16 - Kecupan

Mulai dari awal
                                    

Ia kembali menatap Alfred, tetapi dengan senyum jahil yang mengembang. "Itu rahasia~"

Ellie tertawa melihat raut Alfred yang berubah. Ia langsung berlari menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya dengan dada yang entah sejak kapan bergemuruh.

"Menyebalkan," gumam Alfred menggeleng-gelengkan kepala.

*****

Dua Minggu masa libur sudah berlalu. Kini waktunya semua murid SMA UNIVER'S kembali bersekolah seperti biasa. Banyak yang senang karena bisa bertemu dengan teman-temannya setelah lama tidak bertemu, ada juga yang malas karena merasa kurang dengan jangka waktu libur yang diberikan.

"Ellie!" teriak Silva dari arah gerbang. Ellie yang baru saja turun dari mobil bersupirkan Alfred itu langsung menghampiri Silva. 

"Hei, Nona! Apa kau tidak mau berpamitan dulu denganku?" Alfred berseru, pria itu keluar dari mobil. Seketika banyak atensi mata yang menyorotnya. Kebanyakan dari mereka memekik tertahan melihat betapa tampan dan gagahnya pria dengan stelan kemeja hitam itu.

Langkah Silva dan Ellie yang hendak memasukki gerbang langsung terhenti. Silva lebih dulu menoleh, gadis itu langsung cengo menatap wajah Alfred.

"O-omaygat, Ell! Ada bule kesasar!" pekik gadis itu, heboh. Silva memang pecinta kaum tampan. Sekali ada cowok yang memiliki ketampanan di atas rata-rata, gadis itu akan bereaksi berlebihan.

Ellie memutar bola matanya jengah. Ia pun beralih menatap Alfred. "Ada apa?"

"Kau belum berpamitan padaku."

"Memang kamu siapaku?"

Alfred berdecak. "Kau menyebalkan, Nona." Tanpa permisi, Alfred mengecup kening Ellie di depan banyak pasang mata. Terutama Silva yang sudah memekik dan mengipas-ngipasi lehernya yang terasa panas.

BRUM!

BRUM!

Suara rombongan motor seketika membuat orang-orang yang tadi fokus ke Ellie dan Alfred kini mengalihkan atensinya ke arah rombongan itu. Mereka melebarkan mata saat melihat si pengendara motor Harley Davidson paling depan seolah memimpin rombongan di belakangnya.

"ITU BUKANNYA KAK BRATA?!"

"Dia balik?! Aaaa kak Brata i miss you!"

"Brata astaga, masih tetep gagah sumpah!"

"Pake helm aja keliatan ganteng, meleyot eneng, Bang!"

"Brata, ya ampun. Akhirnya lo selesai bertapa di goa!"

"Woi, siapa yang punya obat anti meleyot? Spill! Kaki gue lemes. Tangan gue tremor. Jantung gue diskoan. Mata gue berkunang-kunang. Help!"

Ellie langsung mendorong badan Alfred mendengar suara heboh para teman-teman sekolahnya. Gadis itu menoleh ke belakang, tepat di mana motor Harley Davidson akan melintas memasukki gerbang. Ellie menatap si pengendara paling depan. Pandangan keduanya seketika bertemu, tetapi mata coklat di sela-sela kaca helm yang terbuka dan slayer merah yang menutup hidung dan mulut itu seperti menatap tajam pada Ellie sebelum akhirnya si pengendara tertelan pintu gerbang.

"Ellie! Gue masuk dulu, bye! Mau ketemu kak Brata!" Silva langsung berlari masuk setelah melambaikan tangan ke arah Ellie.

"Brata?" gumam Ellie. Alfred menelengkan kepalanya guna menatap Ellie dari samping.

"Nona?"

Ellie tersentak. Ia menatap Alfred dan mendengkus. "Apa lagi? Pulang sana!" usir gadis itu yang sudah kesal karena perbuatan Alfred beberapa menit yang lalu.

"Tap---"

"Pulang! Aku mau masuk." Ellie langsung memasukki gerbang dengan langkah gontai. Dirinya dongkol pada Alfred. Dia dan Alfred memang sangat dekat, bahkan Ellie sudah menganggap Alfred kakaknya. Di Amerika memang Alfred sering mengecup Ellie, hanya di kening dan di pipi. Ellie tidak akan memperbolehkan pria itu melakukan hal lebih padanya. Apalagi Tama, pria itu akan mengancam mati Alfred jika  melakukan hal macam-macam pada Ellie.

Alfred menatap kepergian Ellie sekejap, hingga punggung gadis itu menghilang dari pandangannya. Ia pun memilih masuk ke mobil untuk pulang ke rumah Ellie.

******

Brata yang baru saja memarkirkan motornya dan membuka helm, melirik seseorang yang baru saja memasukki gerbang sekolah. Cowok itu tak mengidahkan banyak siswi yang heboh karena kembalinya ia bersekolah. Atensi Brata hanya terfokus pada Ellie yang sama sekali tidak peduli dengan kehebohan teman-temannya.

Brata menggeram. Baru kembali masuk sekolah dirinya sudah dihadapkan pemandangan yang tidak mengenakkan hati. Selama ini Brata menahan untuk tidak marah akibat Ellie menyukai Ravin, tetapi melihat seseorang dengan lancangnya mengecup kening Ellie membuat hati cowok itu mendidih.

"Woi, Ta! Masih pagi jangan kesambet lo," celetuk Ares sembari menata rambutnya di depan kaca spion.

"Tau. Mending lo sapa noh buaya-buaya cewek yang udah kecacingan karena lo," timpal Rudy.

Brata tak menyahut. Cowok itu bangkit dari atas motor dan menggendong ransel hitamnya di sebelah bahu. Jaket dengan lambang serigala ZELVAROS tak ia lepas kecuali nanti saat masuk ke kelas. Ia berjalan cepat seolah tengah mengejar sesuatu sehingga membuat cewek-cewek yang histeris dengan kedatangannya pun mengikuti cowok itu.

"Lah, tuh bocah main pergi aja."

"Udah gak sabar ketemu bu Endut kali?" kata Ares merespon perkataan Ethan.

"Iya juga, Brata kan udah dianggep sebagai suaminya bu Endut," sahut Rudy. Bu Endut yang bernama asli bu Indri---adalah penjual jajanan di kantin yang terkenal dengan kegenitannya pada Brata. Wanita paruh baya bertubuh gendut yang selalu membawa kipas bulu dan bulu mata lentik yang selalu dikedip-kedipkan jika ia melihat Brata yang notabenya cowok tampan di sekolah.

"Gak usah ngawur, Bocah!" seloroh Ethan menempleng kepala Rudy dan Ares. "Udah, turun! Yok, ke kelas!"

"Yok!"

Mereka akhirnya menyusul Brata tanpa Rigel. Jika ditanya Rigel mengapa tidak ada, jawabannya adalah Rigel lebih dulu datang dari pada mereka. Rigel selalu berangkat awal, cowok itu sangat disiplin karena ia bernotabe sebagai ketua OSIS SMA UNIVER'S.

"Heh, Curut. Ngapain lo masuk ke kelas sebelas?" tanya Ethan saat merasa Ares dan Rudy memasukki kelas 11 IPS 1, kelas mereka dulu.

"Lah, ngapa emangnya? Ini kan kelas kita," tanya Ares bingung.

"Lo kan udah kelas dua belas sekarang!" geram Ethan memijat keningnya.

Ares menoleh ke arah Rudy dengan tampang seperti orang bodoh. "Ini serius gue naik kelas, Rud?"

"Mana gue tau. Gue kan ngikut lo," kata Rudy polos, yang sukses membuat Ethan mengelus dada.

"Cepet ikut gue!" Ethan menarik kerah belakang seragam putih milik Ares dan Rudy. Lalu cowok itu menggeret keduanya untuk menaiki tangga menuju kelas 12. Bagai anak kucing dan induknya, Ares dan Rudy hanya menurut dengan Ethan tanpa memberontak.

*****
- to be continue -

♡⃛◟◞♡⃛

BRATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang