Aku telah mencuri lelaki yang kamu sebut di sepertiga malammu.
...
..
."Lelaki dengan rambut sedikit bergelombang itu. Kamu mengenalinya Din?"
Dinda tertegun mendengar pertanyaan gadis cantik yang tengah duduk bersamanya.
Memperhatikan Nisa yang terus mengaduk jus jeruknya dengan sangat pelan, mata gadis dengan pashmina maroon itu terlalu fokus ke belakang, melirik lelaki yang duduk di kursi paling ujung di sebelah jendela.
"Apa wanita boleh memperhatikan lelaki seperti itu Sa?" Nisa langsung terpaku, tatapan matanya terhenti lalu memandangi Dinda yang duduk di depannya.
"Astaghfirullah! Ya Allah. Maaf," lirihnya dengan sangat pelan. Ia juga menundukkan matanya lurus ke arah meja. Namun, Dinda langsung tersenyum lembut.
"Kenapa gak boleh?"
"Karena itu dosa Din, menatap lelaki apa lagi sampai memikirkannya, itu haram," jelas Nisa sambil menetralkan hatinya yang masih berpacu.
Dinda mengangguk mengerti, ia baru tahu tentang agama akhir-akhir ini. Sebelumnya Dinda tak pernah memakai hijab, sekarang setelah bersahabat cukup lama dengan Nisa. Ia terus mengasah keingintahuannya dan mencoba menggunakan hijab seperti Nisa.
"Apa kamu pernah mencintai seseorang Sa?" pertanyaan Dinda membuat Nisa tersenyum malu-malu.
"Tidak! Aku hanya menganggumi seseorang dalam diam."
"Apa maksud kamu? Apa lelaki itu tahu?" sambung Dinda.
"Tidak. Aku hanya bercerita dan meminta dia kepada Sang Pencipta-Nya!"
"Masya Allah? Itu artinya kamu selalu mendoakan dia?" semakin lama Dinda semakin kagum dengan Anisa, wanita yang terus memberinya pengertian tentang agama.
Nisa mengangguk dengan sangat cepat. "Aku meminta dia di dalam doaku Din, aku juga menyebut dia di sepertiga malamku," jawab Nisa.
"Lalu, apakah itu akan berhasil?"
•••
"Nisa. Maafkan aku,"
Gadis yang sedang mengajar disalah satu pesantren di Jakarta menatap Dinda dengan tatapan bingung. Ia segera menghentikan pelajarannya dan mengajak Dinda pergi agar lebih enak mengobrol.
Nisa menghentikan langkahnya di belakang pesantren tepat di kursi taman. Ia duduk di sana, sedangkan Dinda masih diam dalam tegaknya.
"Kenapa kamu meminta maaf Din? Ada apa?" tanya Nisa dengan sangat lembut.
"Tolong maafkan aku Nisa, aku keliru," lirihnya.
"Din."
"Aku meminta kepada Allah agar dia menjadi suamiku! Aku menyebutkan nama lelaki yang kamu kagumi Sa. Aku tak paham kenapa Allah mendengar semua yang kuucapkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IKHLAS [END]
Spiritual"Menikahlah dengan Mas Adnan, Sa," ulang Dinda dengan pelan. "Kenapa aku harus menikah dengan suami dari sahabatku sendiri? Aku gak mau Din," jelas Anisa menolak dengan secepat kilat saat permintaan tak masuk akal dari sahabatnya itu terlontar. Adin...