[13] KEBOHONGAN

52.9K 5.5K 1.1K
                                    

Hati ibu mana yang tak sakit melihat anaknya menangis dalam kesendirian.
•••
••


Nah, di sini boleh emosi. Gak papa, jangan di tahan.

•••

Rani tampak tergesa ketika taksi yang menghantarkannya berhenti di depan rumah Sari, ia pergi sendiri karena suaminya sibuk dengan pekerjaan.

"Sari," Rani bahkan lupa mengucapkan salam, hatinya saat ini tak lagi tenang, pikirannya berkecamuk dan itu sulit sekali ia tenangkan.

"Iya," sahut wanita di dalam sana, dia Sari-Bunda Adnan.

"Rani, kenapa?" tanyanya ketika mendapati Rani dengan raut wajah yang pucat.

"Tolong aku Sar, tolong," pilu Rani dengan tetesan air mata yang telah meluruh.

"Masuk Ran, kita bicara di dalam,"

"Gak!" Rani menggeleng dengan cepat, lengan yang di pegang oleh Sari mulai menggigil. "Adinda, putriku," sambung Sari di dalam isakkannya.

"Adinda kenapa?"

"Dia mencintai lelaki yang salah."

"Apa maksud kamu Rani?"

"Putriku mencintai lelaki berbeda agama dengannya Sar, mereka sama-sama mencintai!"

"Bagaimana jika Dinda lupa dengan Tuhannya, bagaimana jika Dinda mengkhianati Allah?"

I K H L A S
•••

"Adinda," panggil Regal dengan tatapan yang sangat sulit untuk mereka artikan.

Ia menghela napasnya dengan sangat pelan, mata yang begitu nyalang ia perlihatkan untuk Dinda, raut wajah Regal berubah serius.

"Dengerin aku," titah Regal.

"Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, Waasyhaduanna Muhammadar Rasuulullah."

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah." ucapan terakhir membuat air matanya menitik dengan deras, begitu lantang ia mengatakannya di depan semua orang yang hanya mampu tertegun hebat.

Dinda hening, mulut yang menganga mulai ia tutupi dengan erat, satu tangannya ia remat membentuk tinju.

"Aku melakukan semua ini untuk kamu Adinda, karena aku mencintai kamu sebesar ini," sambung Regal dengan napas yang memburu hebat.

"Aku bertemu banyak Ulama Besar di Tokyo, ustadz dan ustadzah, mereka menepuk puncak kepalaku dengan lembut kala aku meminta mereka untuk mengajarkanku tentang agama islam padanya."

"Kamu tahu Dinda, apa yang aku sebut ketika aku telah berhasil memeluk agama islam? Aku memanggil nama kamu dengan lantang, jika langit tak ingin mendengar teriakkanku, biarkan angin yang akan membawanya terbang ke atas sana," tubuh Regal bergetar, seperti sayatan perih yang terus merobek jantungnya, ia juga menarik beberapa kali rambutnya kala semua sesak tak lagi bisa ia tahan.

IKHLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang