Ctass! Ctass! Ctass!

"Arrgghh...!!!"

"Rasakan ini! Rasakan ini anjing bodoh! Anjing bodoh sepertimu harus diperlakukan seperti ini biar nurut!" Dengan membabi buta Bobi melayangkan penggaris itu ke tubuh Alean. Tidak dia perdulikan teriakan kesakitan yang dikeluarkan oleh Alean.

Jika Alean terus berteriak kesakitan dengan kedua temannya yang menatap cemas kearahnya maka lain halnya dengan Bobi dan beberapa murid badung itu. Mereka tampak tertawa-tawa. Merasa lucu dengan adegan penyiksaan yang tersaji didepan mereka. Namun lain halnya dengan seorang siswi yang dipeluk oleh Bobi tadi. Tampak siswi itu merasa tak nyaman dan cemas menyaksikan keadaan Alean yang mengenaskan.

"Bobi stop!" Serunya tanpa sadar.

Dan seruan itu berhasil membuat aksi kejam Bobi berhenti. Semua mata memandang kearah siswi itu. Beberapa tatapan tak suka dilayangkan kearahnya. Bahkan kedua gadis dengan make-up tebal itu menatap sinis kearahnya. Dan menyeringai saat melihat Bobi melayangkan tatapan marah kearah siswi itu. Mungkin saja keduanya tengah menunggu aksi dimana Bobi memukuli gadis itu.

Menyadari tindakannya membuat gadis itu bergetar ketakutan. Apalagi saat dengan kasar Bobi menarik rambutnya hingga membuatnya mendongak paksa. Menatap ciut kearah Bobi yang tengah menatap penuh amarah kearahnya.

"Lo siapa? Beraninya gangguin gue? Mau mati, hah?!" Ancam Bobi seraya dengan kejam memukulkan penggaris kayu itu ke lengan kecil gadis dihadapannya itu.

"Arggh!! Sorry Bobi sorry! Gue gak maksud gangguin lo. Gue cuma... Gue cuma...."

"Cuma apa?! Bicara yang jelas perek! Kalo lo ngasih alasan yang gak gue suka, siap-siap aja...." Dengan kurang ajar Bobi memukulkan penggaris kayu itu pada bokong gadis itu. "Lo bakal gantiin anjing liar itu buat gue pukulin."

Gadis itu memejamkan kedua matanya. Tak pelak setetes air mata membasahi pipinya. Namun tidak ada yang kasian melihatnya. Malah para kacung si Bobi menyeringai mesum sedangkan kedua gadis dengan muka menor itu menyeringai penuh kesenangan. Namun lain halnya dengan Alean. Dengan susah payah laki-laki itu mencoba untuk berdiri. Berniat menghampiri Bobi. Bodohnya Alean. Dia baru menyadari siapa gadis yang selalu berdiri disamping Bobi itu. Jika saja dia menyadarinya dari awal, Alean akan mengambil resiko membawa kabur gadis itu dari si bejat Bobi.

Namun saat dirinya sudah berhasil untuk berdiri meski tidak tegak akan tetapi niatnya untuk menghampiri Bobi harus dihentikan oleh kedua temannya yang kini menahan kedua tangannya. Keduanya menggelengkan kepala menatap penuh cemas dan takut kearah Alean. Cemas dengan keadaan Alean yang sudah menyedihkan dan takut akan eksistensi Bobi. Takut jika laki-laki gendut itu semakin melampiaskan amarahnya kepada mereka yang menyedihkan ini.

Saat Alean akan melayangkan protes kepada kedua temannya akan tetapi kedua temannya dengan kompak memberinya kode melalui mata mereka untuk kembali memperhatikan Bobi dan siswi itu. Dan alangkah kagetnya Alean saat mendapati gadis itu malah sedang asik bergelayut manja dilengan besar Bobi. Menggesek pelan payudaranya pada lengan besar milik Bobi.

"Sorry ya udah ganggu keasikkan bos. Tapi bukannya bos udah janji sama gue untuk ngajak gue main? Gue harap bos gak lupa soal janjinya," ucap siswi itu dengan nada manjanya.

Para kacung si gendut itu menyeringai mesum diiringi dengan siulan kurang ajar. Berbanding terbalik dengan kedua gadis lain yang melayangkan tatapan tak suka kepada siswi itu. Sedangkan Bobi yang digoda pun mulai tertarik. Kebetulan dia menyukai siswi itu karna kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Dan dengan kurang ajar Bobi memukul bokong sintal milik gadis cantik dihadapannya itu.

KAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang