Mantan pacar

43.6K 5K 134
                                    

Kedua gadis itu datang memasuki kelas dengan terburu-buru. Padahal bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Untung saja saat memasuki kelas guru pengajar belum datang.

"Huh...capek banget lari-larian." Keluh Noa yang sedang mengatur nafasnya.

"Untung pagar sekolah gak ditutup, padahal ini mah udah telat banget." Ala merasa aneh, pasalnya jarang sekali pagar sekolah dibuka begitu lebar.

"Berita UPDATE! Hari ini guru rapat bulanan jadi kita free kelas!" ujar salah satu teman kelas mereka yang baru saja datang.

Pekikan heboh terdengar di kelas itu, beberapa murid bersiap untuk meninggalkan kelas dan pergi ke kantin. Sedangkan yang lainnya sibuk melanjutkan acara gosip yang tertunda.

Sedangkan Ala dan Noa saling berpandangan dan menampilkan senyuman miring. Kedua gadis itu malah pergi meninggalkan kelas membawa serta tas mereka.

Tujuan kedua gadis itu saat ini adalah rooftop. Dimana tempat itu yang menjadi perkumpulan Gio dan teman-temannya.

"Gio, bolos yuk!" ajak Noa yang sudah berlari ke arah cowok itu.

Gio mengerutkan keningnya. "Free kelas bukan berarti bisa bolos sesukanya" tatapan Gio tak lepas dari Noa.

"Sok banget deh Giotama, mendingan antar kita berdua pulang." Ujar Ala menimpali.

"Gak, gue mau jalan sama Noa dulu. Lo pulang aja sendiri!" balas Gio, wajah cowok itu seperti mengejek Ala.

"Gak mau! Lagian gue mau ikut kalian jalan." Tolak Ala bersikeras.

"Oke kalau gitu sekarang kita ke cafe buat ketemu sama Raka." Putus Gio yang menggandeng tangan Noa dan Ala secara bersamaan.

Ala menghentikan pergerakan. "Emang Raka gak sekolah?"

"Masuk!" ujar Gio yang sudah berada di depan mobil.

Kedua gadis itu segera memasuki mobil.
Tak ada yang membuka obrolan di antara ketiga manusia itu. Gio yang sibuk menyetir, dan Noa yang sedang asik memainkan game di ponselnya. Berbeda dengan Ala yang nampak gugup menyiapkan dirinya untuk bertemu Raka.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah cafe sebagai tempat pertemuan dengan Raka.

"Hai cantik," sapa Raka kepada Ala, sial cowok itu malah menampilkan wajah manis didepannya.

"hmm," balas Ala dengan deheman.

"Lama gak ketemu, makin cantik aja." Goda Raka yang membuat Ala salah tingkah.

"Siapa suruh dulu ninggalin gue!"

Tanpa rasa bersalah Raka malah merangkul pundak Ala. "Lo dulu buluk sih," gurau Raka.

Beberapa teman Raka malah ikut tertawa karena ucapan cowok itu, Noa dan Gio pun juga sama saja menertawakan dirinya.

"Awh..." ringis Raka yang mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Balikan yuk!" ajak Raka.

"Ala udah punya pacar," ucap Gio dengan entengnya.

"Be...bener tuh, Gue udah punya cowok. Jadi sorry to say Raka." Ungkap Ala dengan gugup, sial siapa juga yang mau jadi pacar gue batinnya.

"Pasti cowok lo kayak Rian yang cupu itu," sahut Raka dengan wajah meremehkan. Pasalnya dulu saat belum memiliki hubungan dengan Raka, ada seorang cowok cupu bernama Rian yang mencoba mendekati Ala.

"Dia lebih segalanya ketimbang lo!" timpal Noa yang membela Ala.

"Kapan-kapan gue kenalin."

Raka tersenyum sinis seperti tertantang dengan ucapan gadis di depannya. Selama ini ia kira Ala masih belum move on darinya. Tapi mengingat kecantikan Ala sekarang, jujur saja Raka merasa bersalah pernah meninggalkan gadis itu dulu.

•••

"Tumben ingat pulang," sindir bunda Ratih kepada anaknya.

"Minta uang jajan tuh pasti bun!?" ujar Nilo yang ikut-ikutan menyindir Ala.

"Diam deh Ala tuh lagi badmood." Ala menopang dagu melihat ke arah jam yang berputar.

"Anak papa udah pulang, gimana rasanya nge-kost?" tanya papa Ala yang menghampiri putrinya.

"Seru banget, gak ada tuyul yang gangguin." Jawab Ala sambil melirik Nilo.

"Sayang banget kamu telat dateng ke sini, tadi pangeran Abian baru saja memberikan ini." Sahut Ratih yang mengangkat dua box kue.

"Ian kesini?" bunda Ratih hanya membalas dengan senyuman.

Ala menampilkan wajah masam mengingat hari ini Ian mengingkari janjinya untuk mengajari dirinya naik sepeda.

"Tapi bang Ian tadi bawa cewek yakan bun?!"

"Masa sih?" Bunda yang mendapatkan kedipan dari Nilo hanya tersenyum paham.

"Beneran Bun? Cantik mana sama Ala?" tanya Ala secara beruntun.

"Ya cantikan putri papa dong," sahut Toni yang menepuk pundak putrinya.

"Papa gak asik deh," gerutu Nilo dan bunda Ratih secara bersama.

"Kakak mau nginap di rumah?" Ala menggelengkan kepalanya.

"Mau numpang makan doang terus pulang ke kostan," ujar Ala yang memasukkan kue pemberian Ian ke dalam mulutnya.

"Tadi kata bunda bener nggak?"

"Kata bunda yang mana?"

"Itu Ian bawa cewek cantik ke sini," cicit Ala dengan lirih.

"Aduh putri papa udah besar, papa dukung seratus persen kamu sama pangeran Abian." Ujar papa Ala yang disertai gelak tawa.

"Nilo nggak setuju."

"Bunda juga nggak!"

"Bang Ian gak banget dapat cewek pemalas kayak kakak."

"Bunda nggak mau calon mantu bunda dapat anak manja kayak putri papa ini"

Ala dan papanya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan ibu dan anak yang sama-sama aneh itu.

•••

Abian baru saja bangun dari tidurnya karena mendapatkan telepon dari Arina, cewek itu izin tidak bisa masuk kerja hari ini.

"Sial!" Umpat Ian yang melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul lima sore.

Ia segera bangkit memasuki kamar mandi, setelah bersiap Ia keluar memakai kaos hitam polos dilapisi kemeja.

"Sore bos, besok ada orang yang mau menyewa cafe buat acara ulang tahun." Ujar salah satu pelayan di cafe.

"Kamu atur saja," balas Ian.

Cowok itu melangkahkan kakinya ke dapur, ia sedang mencari keberadaan seseorang.

"Noa..." panggil Ian.

"Kenapa bang Ian?" tanya Noa yang sedikit bingung kenapa bosnya tiba-tiba menghampirinya.

"Ala ada di kost?"

"Hari ini katanya tuh anak mau ke rumah bunda." Setelah mendapatkan jawaban dari Noa, Ian pergi begitu saja.

"Untung dia bos gue," ujar Noa yang bersabar menghadapinya sikap Abian.

•••

Maaf kalau masih ada typo

Jangan lupa
Vote & komen
SEU NEXT PART💙

Mayin 🐨

Abian (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang