📌vote and coment, okey?
📌Masih ada yang nungguin?
📌Think about theory
•
•
•
Kini Jarvis dan Ayahnya sudah berada di ruang inap milik Harvis. Kembarannya itu meraung tanpa henti ketika melihatnya, bahkan saat Jarvis mendekap tubuh itu, Harvis tetap meraung kencang. Mendekap begitu erat seolah dia tak menginginkan Jarvis pergi dari hadapannya. Tentu saja melihat itu, dada Jarvis begitu nyeri. Dia bisa merasakan bagaimana tangisan Harvis mengungkapkan dia tak ingin kehilangan Jarvis, betapa terlihat putus asa seolah telah kehilangan hal yang berharga.
Selama 20 menit lamanya, Jarvis terus berusaha menenangkan sang kembaran. Harvis seolah tak ingin ditinggalkan olehnya, bahkan dia akan menangis dan berteriak kencang jika ada orang lain yang mendekatinya—termasuk orang tua mereka. Kini kedua anak kembar itu hanya berdua di dalam ruangan karena orang tua mereka memutuskan untuk keluar—memberi kenyamanan dan ketenangan untuk putra mereka.
Secara perlahan, Harvis menjauhkan tubuhnya. Kepalanya mendongak, mata sayu itu memancarkan kerinduan yang begitu dalam. Keduanya tetap diam dan hanya saling menatap. Hingga tangan Harvis menangkup pipi sang kembaran.
"Abang jangan ninggalin Adek lagi," ucapnya dengan suara bergetar.
Air jatuh dari mata Jarvis, napasnya begitu sesak ketika Harvis mengatakan hal demikian. Dia gagal. Seandainya dia tak meninggalkan Harvis sendirian, maka hal seperti ini tak akan terjadi.
"Maafin Abang. Abang janji bakal selalu di sisi Adek. Adek mau, kan maafin Abang?" Jarvis menatap Harvis seolah memohon permohonan maaf. Sejujurnya dia tak sanggup bagaimana binar mata sang kembaran menatapnya dengan pandangan terluka seperti itu.
Harvis menggeleng. "Enggak...seharusnya Adek yang minta maaf...pasti sakit banget, ya, Bang? Maafin Adek, ya?" jawabnya sembari meraih punggung Jarvis. Dia bisa merasakan beberapa benjolan memanjang di punggung kembarannya itu.
Jarvis terdiam saat Harvis meraba punggungnya. Apa Harvis tau hal ini?
"Adek tau?" tanya Jarvis. Raut wajahnya menunjukkan jika dia benar-benar terkejut.
Harvis mengangguk. "Iya. Maafin Adek karena buat Abang dihukum sama Ayah. Adek bandel, Adek nakal," jawabnya dengan pelan.
"Adek tau dari mana Abang sering dihukum sama Ayah?" Harvis diam cukup lama. Anak itu tertunduk tak berani mengangkat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
404! Not Found
Mystery / ThrillerJarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain." Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?" Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!" Reyhan : "Ini tuh mahakarya!" Mahen : "Maharkarya endasmu!" Cleo : "EZZA! NGA...