Senyum penuh kemenangan terlukis di wajah Kayla. Ia menyodorkan satu sendok bubur dengan alis terangkat sebelah. "Buka mulutnya sayang, Aaaa...." Ucapnya bagai seorang ibu yang hendak menyuapi anaknya.

"Kamu gak asik. Mainnya pake anceman" Mau tidak mau Raka membuka mulut menerima suapan demi suapan dari Kayla dengan wajah terpaksa.

"Kalau gak di ancem kayak gini kamu gak akan mau makan. Katanya Captain, masa sama jarum suntik takut?" Ejek Kayla tersenyum puas. Ia masih sangat mengingat ketakutan lelaki itu.

Kejadian di bangku taman kanak-kanak dulu saat Raka berteriak meminta tolong pada semua orang ketika akan disuntik membuatnya tertawa keras pada waktu itu.

Raka memilih diam menelan dengan susah payah setiap bubur yang masuk ke dalam mulutnya. Rasanya benar-benar hambar, mungkin jika dia sedang tidak dalam keadaan sakit menolak makanan buatan Kayla adalah hal yang cukup mustahil. Semua masakan buatan gadis itu tidak pernah gagal menggoda lidahnya.

Tok tok

Ketukan pintu kamar membuat kedua insan itu menoleh bersamaan. Kayla mengerutkan dahi dengan banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Siapa yang pagi-pagi begini sudah bertamu kerumah mereka, tanyanya dalam hati.

"Iya masuk aja" Ucap Kayla membuka suara.

Cklek

Mata gadis itu serta Raka membulat terkejut dengan kehadiran seseorang yang bertahun-tahun lamanya tinggal di negeri orang. Vania dengan koper serta langkah anggunya menghampiri Raka dan Kayla diiringi senyum manis khasnya.

"Mamah?" Ucap Kayla dan Raka bersamaan.

Kayla bangkit dari ranjang memberi ruang pada Vania untuk mendekati Raka. Dia canggung mengingat pertemuan mereka secara langsung sudah bertahun-tahun lalu lamanya.

Apalagi setiap kali melihat wajah Vania perasaan bersalah mengenai hubungan pernikahan wanita itu yang hancur karena dirinya dan mamahnya selalu menyelimuti hatinya.

"Mamah balik? Kenapa gak bilang Raka? Terus yang jemput dari bandara siapa?" Cecar Raka dengan banyak pertanyaan dalam pelukan Vania.

Ibu dan anak itu saling memeluk melepas kerinduan yang sudah bertahun-tahun lamanya mereka pendam. Bahkan kini Vania sudah meneteskan air mata penuh haru, rasanya baru kemarin putranya masuk ke sekolah menengah atas dan tidak terasa sebentar lagi Raka akan menyandang gelar sebagai Captain pilot.

"Banyak tanya kamu tuh" Ucap Vania memukul pelan punggung Raka. Ia melepas pelukannya lalu mencium kening putranya yang terasa lebih hangat. "Kamu sakit? Kenapa bisa? Gak makan tepat waktu? Atau tidur larut?"

"Kemarin kehujanan" Balas Raka santai. Sungguh, badannya mendadak sehat setelah melihat kepulangan mamahnya. Rasanya obat paling ampuh untuk rasa sakitnya kini telah ia nikmati.

Mendengar jawaban sang anak Vania hanya mengangguk mengerti. "Mamah kesini karena mau lihat kamu wisuda. Selesai kamu wisuda mamah bakal balik lagi ke London. Sementara ini mamah widya dijaga sama orang kepercayaan mamah" Ujarnya menjelaskan.

Vania dan Raka kemudian bersamaan menoleh ke arah Kayla yang berdiri sedikit jauh dari mereka dengan wajah menunduk. Mereka mengerti gadis itu sengaja menjauh karena merasa sangat asing dan canggung setelah kepulangan Vania.

"Kayla" Panggil Vania dengan suara lembutnya. "Sini sayang, kamu gak mau sambut mamah juga?"

Tangan Kayla saling menggengam meremas erat menahan gugup. Detak jantungnya berpacu cepat, ia seolah bisa merasakan kehadiran kasih sayang dari seorang ibu lagi setelah sekian lamanya. Ragu-ragu ia melangkah mendekati Vania dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang