Chapter 20

3.4K 211 8
                                    

Lagunya pas banget buat curahan hati Kevlar 🤭🤭🤭

**************

Dua minggu kemudian

"Jovita, elo dipanggil Pak Gerald ke ruangan meeting di lantai 10." tepukan rekan kerja Jovita di bahunya membuat Jovita mengangkat wajahnya dengan tatapan bingung.

"Buat apa? Kayaknya semua berkas dan draft kontrak yang diminta dah aku selesain." Jovita mengetuk meja kerjanya dengan jemarinya, tampak bingung

"Mana aku tau, mungkin ada yang perlu direvisi lagi kali, udah sana cepat."

"Oke...." Jovita meng log out user dari laptopnya dan segera berjalan menuju ke arah lift, menekan tombol naik dan segera saat lift terbuka, Jovita segera masuk ke dalam lift. Karena lift dalam keadaan setengah penuh, dan lift berhenti di setiap lantai, butuh beberapa menit hingga lift tiba di lantai 10

Jovita melangkahkan kakinya hingga tiba di depan pintu ruang meeting. Dengan pelan, ia mengetuk pintu ruangan meeting sebelum suara bariton samar dari balik pintu menyuruhnya masuk.

Jovita membuka pintu dan melangkah masuk. Keningnya berkerut, ruangan meeting yang besar itu tampak kosong dan hanya ada sosok Gerald yang sedang duduk di ujung meja, menatapnya tajam.

"Kemari dan duduklah. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan." Gerald menunjuk kursi yang berada di seberang mejanya.

Jovita berjalan menghampiri kursi itu, perlahan menariknya dan duduk tanpa suara.

"Apa ada yang salah dengan draft kontraknya, pak?" Jovita bertanya dengan hati hati, menatap Gerald, mencoba berpikir draft mana yang tidak sesuai dengan keinginan atasannya.

"Tidak ada masalah. Draft oke, perjanjian kerja juga oke."

"Lalu, ada masalah apa sampai bapak manggil saya?"

"Bagaimana kondisi Denada?" Gerald menghela nafas panjang.

"Denada?" Jovita mengerutkan keningnya, tampak bingung dengan arah pembicaraan Gerald.

"Denada temanmu, kan? Anak divisi creative."

"Iya benar, Denada teman saya, pak dan dia baik baik saja. Hm, ini ada apa ya?" Jovita tampak bingung, belum bisa menebak arah pembicaraan Gerald.

"Dalam dua minggu terakhir ini?"

"Baik baik saja, pak." Jovita kembali mengerutkan keningnya

"Syukurlah dia baik baik saja setelah putus." Gerald mendesah pelan

"Putus? What? Wait.. Wait.. Jangan bilang pak Gerald ini mantan Denada ya?" Jovita menatap Gerald, shock. Tangannya secara refleks terangkat dan menutup mulutnya.

"Dia gak cerita apa apa?" Gerald menatap Jovita "Katanya kalian berteman dekat sejak kecil."

"Dia cerita sekilas doang, dia putus karena jurang perbedaan, tapi gak nyebut nama.... " Jovita menatap Gerald tajam.

"Jurang perbedaan.... " Gerald bergumam pelan, menghela nafas.

"Jadi yang beliin Nada apartment tuh, juga bapak? "

Wow berapa gaji tangan kanan CEO?

"Bukan.. Bukan saya.... " Gerald menggeleng "Saya manggil kamu buat nanya nanya soal Denada, pengen tahu latar belakangnya aja."

DESTINY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang