Jauh masa kemudian..
Setelah meletakkan hidangan makan malam di meja, Akira kembali ke dapur untuk mengambil air minum mereka. derap langkah kaki gadis itu kini sudah berbeda dari delapan tahun lalu, langkah lebar dan anggun memang menjadi kenyataan dari bayangan Jres
"Selamat makan" ucap gadis itu seraya duduk di kursinya
"Hm.."
Setelah 8 tahun terlewat, Jressan tak sekalipun melewati pertumbuhan sang gadis kecilnya, rasa cintanya pun semakin membesar hingga sakit rasanya dia menahan. hidup bersama selama itu bagi Jres tentu gampang gampang susah menghadapi perubahan demi perubahan.
"Bagaimana hari pertamamu?" tanya Jres sambil menyuap makanannya, dalam hati dia selalu berdebar mengingat gadis di depannya ini bukanlah anak kecil lagi, dan semakin hari semakin cantik.
"Baik baik saja"
Dan semakin tumbuh remajanya Akira, semakin sulit Jres mencari alasan supaya selalu bisa berbicara dengannya, karna tentu berbeda sekali dengan hubungan mereka yang dulu. Jres pun bukanlah tipikal banyak omong yang membuat percakapan selalu lancar
"Hanya.." ucapan Akira menggantung, begitu juga dengan suapan Jres yang berhenti "hanya apa?" tanyanya
"Hanya tadi Awee mengungkapkan perasaannya padaku" jelas Akira membuat Jressan menarik nafasnya sambil menutup mata
"jauhi dia" titahnya, membuat nafsu makan pria itu diam diam ikut meluruh bersama sendok yang ia letakkan kembali di atas piring.
"Aku sudah berusaha, kak Essan. hanya dia saja yang terus mendekati aku" terang Akira "tolong, jangan buat dia seperti Mike. Awee itu temanku" lanjut gadis itu ketika tak mendapat respon dari Jres
"Kau menyukai temanmu itu?"
Jres menelan air minumnya, mengambil kembali sendok yang sudah luruh, berusaha menyuapkan kembali omellet telur itu"Tidak, tapi Awee berhak mencintai aku"
Jres menatap gadis itu sejenak "oh ya? Kenapa?"
Akira tampak bingung membalas pertanyaan itu, Jres selalu saja berbicara tenang namun menyudutkannya begini
"Awee baik" seloroh Akira cepat membuat Jres terkekeh, "aku tidak?" tanya lelaki yang sedang memakai kaos rumahannya itu
"Kak Essan baik lebih dari apapun, tapi kau adalah kakakku, jelas beda"
"Apa yang membuatnya beda, Akira? aku butuh penjelasan"
Akira kehilangan kata kata setelahnya, dia tak pandai berbicara malah disudutkan begini, dia jadi panik
Melihat Akira masih terdiam, Jres berdiri dari duduknya dan mengusak pelan rambut Akira, "Sudahlah, pikirkan saja oleh adik kecilku ini baik baik. Jika Awee itu baik, maka kau tau aku lebih baik. Maka dari itu, kata baik tidak bisa menjadikan bocah laki laki itu sempurna untuk kamu"
Jres mengecup pelan kening Akira sebelum berlalu pergi
"Carilah dia yang lebih baik dari aku, maka aku akan dengan tenang melepaskanmu"'Hal yang mustahil' batin gadis itu menggerutu
"Aku pacaran sama kak Samuel aja kalo gitu" gumam Akira masih tertangkap jelas di pendengaran sang lelaki yang menyempatkan mengambil ponselnya diruang tamu, Jres terkekeh sinis, "dia lebih bagian mananya dari aku?" gurau pria itu acuh
Akira memutar otak agar tidak kalah lagi
Namun akhirnya dengan pasrah Akira mengangguk, membenarkan ucapan Jres yang duduk di ruang tamu sembari tersenyum kecil padanya yang masih duduk di meja makan, tempat mereka masih terjangkau untuk saling pandang dan bercakap
"Satu hal yang harus kamu tau. Kamu akan bahagia Akira, terlepas itu dengan Awee ataupun Samuel, aku akan menjamin lautan bahagia buatmu"
Akira ikut tersenyum, selalu saja begini, kata kata Jres itu seperti hantaran panas yang nyaman untuk hatinya
"Makasih kak Essan, aku menyayangimu lebih dari nyawaku sendiri"
..
"Gila gue gila!"
Samuel yang baru masuk kedalam ruangan pribadi Jres mendadak kalap melihat temannya itu yang meninjukan kepalan tangannya pada kaca tranparan yang mengarah langsung pada ketinggian bebas. semi semi depresi lah sepertinya yang mampu di tangkap indra kepekaan seorang Samuel
"Gila" Jres melemparkan tubuhnya duduk diatas sofa ruangannya, buat mau tak mau Samuel mendekat
"Satu satunya penyebab lo kek orang dungu gini pasti dek Kira sih, tau aja gue mah" laki laki sebaya dengan Jres itu dengan enteng mematik rokok si Bos yang ada di meja
"Lupakan"
"Lupain apa? Lo ninju ninju kaya orang gila?, oh lo kan emang udah gila dari sananya" Samuel terkekeh dengan ucapannya sendiri
Jres menatap jengah Samuel, lalu tanpa di aba aba, bayangan Grey tiba tiba muncul dan memenuhi pelupuk matanya. karna biasanya jika Samuel tertawa begini selalu saja menular pada sahabatnya yang humornya anjlok itu
Grey, sahabatnya, sudah tenang disisi tuhan sejak satu tahun lalu. kesedihan selalu menghantam hatinya jika mengingat kebersamaan mereka, tak urung saat hari pemakaman Samuel meraung mendapati jenazah Grey dan dirinya yang bahkan tidak mampu menatap jenazah temannya itu dibawa masuk kedalam tanah.
"Jangan bahas Grey plis, belum sanggup gue Jres" Samuel tampak sesak, kehilangan Grey benar benar seperti kehilangan separuh nyawanya. lelaki itu juga tau karna arah pikiran mereka sama pada satu tujuan kalau sedang berkumpul ,Grey. terasa kurang sekali jika ia tidak ada di sini
"Hm, mari coba mengiklaskan dia"
"Benar" Samuel tetaplah dirinya, berjanji kepada Grey sebelum pemuda itu menghembuskan nafas terakhirnya untuk selalu bahagia "so, ini proposal yang mesti lo tanda tanganin bos. Gausah di cek, udah gua pastiin semua bener" Samuel mengajukan proposalnya pada Jres yang menatap datar pada laki laki itu, kadang Samuel lupa Bos disini itu siapa
"By the way, kenapa lo tadi? semi semi depresi keliatan sama gue"
Mendengar ucapan Samuel itu membuatnya kembali mengingat kejadian kemarin saat makan malam dengan Akira, dia tidak tau harus apa melihat wajah tengil Samuel yang namanya terlintas dari mulut Akira kemarin, rasa ingin menghancurkan.
"Pergi dari ruangan gue, Sam"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
VANENUM
ChickLitIbunya sendiri yang menitipkan dia padaku,jadi semua ini bukan salahku. _ _ _ " Permisi, dia Adik Saya " " Maaf, Saya walinya " " Dia, Kekasih Saya " " She's my Wife " -Jressan D. Pallevo Entah ini hanya Imajinasi Jres, atau pun memang akan terjadi...