"Kalian boleh saja menyakiti ku sepuasnya, tapi tidak dengan orang orang yang aku cintai."
🍁🍁🍁
Hari libur kali ini Aniya isi dengan melakukan hobby nya. Aniya tengah melukis di kamar nya, langit tengah cerah dan terlihat indah, oleh karena itu Aniya menjadikan langit di depan balkon kamar nya sebagai objek nya untuk ia lukis.
Sedang asik melukis tiba tiba cat warna yang Aniya butuhkan habis, ia perlu membeli nya lagi. Padahal lukisan nya ini hampir selesai sudah 95% tapi cat warna yang ia butuhkan benar benar habis. Oleh karena itu Aniya memutuskan untuk menghentikan kegiatan nya dan memilih pergi untuk membeli cat warna nya.
Aniya bergegas bersiap dan membawa tas kecil miliknya, tadinya Aniya ingin meminta Sungchan untuk menemani nya, tapi rasanya ia sedang ingin pergi sendiri menggunakan mobil pribadi milik nya. Padahal Sungchan dan Jaehyun akan marah jika tau Aniya mengendarai mobil sendiri, mereka khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Aniya.
Tapi namanya juga Aniya yang bandel, dia tetap nekad, selagi mereka berdua tidak tahu ya Aniya akan aman. Lagi pula Aniya akan hati hati, ia akan mengendarai mobilnya dengan hati hati.
Baru saja mau memasuki area garasi, ia lebih dulu di hadang oleh Rennata. "Ke-mana?" Tanya
Rennata.Aniya menghela nafas, bertemu dengan Rennata saat ini bukan lah hal yang baik. "Aniya mau pergi dulu sebentar, mau beli cat buat nyelesain lukisan Aniya." Ucap nya.
"Ikut."
Sudah Aniya duga, Kakak nya ini pasti ingin ikut kemana Aniya pergi, dan jika tidak di penuhi Rennata bisa marah dan mengamuk, hal itu pasti akan membuat ibu nya marah pada Aniya.
"Kak, Aniya cuman pergi sebentar. Kalau Kakak ikut nanti Mama, Papa, bahkan Kak Jaehyun bakal marah sama Aniya."
Mendengar ucapan Aniya wajah Rennata langsung berubah memerah, wajah nya langsung terlihat marah dan tidak terima, hampir saja histeris Aniya buru buru memeluk erat Kakak nya dan mengusap lembut punggung Kakak nya. "Sst! Oke oke aku ajak Kakak, tapi Kakak tenang dulu. Iya kita pergi ya, Kakak tenang." Ucap Aniya lembut.
Rennata perlahan jauh lebih tenang, setelah itu Aniya melepaskan pelukan nya dan menatap lembut mata Rennata sambil tersenyum. "Disana gak boleh nakal, ikut dan dengerin apa kata Aniya ya." Ucap Aniya.
Rennata mengangguk patuh. Setelah itu Aniya membawa Rennata pergi menuju tempat buku yang tidak jauh dari rumah nya. Di rumah sedang tidak ada siapa siapa, hanya ada mereka berdua dan satu maid yang berada di dapur.
Sampai toko buku Aniya langsung mengambil beberapa keperluan yang ia butuhkan untuk melukis, dengan tangan Rennata yang setia ia genggam. Ia takut Rennata tiba tiba kabur dan akhirnya menghilang, bagaimanapun Kakak nya ini jauh seperti anak berumur 5 tahun di banding seorang gadis dewasa 20 tahun.
"Kakak mau beli sesuatu? Ada yang Kakak suka disini?" Tanya Aniya.
"Gak u-uang a-da." Jawab Rennata.
Aniya tersenyum mendengar jawaban Kakak nya, ia tidak membawa uang kesini. "Aku bayarin Kakak, aku traktir." Ucap Aniya.
Rennata tersenyum riang lalu mengambil dua buah permen lollipop dan satu boneka beruang berukuran sedang. "I-ini. K-kak mau i-ni." Ucap Rennata.
Aniya mengangguk, "Yaudah ayo kita bayar, kita harus cepet pulang keburu orang rumah balik." Ajak Aniya.
Mereka melakukan pembayaran di kasir, selama di toko buku tadi banyak sekali orang yang menatap Rennata aneh, tapi Aniya tidak peduli, ia tidak memperdulikan sekitar yang menatap mereka. Setelah melakukan pembayaran mereka bergegas ke arah parkiran mobil, namun belum sampai di tempat mobil mereka terparkir tiba tiba Aniya di hadang oleh Evelyn.
Aniya sempat cemas dan khawatir, jika ia tengah sendiri tidak masalah, tapi kali ini ia tengah bersama Rennata. Ia takut Rennata histeris jika Evelyn menganggu dirinya.
Evelyn tidak sendiri, ia bersama wanita yang sepertinya seumuran dengan Kakak nya. "Loh Aniya? Ini siapa? Kok kaya orang cacat sih." Tanya Evelyn sambil menatap remeh ke arah Kakak nya.
Aniya melotot kesal asal mendengar penghinaan dari Evelyn terhadap Kakak nya. "Kakak gue bukan orang cacat! Lo boleh hina gue tapi lo sama sekali gak berhak buat hina keluarga gue terutama Kakak gue!" Bentak Aniya.
"Dia kan emang cacat, udah cacat gak tau diri. Hallo Rennata, inget gue kan? Safira, temen sekolah lo dulu sama Jaehyun."
Ternyata orang yang bersama Evelyn itu bernama Safira, dan ia mengenal Rennata juga.
Safira berusaha menyentuh Rennata, namun Aniya buru buru membawa Rennata bersembunyi di balik badan nya. Aniya semakin marah mendengar ucapan Safira. "Kakak aku gak cacat! Kalian yang cacat, manusia gak punya hati!" Bentak Aniya.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Aniya, tamparan itu berasal dari Safira. "JAGA MULUT LO BOCAH!" Bentak Safira.
Melihat sang adik di tampar oleh orang lain, Rennata langsung histeris dan marah, bahkan ia melepaskan genggaman nya dengan Aniya dan langsung menyerang Safira. Hal itu cukup membuat Aniya kaget, dengan cepat Aniya berusaha menenangkan Kakak nya walau sangat sulit, sampai akhirnya Safira mendorong Rennata hingga terjatuh.
"RENNATA!!" Teriak seorang lelaki yang baru saja datang.
Lelaki itu Jaehyun, ia datang untuk menjemput Aniya dan Rennata, tadi saat ia pergi ke rumah mereka, mereka tidak ada di rumah, dan Jaehyun tentu saja khawatir dan buru buru mencari mereka, dan benar saja apa yang Jaehyun khawatir kan benar benar terjadi.
Jaehyun buru buru menghampiri Rennata dan memeluk Rennata dengan erat, Rennata masih histeris, dan Jaehyun berusaha menenangkan Rennata.
Aniya menatap tajam Safira karena sudah berani melukai Kakak nya, "LO BERANI BERANI NYA LUKAIN KAKAK GUE!!!" Amarah Aniya dan dengan cepat Aniya membalas perlakukan Safira namun Evelyn mendorong nya hingga Aniya pun ikut terjatuh.
Hal itu membuat Jaehyun semakin marah. Jaehyun meraih lengan Aniya sambil mengusap lembut, "Tenangin Kakak kamu dulu." Ucap Jaehyun.
Aniya mengangguk paham lalu beralih memeluk Rennata dan berusaha menenangkan Rennata, sedangkan Jaehyun memilih bangkit dan berhadapan langsung dengan Safira dan Evelyn, Jaehyun menatap tajam kedua nya.
"Berani lo berdua sakitin pacar dan adik gue? Hm?" Tanya Jaehyun dingin.
Safira dan Evelyn terlihat ketakutan, "Dia yang serang aku duluan, Jae!" Ucap Safira.
"Rennata gakkan nyerang lo kalau lo gak mulai duluan!!" Bentak Jaehyun.
Mereka semakin ketakutan saat mendengar bentakan dari Jaehyun, apalagi tatapan marah Jaehyun pada mereka. Tapi Safira tidak menyerah begitu saja, "Kamu ngapain sih masih belain dia? Ngapain kamu masih bertahan pacaran sama dia yang cacat, ada aku disini yang jauh lebih sempurna buat kamu, Jae." Ucap Safira.
Safira berusaha meraih tangan Jaehyun, namun Jaehyun buru buru menepis nya, "Rennata sempurna untuk gue. Dan lo, bahkan lo gak ada harga nya di mata gue. Sikap lo ini, yang bikin gue sama sekali gak tertarik sama lo." Ucap Jaehyun dingin.
Setelah mengucapkan beberapa kalimat itu, Jaehyun kembali ke arah Aniya dan Rennata, "Kalian kesini naik apa?" Tanya Jaehyun.
"M-mobil." Ucap Aniya takut, ia takut Jaehyun akan marah.
Jaehyun mengangguk lalu membawa Rennata untuk ia gendong, "Dimana mobil nya? Ayo kita pulang." Ajak Jaehyun.
Aniya mengangguk paham lalu memimpin jalan menuju mobil nya terparkir, sedangkan Jaehyun berjalan di belakang nya sambil menggendong Rennata. Mereka pergi begitu saja meninggalkan Safira dan Evelyn yang mematung dengan kesal dan malu, mereka malu karena bagaimana pun kejadian tadi menjadi pusat perhatian banyak orang, apalagi dari tadi Jaehyun sudah menghina mereka di depan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bereft | Jaehyun & Sungchan
Fanfiction"Kehilangan seseorang memanglah bukan hal yang mudah di lewati, namun setiap orang pasti akan selalu mengalami masa dimana dirinya kehilangan orang yang berharga dalam hidupnya."