📌Vote and coment, okey?
📌Ada yang nungguin?
📌Think about theory!
•
•
•
Sejak tadi malam, Naresh setia duduk di depan komputernya. Melacak keberadaan Cleo membuatnya cukup pusing sekarang. Entahlah—seperti mereka sedang dipermainkan. Belum lagi Eza mengatakan bahwasannya motor merah kesayangan Cleo masih setia terparkir di dalam taman bermain itu. Padahal kemaren sinyal pelacak di ponsel Cleo menunjukkan kalau anak itu ada di daerah rumahnya. Namun, kemaren Eza hanya menemukan ponsel Cleo yang tergeletak di samping tong sampah depan rumah Cleo.
Bukankah itu sungguh aneh sekali?
Pagi ini, Naresh berniat berangkat ke sekolah, tapi pulau kapuk miliknya seolah mendekapnya erat tak membiarkannya untuk bangkit, bahkan hanya sekedar membuka mata seolah tidak diizinkan. Padahal baru 5 menit dia berbaring di kasur.
"Halo?" Naresh langsung mengangkat panggilan dari ponselnya yang terus berdering sejak dirinya membaringkan diri di kasur.
"Na. Adek gue udah sadar."
Mata Naresh sontak terbuka sempurna. Bangkit dengan cepat, duduk bersila dan memeluk bantalnya. Dia mencoba memastikan apa yang di dengarnya itu benar.
"Buntelan coklat udah sadar?!" tanyanya memastikan.
"Iya, Na. Gue seneng banget, tapi gue gak bisa hubungin yang lainnya. Mereka pada ke mana, ya?"
Naresh bergeming ketika Jarvis menanyakan keberadaan para sahabatnya. Dia bingung harus menjawab apa. Tentang Mahen dan Reyhan, keduanya tak bisa dihubungi sejak mereka berdiskusi tempo hari. Eza bisa aja, tapi anak itu lebih memilih menyelidiki ke mana perginya Cleo dan kasus hilangnya sang Ayah. Cleo—menghilang tanpa kabar.
"Na. Kok diam aja? Atau lo lagi persiapan sekolah, ya?"
Menetralkan perasaannya, Naresh mulai menjawab pertanyaan Jarvis. "Kalo boleh jujur, gue males banget sekolah. My honey bunny springbed meluk gue terus," jawabnya.
"Gak lucu, Na."
Mendengar decakan kesal dari Jarvis membuat Naresh menyemburkan tawanya. "Gue bercanda, tapi serius...gue malas banget sekolah. Terus kalo yang lainnya gak tau, mereka gak bisa dihubungi," balas Naresh. Namun, jantungnya berdetak kencang saat Jarvis menghela napas di seberang sana.
"Gak bisa dihubungi? Lo lagi ngelawak? Lo satu kelas sama Reyhan dan Eza. Kalo Mahen okelah, tapi Reyhan dan Eza? Jujur sama gue, apa yang terjadi tiga hari ini?"
Naresh melupakan satu hal. Jarvis adalah orang yang peka dan dia sudah salah berbicara.
Menggigit bibir bawahnya, Naresh menghembuskan napas kasar. "Janji dulu. Lo jangan overthinking," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
404! Not Found
Mystery / ThrillerJarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain." Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?" Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!" Reyhan : "Ini tuh mahakarya!" Mahen : "Maharkarya endasmu!" Cleo : "EZZA! NGA...