Altas panik bukan main ketika Violeta tumbang di pelukannya. Tanpa menunggu waktu lama, laki-laki itu langsung membawa Violeta ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk.
Seorang dokter keluar dari ruangan di mana Violeta diperiksa. Dengan tergesa, Altas langsung menemui dokter tersebut yang hendak pergi tanpa memberitahu kabar Leta kepadanya.
"Dok! Gimana keadaan Leta?"
"Saya temannya, dok," ucap Altas memotong ucapan sang dokter.
"Saya masih akan melakukan uji lab, dan hasilnya bisa di ketahui nanti, Mas."
"Separah apa, dok sampai harus menunggu hasil lab."
"Kita sedang mengambil sampel darah, Mas. Kami juga tidak bisa menduga-duga sesuatu hal tanpa adanya sebuah data yang akurat."
Altas menghela nafasnya, kemudian akhirnya pasrah menunggu keputusan akhir dari sang dokter.
"Pasien sudah bisa dijenguk, kan, dok?"
"Suster akan memindahkan ke ruang rawat inap, dan setelah itu anda bisa menjenguknya."
—oOo—
Violeta terbangun dan matanya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang benar-benar seperti ilusi. Altas menggenggam tangannya, dengan kepala yang telungkup di sebelah tangannya.
Seingatnya, dirinya tadi berada di sekolah, dan kejadian besar terjadi pada dirinya, hingga akhirnya dirinya diusir dari sekolah, dan tiba-tiba sudah berakhir di rumah sakit?
"Udah bangun, Vi?" Dengan muka bantalnya, Altas tersenyum ke arah Leta. "Maaf gue tadi ketiduran."
"Makasih, ya, Al."
Altas kembali tersenyum dan mengangguk. "Lo sering pingsan kayak gini?"
Violeta menganggukkan kepalanya. "Ketika Leta bener-bener capek, seolah tubuh Leta itu tau kalo Leta butuh istirahat."
Violeta mengernyitkan alisnya ketika Altas beranjak dari duduknya. "Geser."
"Mau ngapain?" tanya Leta bingung. Tubuhnya tapi tetap menuruti ucapan Altas yang aneh itu.
Tanpa disangka-sangka, Altas naik ke ranjang rumah sakit, kemudian memeluk tubuh Violeta dengan erat.
"Lo capek, kan? Sekarang lo boleh berbagi sama gue ketika diri lo udah nggak kuat hadapain semuanya."
Tanpa menunggu waktu lama, Leta langsung merengkuh tubuh Altas dengan sangat erat, dan menumpahkan segala bebannya melalui tangisan di pelukan Altas.
—oOo—
"Dari mana kamu?"
Altas kira ketika dirinya pulang larut malam ia akan terhindar dari interogasi sang Mama. Tetapi, sepertinya prediksinya akan hal tersebut salah besar.
"Main, Ma."
"Sejak kapan kamu main sampe jam segini?" tanya Mama Altas tak percaya. "Siapa temen main kamu, Altas? Bahkan Agam, Akhtar, maupun Aksa nggak lagi sama kamu kali ini?"
"Ma ... Altas capek mau tidur. Kalo yang lain pada ke bangun gimana?" jawab Altas berusaha mencegah Mamanya yang mulai curiga terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA (Terbit)
Teen FictionWARNING‼️‼️ Siapin mental dan stok sabar yang dobel pokoknya! Private acak follow sebelum baca! Sequel Trust Me Aretha Judul awal Realtas -> AKARA AKARA -> Bayangan Lengkap! Namun, sudah terbit di Guepedia dan Karyakarsa dengan Ending yang berbeda °...