[10] MEMBERI DAN MEREBUT

65.1K 6K 1.3K
                                    

Jika boleh aku berucap beribu kali. Aku akan bilang, aku bukan wanita yang kuat. Aku rapuh.
•••
••

Assalamualaikum, cuma mau bilang jangan emosi ya kak.
•••

Dinda terdiam, tatapannya kosong. Laju mobil yang kian diperlambat oleh Adnan pun Dinda tak menyadarinya, hingga beberapa detik mereka sudah sampai di halaman luas milik Anisa.

Selama apa perjalanannya, Dinda tak mengingat itu semua.

Adinda menghembuskan napas berat, ia mencoba menampilkan senyum indah untuk Nisa dan bundanya di sana.

"Assalamu'alaikum. Bunda, Nisa. Ini Adnan," panggil Adnan dengan lembut. Sesekali ia melirik Dinda dengan sudut matanya, namun Dinda enggan melirik balik.

"Waalaikumsalam."

Liya membuka pintu rumahnya dengan senyum berbinar, meski menatap Dinda, ia masih memberikan senyum manis untuk wanita itu.

"Adinda," panggilnya. Ia memeluk tubuh Dinda dengan erat yang dibalas pelukan lagi oleh Dinda.

"Masuk Mas. Din," Anisa yang baru saja datang langsung menyuruh mereka untuk masuk. Namun, tangan Dinda ditahan oleh Liya lalu tersenyum.

"Boleh Bunda bicara sama Dinda sebentar?" ucap Liya pelan. Wanita paruh baya itu memang menyuruh Dinda untuk memanggilnya Bunda, lantaran persahabatan yang terjalin antara putrinya dan Dinda.

"Bunda_

"Boleh Bunda," jawab Dinda memotong ucapan Nisa. Wanita itu terdiam, ia membisu dengan perasaan yang tak tenang.

Adnan meminta Nisa untuk masuk, membiarkan Dinda dan mertuanya duduk di luar agar lebih enak bercerita.

"Dinda," panggil Liya, netranya menatap Dinda dengan sangat sendu.

"Pertama kali Bunda bertemu dengan kamu. Bunda tahu kamu wanita yang baik," ucapnya.

"Buktinya sekarang, kamu memang wanita dengan hati seputih kapas."

Liya menunduk sangat dalam. Ia juga menghela napasnya dengan pelan sebelum akhirnya melanjutkan kata yang ia jeda.

"Ketika kamu menikah dengan lelaki yang dikagumi Nisa. Anisa rapuh Din, dia hampir saja kehilangan akal sehatnya."

"Nisa hanya diam lalu menatap wajahnya di cermin, bola matanya terlihat sangat kosong," Liya menggapai jemari Dinda lalu menggenggamnya dengan erat.

"Dan di saat kamu datang, menyerahkan suamimu untuk menikah lagi dengan Nisa. Bunda ingin bersujud di kakimu Dinda. Bunda ingin mengucapkan beribu terima kasih untuk kamu," ucapnya.

Air mata Dinda menetes saat ia mendengar penuturan Liya, tak mampu Dinda menahan rasa sesak yang terus mengurungnya.

"Tapi Dinda. Semalam Anisa bersimpuh di kaki Bunda, memohon ampun karena menyebabkan kamu terluka. Menangis dia semalaman Din," tambahnya.

"Kamu ingat nak! Kamu yang meminta suamimu untuk menikah lagi. Dan kamu juga yang menginginkan Nisa untuk menjadi istri kedua Adnan. Jadi Bunda mohon, tolong ikhlas ya? Jangan biarkan Nisa terpuruk sehingga dia sakit lagi!" titah Liya sangat pilu.

IKHLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang