"Nggak deng, karena Geral paling unyuu!!"
Lelaki itu tersenyum lebar, "Makasih sayang!"
"Peluk dong." Geral merentangkan kedua tangannya, mengkode Ayyara untuk segera masuk dalam pelukannya.
"Ra," panggil Geral pelan, tangannya bekerja untuk mengelus surai gadisnya.
Ayyara mendongak menatap Geral dari bawah.
"Kenapa?"
Geral menghela nafas pelan, "Gue mau hubungan kita ditau semua orang."
Ayyara segera melepas pelukannya, ia duduk tegak menatap Geral intens, kemudian menggeleng. "Gak bisa, kamu tau 'kan, Xe itu sahabat aku udah dari lama. Aku gak mau ngecewain dia."
"Tapi kebahagian aku juga penting 'kan? Gak harus kaya gini, Ra. Kamu boleh ngomong baik-baik sama dia,"
"Gak gampang!" Ayyara mendengus, ia membuang pandangannya ke arah lain.
"Aku lebih milih sahabat daripada pacar, yang berarti, aku lebih milih Axelyn daripada kamu. Maaf, tapi itu yang terbaik. Kamu bisa bahagia sama--"
"Diem! Aku gak suka kamu ngomong kaya gitu. Maksudnya apasih?! Kamu punya aku." Wajah Geral memerah menahan emosi yang mungkin sebentar lagi akan meluap.
"T-tapi.."
"Ra... jangan buat aku kecewa. Aku sayang sama kamu." Geral menunduk menyembunyikan raut wajahnya.
"Ral, maaf."
"Kamu gak boleh digantiin sama siapapun, bahkan Xe sekalipun!"
"Ral--"
"Aku gak suka kamu ngomong kaya tadi lagi."
"Iya ta--"
"Aku gak pernah mau putus dari kamu." Lagi dan lagi Geral memotong ucapan Ayyara. Sungguh ia takut kehilangan gadis cantik itu.
Ayyara segera memeluk Geral, guna menenangkan lelaki itu.
Tanpa keduanya sadari, seorang wanita berdiri tidak jauh dari mereka.
Semuanya seperti berhenti berputar, bahkan wanita itu dapat mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang. Dua kali lebih cepat dari biasanya.
Mata Xe memerah menahan butiran kristal yang mungkin sebentar lagi akan luruh, bibirnya kelu. Tak sanggup untuk berkata-kata lagi. Sangat sakit mengetahui kenyataan ini.
Xe menunduk, menatap sepatu putihnya. Perlahan, air mata yang sudah ditahannya sedari tadi berhasil luruh membasahi pipi.
Isakan kecil perlahan keluar dari mulutnya, punggungnya bergetar hebat.
"Gue udah bilang, pulang bareng gue." Deral berdiri disamping Xe, tangan besarnya beralih untuk merangkul pundak wanita itu.
Xe mengusap air matanya dengan punggung tangan."Hiks, sesak b-banget."
"Lo berdua jahat banget sih!"
"Gak abangnya, gak adeknya, dua-duanya brengsek." Wajah Xe memerah, tangannya terus menghapus air mata yang terus mengalir dengan deras.
"Lo-- shh.." Xe merintih, tangannya memegang perutnya yang terasa keram.
"Xe, jangan becanda!"
"Ral... sakit,"
"Ck! Tahan." Deral segera menggendong Xe dan berlari kencang menuju parkiran. Biarlah nanti ia meminjam mobil Zayen untuk sementara.
~
Dokter wanita itu menggeleng, "Jangan banyak pikiran. Tolong calon bayinya di jaga dengan baik, kondisinya sangat lemah."
Xe terus menangis, wajahnya saja sudah sampai memerah. Kenapa keram diperutnya tidak hilang-hilang?
Deral menunduk, meraih kepala wanita itu dan memasukkan nya kedalam dada bidangnya.
"Mungkin saja pasien tidak meminum vitamin penguat janin."
Benar adanya, Xe langsung terdiam. Tangannya mencengkeram kuat seragam Deral.
"Maaf..." cicitnya pelan.
Deral menghela nafas, ia ingin marah. Namun, itu juga akan membuat Xe semakin tertekan dan berdampak pada bayinya.
"Ingat Xe, walau kita berantem atau apa pun itu. Jangan pernah lupain debaynya."
Xe mengangguk, "Maaf."
"Kondisi pasien juga lemah, makan yang teratur. Dan makanannya juga harus yang banyak gizi dan vitaminnya."
Deral mengangguk, "Baik Dok, terimakasih."
Dokter wanita itu mengangguk dan berpamitan. Setelah dirasa Dokter itu sudah hilang dari pandangannya, segera Deral melepaskan pelukannya dan membaringkan kepala Xe.
"Tunggu disini, gue mau beli--awhh" Deral merintih, ia mencengkeram kuat rambutnya.
"Ral... lo kenapa?"
"Huh-- kepala gue sakit lagi."
Xe semakin menangis, ia menggigit kukunya bingung. Sialan! Keram di perutnya juga belum reda.
"Sebentar, itu hanya sebentar." Deral terus meringis dengan nafas yang terengah-engah. Matanya terpejam rapat menikmati rasa sakit yang seperti menusuk kepalanya.
Setelah lima menit berlalu, Deral kembali membuka matanya. Nafasnya masih terengah, "Udah, gue gak papa. Sakitnya udah hilang."
"Jangan kaya gini, gue takut."
"Hemm.. gue beli makan dulu."
Deral melangkah keluar meninggalkan ruangan dimana Xe sedang terbaring. Mata wanita itu tertuju kearah langit-langit rumah sakit. Kalau dipikir-pikir, dirinya sudah menjadi wanita kuat.
Bisa-bisanya ia dikhianati dan dihancurkan oleh kedua lelaki yang sialnya kakak beradik.
Yang satu menghinatinya dalam soal perasaan. Yang satu lagi telah menghancurkan hidupnya, sampai dimana sudah ada mahluk kecil didalam perutnya.
Sampai sekarang, Xe masih belum percaya akan takdir yang menimpanya saat ini. Ingin rasanya ia dipeluk oleh kedua orang tuanya. Namun, itu tidak mungkin. Karena orang tuanya hanya sibuk bekerja.
"Pi... Mi... Xe kangen." Lirihnya.
*
*
*Wah.. halo! Aku sungguh ngaret, ekwk.
Lebih suka Deral roman apa jahat?
Jangan lupa spam komen nya ya ayang!See u
-Rifka Stepani
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mula
Teen FictionPositif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedua insan itu. Penasaran dengan kisahnya? Maka, marilah kita ikuti alurnya dan juga ambil pelajaran d...
13. Kenyataan
Mulai dari awal