Tatapan Risa memburam. "Ibu aku bukan kayak gitu, Kak. Jangan bicara yang tidak-tidak," tukas Risa sembari mencoba bangkit.
Melihat Risa bangkit, Pio lagi-lagi mendorong Risa hingga kembali tersungkur. "Lo itu cuma family burden, beban! Pulang ke ibu lo sana, ngelonte di rumah Om Athan!"
"Astaghfirullah, Kak!" tegur Risa tegas. Kesabarannya semakin diujung tanduk karena Pio terus saja menjelek-jelekkan Nana.
"Lo nantang gue?!" tantang Pio sembari menendang-nendang kaki Risa. "Udah gue bilang, kalau lo don't calm tinggal di keluarga gue, you know?" Pio menginjak kaki Risa dan pergi dari sana.
Risa meringis pelan, ia berdiri di tengah-tengah teman sesekolahannya yang memandang rendah Risa. Sorakan mengejek pun mengiringi Risa berjalan. Risa menunduk, tangannya meremas tas salempang, kehidupan suramnya bakal dimulai dari sini.
Di tangga penghubung lantai 1 dan 2, sebuah tangan kekar menyapa bahu Risa. Risa menoleh pada benda yang menempel di tubuhnya lalu memutar kepada sang empu. Dia, tersenyum remeh sembari mengunyah permen bergagang. "Morning, bitch."
Risa menghempaskan tangan Algaris. "Kita beda jenis, Kak. Ingat batasan," tegur Risa.
"Lha iya, beda. Lo jalang sedangkan gue pelanggan," cetus Algaris sekenanya.
Air mata Risa membendung. "Apa si Kak, pagi-pagi bilang aku jalang mulu. Aku nggak gitu, ibu aku juga nggak gitu!" tumpah Risa mengeluarkan sedikit unek-unek di hatinya.
Algaris menggidikkan bahu acuh lalu meninggalkan Risa. Sebelum menghilang dari pandangan Risa, dengan sengaja Algaris melempar tasnya tepat di hadapan Risa. "Bawain, berat."
Risa menggembungkan pipi lalu meniup kerudung pada bagian dahi atas. Dengan berat hati Risa menenteng tas Algaris yang beratnya tidak main-main. Batu kali! batin Risa mendumel.
Kelas Risa ada di lantai 2, sesuai dengan tingkat kelas mereka. Jika lantai 1, maka yang menempatinya pun siswa kelas satu. Begitu juga di lantai 3. Adapun lantai 4 dikhususkan ruangan pelengkap sekolah seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, laboratorium dan ruangan-ruangan ekstrakurikuler. Adapun WC dan UKS tersebar di keempat lantai itu dan 1 kantin di lantai 1.
A L G A R I S
"Habis ngapain anak orang lo?" tuding Ale kepada Algaris yang membuka 2 kancing bagian atas menampakkan kaos hitam polos di sana.
"Biasalah!" sahut Azra bernada.
Algaris duduk di meja Risa, karena tempat itu memang belum kedatangan empunya. Ia mengeluarkan HP dari saku celana lalu membuka beberapa pesan, salah satunya dari Pio.
Anak Emas (Pio/IPA4 )
Malam, Kak Algaris
Selamat tidur Kak
Pagi Kak Algaris
Jangan sampai telat
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G A R I S (Selesai)
Teen Fiction[Tentang kepercayaan yang dimainkan] 17 [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru] Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v # -1 in Spiritu...
Bab 8
Mulai dari awal