Dinner

30.7K 3.7K 272
                                    

Abian memandang Ala penuh selidik, bagaimana gadis ini bisa sampai ke daerah ini yang bahkan sangat jauh dari keramaian kota. Belum lagi tadi ia melihat keberadaan Raka yang notabennya mantan pacar Ala di sebelah gadisnya, dan sudah pasti dalang semua ini adalah Raka.

"Kamu bolos sekolah?" Ala mengangguk sebagai jawaban.

Jujur saja Ala merasa bingung dengan kondisi saat ini, bukankah seharusnya dia tadi memarahi Ian yang sudah membohongi dirinya. Tapi dengan bodohnya Ala malah menyemangati cowok itu tadi.

"Kenapa bolos?" Ian memberikan pertanyaan yang sama sekali tak terkait dengan kejadian tadi.

"Pengen lihat kamu main tinju, emang harus banget di rahasiakan dari aku?"

Ian meraih tangan Ala menggenggam tangan itu begitu erat. "Aku cuma butuh sedikit waktu lagi buat jujur sama kamu, aku udah pernah bilang kalau aku bukan cowok baik Annala."

Cup

Ala mengecup kening Abian, merapikan helain rambut Ian yang menutupi wajah tampannya. "Aku suka cowok nakal apalagi kalau cowoknya Abian Mahendra" ujar Ala yang tersenyum manis.

Tak mau kalah Ian langsung membawa gadisnya ke dalam pelukannya, memeluk erat tubuh gadis yang paling ia sayangi. "Kenapa kamu gak marah aja sih, aku jadi merasa bersalah bohongin kamu selama ini."

"Aku mau nampar kamu boleh? Soalnya aku gedek banget sama kamu, tapi aku takut wajah ganteng cowoknya Ala ini akan berkurang nantinya." Ujar Ala yang mengelus kedua pipi Ian.

"Mau gimanapun aku tetap ganteng Ala, sini coba tampar aku." Ian memiringkan kepalanya, menantang Ala untuk meluapkan emosi yang ditahan gadisnya itu.

Plak

Plak

Dua tamparan kencang mengenai kedua pipi Ian, cowok itu meringis kesakitan menahan tamparan Ala. Ia salah besar telah menantang seorang Annala.

"Sakit ya Ian, tapi Ala ketagihan pengen nampar Ian lagi, boleh?" Ian membelalakkan matanya mendengar ucapan Ala barusan.

"Tampar aja udah," jawab Ian lirih, cowok itu mengelus kedua pipinya yang baru saja ditampar oleh Ala.

Ala terkekeh geli melihat ekspresi Ian saat ini. "Canda sayang, mana tega aku sama kamu."

"Mau peluk lagi," Ian merentangkan tangannya agar Ala mau memeluk dirinya kembali.

"Minggir sana pakek baju dulu." Usir Ala mendorong tubuh Ian menjauh. Ian langsung mengambil kaos hitam polos di dalam tasnya dan langsung memakainya.

"Ini jaket kamu?" Ian mengamati jaket hitam yang kebesaran membungkus tubuh gadisnya.

Ala menggelengkan kepalanya. "Jaketnya Raka."

"Buang, jaket kotor ini bisa ngotorin tubuh kamu."

Ala menurut dan melepaskan jaket Raka yang ia pakai. Secara tiba-tiba Ian merebut jaket itu, dan membuangnya begitu saja.

"Nanti malam mau dinner berdua?" Tanya Ian yang mengalihkan perhatian.

"Mau banget," jawab Ala bersemangat

"Dandan yang cantik."

Ala mengedipkan mata kanannya sebagai jawaban. Malam ini ia akan membuat Ian terpesona dengan kecantikannya.

•••

"Cowok gue keren banget Noala," puji Ala mengenai sosok Abian, yang entah sudah berapa kali gadis itu ucapkan kepada Noa.

"Gio juga gak kalah," sahut Noa, gadis yang sedang duduk manis di depan laptop itu tak mau kalah ikut membanggakan kekasihnya.

"Lo mah curang udah tau duluan tentang Ian." Ujar Ala yang menimpali.

Abian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang