?" bingung Rindu. "Apa kita lapor keamanan aja? Rindu khawatir sama kak Hasna."

"Iya, aku juga. Tapi, aku takut."

"Yaudah biar aku saja." Kenanga bangun dan menghidupkan lampu di kamarnya. "Dengan begini keamanan akan datang menanyakan kenapa kita tidak tidur."

Seperti dugaan tak lama kemudian salah seorang petugas keamanan mengetuk pintu dan bertanya, "kenapa kalian tidak tidur?"

"I-itu, ukhti. Hasna, Hasna...." Bulan semakin gugup menatap mata tajam anggota keamanan itu.

"Kenapa Hasna, buat ulah lagi?!"

"Ehmm, Hasna hilang gak tau kemana, Ukh," lanjut Kenanga.

"Sudah kuduga. Tapi, dia tidak mungkin hilang, pasti hanya kabur seperti biasanya. Baiklah, kami akan mencarinya dan kalian bisa kembali tidur," ucapnya lalu pergi dari kamar itu begitu saja.

***

Tak butuh waktu lama, kabar hilangnya Hasna sudah sampai ke telinga Gus Irham dan kini lelaki itu ikut menyusuri setiap sudut pesantren untuk menemukan secret wife-nya itu. Jujur saja, Irham benar-benar khawatir padanya. Sebab beberapa hari ini gadis itu jarang sekali bicara, tidak seperti Hasna pertama kali bertemu. Ditambah kabar dari penjaga kantin jika Hasna jarang sekali mengambil jatah makannya.

Bahkan saat Irham jahili, gadis itu hanya akan menjawab dengan sangat ketus. Ia masih marah karena dilarang membawa handphone ke pesantren.

"Bagaimana? Sudah ketemu?" tanya Irham pada salah satu petugas.

"Tidak, Gus. Kami sudah berkeliling sampai ke luar gerbang." jawabnya. Petugas ikhwan dan akhwat kini bekerja sama untuk menemukan gadis pembuat ulah itu.

"Kalau begitu cari lagi."

"Baik, Gus."

Gus Irham berjalan lagi, kali ini ke area sekolah Hasna. Memeriksa beberapa ruangan, namun tak menemukan apapun. Gedung MA dua lantai tersebut tampak sepi.

Saat ia berjalan melewati tangga, tanpa sengaja kakinya menginjak pulpen biru dengan karakter BTS. Ketika ia ambil ternyata benda itu benar milik Hasna. Terlihat jelas dari nama yang dililitkan mengunakan kertas dan solasi bening pada badan pena. Hampir semua alat tulis Hasna di kasih nama. Katanya, 'kalau tidak dinamai selalu hilang dighazab tangan-tangan ghaib' Irham tersenyum mengingat perkataan istrinya itu.

Dengan cepat Irham menaiki tangga, berharap Hasna ada di lantai dua. Namun rupanya tidak ada siapapun di sana. Ia kembali turun, menyusuri lorong sepi yang tampak menakutkan.

Tak lama dari itu terdengar suara isak tangis dari salah satu bangunan. Sungguh, Irham tidak takut pada hantu. Tapi, mendengar suara itu di tengah malam, sendirian, membuat bulu kuduknya merinding.

Bohong, jangankan merinding Irham justru penasaran akan suara yang semakin terdengar jelas dari musholla milik sekolah. Perlahan ia mendekati tempat tersebut.

Pangeran Pesantren [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang