◌⑅⃝●♡⋆🦋HAPPY READING🦋⋆♡●⑅◌
•
•
•*****
Hari yang suram bertambah suram bagi Ellie karena dirinya tak sengaja melempar ponsel hingga terjatuh dari tribun atas mendarat ke lapangan. Akibat itu semua, ponselnya retak dan mati total. Ellie jadi menyesal karena terlalu kaget membaca pesan dari nomor tak dikenal.
"Siapa sih sebenernya? Terus maksutnya apa coba. Virus? Virus di hape? Emang ada?" monolog Ellie yang tengah berjalan menuju ruangan loker kelas sepuluh.
Berta dan Silva berada di kantin, sedangkan dirinya ke loker untuk mengambil sebuah coklat favorit yang ia simpan di sana. Ellie memang sangat suka dengan coklat, maka dari itu, lokernya tak pernah absen untuk terisi coklat secara penuh.
"Loh? Coklat gue mana?" Ellie melongokkan kepalanya untuk masuk ke loker. Seingatnya di loker masih tersisa dua batang coklat. Tapi kenapa menghilang? Yang tersisa hanyalah buah apel dan secarik kertas.
"Wah, ada yang maling coklat gue ini!" geram Ellie menggebu-gebu. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap dirinya salah membuka loker. Tapi nihil, ini benar-benar loker miliknya.
"Masa iya coklat gue berubah jadi apel, sih?"
"Ini apaan lagi, ck," decaknya seraya meraih secarik kertas kecil yang digulung di dekat apel.
Coklat memang manis, tapi gak baik buat kesehatan orang yang udah manis.
"APAAN SIH?!"
Gadis itu meremat asal secarik kertas yang telah ia baca. Baginya itu hanyalah orang yang modus.
"Argh! Kesel, kesel, kesel! Gue lebih suka coklat, bego! Ngapain diganti apel! Bilang aja lo mau ngerasain coklat punya gue, kan?!" teriak Ellie keras, siapa tahu orang yang mengganti coklatnya mendengar. Gadis itu mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
Ellie rasanya ingin membanting loker yang besarnya bahkan melampaui dirinya. Gadis itu akhirnya hanya bisa menahan amarah, pusing rasanya jika terus-terusan begini.
*****
"Hallo, Abintara."
"Ya, Tama. Ada apa?"
Tama memasukkan satu tangannya ke saku celana. Pandangannya menatap area luar rumah melalui jendela balkon kamar.
"Saya langsung to the point?" tanya Tama. Terdengar kekehan dari seberang sana.
"Itu terserahmu, Tama. Basa-basi pun gak pa-pa."
Tama hanya menghela nafas panjang. "Lima hari lagi saya ada pertemuan ke luar Negeri."
"Oh, tentang bisnis?"
"He'em. Tapi ada yang saya khawatirkan."
"Apa itu, Tama? Jangan terlalu khawatir pada hal-hal yang gak terlalu penting. Fokus saja pada bisnismu."
"Bukan. Saya berfikir, jika saya pergi saya punya kekhawatiran besar terhadap Ellie. Kamu tau kan, bagaimana masalah saya?"
Abintara terdiam. Lalu tak lama pria paruh baya dari seberang sana kembali bersuara.
"Kenapa Ellie tidak kamu bawa saja? Itu gak akan buat kamu jadi khawatir, Tama."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRATA
Teen Fiction"𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐲𝐨𝐮 𝐟𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫? 𝐈𝐭 𝐢𝐬 𝐢𝐦𝐩𝐨𝐬𝐬𝐢𝐛𝐥𝐞." ••••• Mereka bertemu kembali dengan perasan yang berbeda setelah bertahun-tahun terpisah akibat sebuah kejadian kelam yang berhasil membuat salah satu di antara mereka melupakan ingat...