Bab 12 Perjanjian

2.7K 664 235
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.
.
Jum'at barokah. Jangan lupa baca Al-kahfi juga ya..

Komen tiap paragraf biar habis ini update lagi. 🤍

Happy Reading 🤍

__________________________________

"Aargh," erang Irham ketika pisau itu berhasil menyayatnya begitu dalam. Daerah mengalir tanpa henti.

"Gus Irham!" teriak Hasna.

Hasna yang sudah melumpuhkan tiga diantaranya langsung menghampiri Gus Irham, sambil menggigit lalu merobek hijabnya. Dengan gerakan cepat ia menendang satu orang yang berniat kembali menyerang suaminya dari belakang. Tunggu, sejak kapan suami? Ah, sudahlah.

Setelah itu Hasna melilitkan robekan hijabnya tepat di telapak tangan kanan Gus Irham yang terluka guna menghentikan darah yang keluar.

Gus Irham menatapnya kagum, kemudian menggeleng cepat. Bodoh sekali dalam situasi seperti ini bisa-bisanya ia terpesona.

"Awas!" kali ini Irham yang membalik tubuh istrinya dan mendaratkan tinju kirinya pada pipi penjahat itu.

Hasna hampir tak bisa menahan tawa ketika Irham mengibas-ngibaskan tangannya kesakitan. Tangan lembut seorang Gus yang kerjanya megang kitab mana bisa hal seperti ini. "Gus, tunggu di mobil saja sana, biar ana yang tangani."

Hah? Irham tidak salah dengar? Jiwa lelakinya direndahkan serendah-rendahnya. Dalam sekali sentakan Irham menarik Hasna dalam dekapannya. "Ning, ucapanmu melukaiku."

Hasna sudah ingin menjawab kalau dirinya bukan ning. Tapi.... "Gus di belakangmu."

Refleks Irham mengangkat tubuh Hasna, membiarkan gadis itu memberikan tendangan bebas. "Waw," kagum Irham.

Lelah bermain-main Hasna mendorong dengan kekuatan penuh motor yang menghadang mobil Irham dan keduanya berlari masuk ke dalam mobil setelah itu tancap gas meski para penjahat itu mencoba menghalanginya.

"SIAL!!"

Umpatan itu masih bisa terdengar oleh Irham maupun Hasna yang sudah berhasil lolos. Mereka bernapas lega.

***

Sesampainya di rumah paman Billy langsung marah besar. Mungkin ini yang almarhum Bian takutkan kenapa ia meminta agar Hasna tetap di pesantren, bisa jadi orang tua Hasna tanpa sengaja berurusan dengan mereka hingga melibatkan Hasna. Tapi, siapa mereka?

"Paman tenang dulu. Belum tentu mereka mau nangkap aku, bisa jadi mereka cuma mau rampok kami." ucap Hasna sembari membalutkan perban di tangan Gus Irham.

"Tidak mungkin, Hasna. Mereka bahkan tidak menyinggung soal uang sama sekali." Gus Irham mengingatkan.

Benar juga. Tapi, apa hubungan mereka dengan orang tuanya.

"Demi kebaikan kamu dan semuanya, Paman mau kamu kembali ke pesantren, Nak."

"Nggak! Sebelum ibu ketemu, aku gak mau balik ke pesantren." Hasna beranjak dari duduknya menuju kamar lalu membanting pintu dengan keras.

"Maafkan kelakuan Hasna, Gus."

"Saya paham. Kalau begitu saya kembali ke rumah Paman dulu. Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam."

"Mas mereka pisah kamar? Kan sudah sah."

"Gak papa. Cuma semalam doang. Besok aku akan paksa Hasna tinggal di rumah kita dulu. Di sini kan banyak orang. Takutnya Gus Irham sungkan."

Pangeran Pesantren [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang