Dentuman musik DJ memekakan telinga, aroma alkohol menyeruak indera penciuman, pakaian mini para gadis bernari ria sambil memegang minuman masing-masing. Malam itu One World Trade Center yang disewa bagaikan sebuah Night Club, lampu remang-remang semakin menambah kesan liar.
Alex menautkan jemarinya di depan bibir, menumpu siku dengan ujung sofa, punggung bersandar tenang di sandaran. Netra biru bagaikan langit itu mencari keberadaan sosok gadis yang sejak tadi ia tunggu. Alex memutar mata seiring menghela napas berat, pesta sudah berlangsung dua jam, tapi kedua gadis itu belum juga datang. Dapat ia simpulkan bahwa Bianca tidak menghadirinya. Ya, tidak mungkin Bianca menjebak Angela hanya untuk uang, bukan? Jadi sia-sia saja ia menunggu.
"Ada apa?" tanya Trevor membuat Alex menoleh, di mana lengan pria itu merangkul kedua gadis. "Apa Bianca tidak datang?"
"Tentu saja datang," sahut Kent tiba-tiba, membuat Alex melirik tajam ke arahnya. "Bersabarlah."
"Mengapa kau yakin sekali? Sudah lewat dari waktu yang dijanjikan, bukan?" tanya Adam dengan tatapan dingin.
Ethan mengangguk setuju. "Ya, kurasa mustahil Bianca melakukan hal itu, Angela satu-satunya temannya, bukan?"
Kent memutar mata jengah. "Jangan terlalu naif, nerd sepertinya sudah pasti penggila uang dan penurut, teman pun tidak berarti untuknya."
"Itu mereka!" seru Elias tiba-tiba sembari menunjuk kedua gadis cantik yang salah satunya memakai kacamata. "Jangan menilai seseorang terlalu cepat," celetuk Elias sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Kent.
Air muka Alex semakin pucat pasi, gelisah. Pria itu terdiam, tanpa mengedipkan matanya tidak habis pikir. Jantung berdetak kencang. Mengapa Bianca datang? Apa Bianca akan menjebak Angela? Dan hal itu terjadi karena Alex. Karena Kent ingin membuktikan ucapan temannya? Alex menoleh pada Kent tidak percaya. Sementara Kent melempar seringai ke arahnya.
Alex pun kembali menolehkan kepala ke arah Bianca dan Angela yang berjalan ke arah mereka. Angela terlihat dingin, sementara Bianca gugup juga gelisah. Alex berdiri dari sofa hendak meninggalkan pesta itu. "Omong kosong!" umpatnya, namun Kent menahannya.
"Lihat dengan mata kepalamu sendiri."
Alex menepis tangan Kent darinya, lalu kembali duduk dengan perasaan dongkol.
Bianca dan Angela mendekat ke meja khusus Black Line, di mana Trevor menyambut mereka sebagai tamu khusus, membuat para insan memerhatikan mereka. "Look this is our special guest, Angela and Bianca! Can I hear some applause?"
Suara riuh tepuk tangan terdengar, membuat Bianca dan Angela semakin tidak nyaman, pasalnya mereka yang biasanya dijadikan bahan bulanan. Bianca pun memberikan kadonya begitu juga Angela. Dan tanpa menunggu aba-aba, Trevor langsung membukanya, membuat Angela juga Bianca kesal. Kali ini Bianca merasa malu karena ia pikir hadiahnya bukan apa-apa, namun begitu melihat kado Angela yang isinya adalah bingkai foto, sementara dirinya sebuah novel, Bianca sedikit tenang, setidaknya ia tidak sendirian memberikan hadiah yang bukan apa-apa untuk orang elit, bukan?
Gelak tawa membuat Bianca seketika malu, mungkin merasa tidak pantas memberi hadiah seperti itu untuk orang kelas atas. Namun tidak seperti Bianca, Angela justru ikut tertawa membuat Trevor terheran-heran. Padahal Trevor berniat mempermalukan mereka.
Trevor berhenti tertawa. "Apa yang kau tertawakan?" tanyanya heran.
"Tidak, karena menurutku kau itu tidak penting, jadi aku memberikan hadiah yang sesuai dengan levelmu," ucapnya mengambil minum dari tangan Trevor sebelum menyeruputnya dan mengembalikannya ke tangan lelaki itu.
Tawa Kent meledak kala itu bersamaan dengan Elias dan Ethan yang terbahak-bahak, sementara Alex dan Adam diam saja, memerhatikan Bianca dari kejauhan, seolah tidak tergelak. Trevor memerhatikan kepergian Angela dengan tatapan kesal. "Awas kau! Untung saja cantik!" gerutunya.
Di sisi lain, Bianca tersenyum dan mengikuti tarikan Angela untuk segera duduk ke salah satu kursi. Angela benar-benar luar biasa, bisa menjungkirbalikkan keadaan seperti itu. Kini, Trevor yang dijadikan bahan tawaan Black Line, tentu saja, jika orang luar berani menertawakan Trevor, habislah mereka.
"You're so cool," puji Bianca terkekeh pelan seiring mendaratkan bokongnya ke kursi.
"Terkadang kita perlu membalas."
"Tapi bukankah kau yang menyuruhku untuk tidak membalas?" tanya Bianca heran.
Angela tertawa sambil memutar mata. "Yeah, terkadang mereka terlalu menyebalkan, jadi aku tidak bisa menahan diri."
Bianca mengangguk-anggukan kepalanya sambil menurunkan senyum. Ia menoleh lagi pada sosok gadis cantik di sampingnya. "Ngomong-ngomong mengapa kau tiba-tiba memaksa untuk ke sini? Bukankah kau yang tidak mau?" tanya Bianca heran.
Melihat Angela langsung mengalihkan pandangan sambil menggeleng canggung, Bianca tidak dapat membendung penasarannya. Ia tidak bisa menunggu lagi, apa ada hubungannya dengan Kent? Mengapa Angela begitu penurut dengan lelaki itu? Bianca menyentuh tangan Angela yang sontak ditatap gadis itu. "Ada masalah apa antara kau dan Kent? Aku sudah lama menunggumu mau bercerita, tapi kau tidak juga bercerita."
Angela menunduk sebentar sebelum melirik ke arah Kent yang sejak tadi menatap mereka. "Kupikir kau tidak peduli."
"Mengapa kau berpikir seperti itu? Kita teman, bukan?" tanya Bianca mengerutkan dahi. "Aku tidak bertanya karena ingin menghormati privasimu, tapi sekarang aku benar-benar penasaran."
Angela menoleh pada Bianca. "Kau tahu aku ingin menjadi model, bukan? Orang tuaku tidak mengizinkan, mereka mau aku menjadi dokter, karena itu aku dikekang dan harus menduduki peringkat satu, juga menempuh pendidikan di tempat yang memadai." Angela mengalihkan pandangan sambil mengetuk-ngetuk jari ke atas meja. "Dan Larsen satu-satunya tempat asrama yang diizinkan orang tuaku atau aku sekolah atas pilihan mereka dan tidak diizinkan tinggal di asrama. Hanya di asrama aku bisa bebas, Bianca." Angela kembali menoleh pada temannya itu. "Karena itu aku terkadang tidak bisa menolak, jika Kent menginginkan sesuatu dariku. Dia bisa mengeluarkanku atau memalsukan perbuatan onarku di sekolah."
Bianca mengepalkan tangannya. "Lalu, mengapa Kent terlihat begitu terobsesi padamu?"
Angela tertawa hambar. "Aku malah berpikir dia hanya mengerjaiku, menjadikanku sebagai mainan karena parasku ini. Tidak bermaksud sombong, tapi aku tidak buta, banyak pria yang tertarik padaku. Kent hanya ingin menjadi bintang atas hal itu."
Bianca terdiam. Jika ia benar-benar akan memasukkan obat tidur itu ke dalam minuman Angela, sudah jelas orang tua Angela tidak akan mengizinkan Angela untuk bersekolah di asrama lagi. Jadi pilihannya, Bianca atau Angela yang menetap di Larsen?
"Sepertinya aku harus ke toilet sebentar," pamitnya membuat Bianca mengangguk pelan.
Bianca menoleh pada Black Line, di mana Alex dan Adam yang tadinya memerhatikannya langsung mengalihkan pandangan. Bianca menatap Kent yang merokok bersama Elias juga Trevor sambil bercerita. Tidak. Bianca tidak bisa menghancurkan kebebasan Angela. Dibanding mengorbankan Angela, lebih baik dirinya undur diri, bukan?
Bianca mengambil obat tidur di sakunya, lalu membuangnya ke tempat sampah, sebelum menghampiri Angela yang baru saja keluar dari toilet. "Kita pulang sekarang," ucap Bianca menarik Angela untuk segera keluar dari gedung pencakar langit itu. Ia melirik ke arah Black Line, di mana Kent tercengang dengan keputusan yang Bianca buat. "Aku sudah selesai dengan mereka."
Bianca dan Angela pun segera pergi tanpa menunggu apa-apa. Angela yang kebingungan langsung bertanya begitu mereka sampai di luar, "Ada apa? Kent bilang kau akan berada dalam masalah jika kita tidak menghadiri pesta Trevor, apa yang terjadi?" tanya Angela menggebu-gebu, namun segera menutup mulutnya begitu tersadar.
Bianca mengernyit. "Jadi, kau memaksaku ke sini agar aku tidak berada dalam masalah?" Angela hanya diam sambil menggigit bibirnya sendiri. Bianca tersenyum lirih, lalu memeluk erat gadis di hadapannya. "Terima kasih, Angela. Kau adalah teman terbaik yang pernah ada. Kuharap kita bisa bertemu lagi nanti."
Angela terkejut karena Bianca menangis sambil memeluknya. "A-apa maksudmu, Bianca? Mengapa kau menangis?"
"Akan kuceritakan di asrama."
#To be Continue...
300621 -Stylly Rybell-
Instagram @maulida_cy & @styllyrybell
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Prince [COMPLETE]✓
Teen Fiction#7 Stone Series Menempuh pendidikan di sekolah elit adalah keberuntungan yang tidak diduga untuk Bianca Desy Mariani. Seorang siswi asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa di Larsen High School, Amerika Serikat. Sekolah swasta paling bergengsi di A...