Bab XXIV

1.5K 193 116
                                    

Oi, oi, oi!!! Malem bgt nggk sih?!

نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ

Selamat membaca. Siapkan mental, oke.

Happy Reading

Aretha berusaha tetap tenang ketika Altas, anaknya, benar-benar tak bisa dikendalikan sekarang. Dirinya tadi menyuruh agar Rafa mengantarkan duo pengganggu ke tempat asalnya, agar dirinya mudah menenangkan Altas yang sejak tadi terus menangis.

"Al sayang, dengerin Mama, ya. Besok beli mainan yang baru lagi, ya. Yang bagus, tapi Al jangan nangis."

"Al ... d-dia jahat, Ma. Lusakin punya Al, Ma!" Altas sesenggukan ketika melihat kembali mainan yang sudah rusak.

Aretha menoleh ke arah bi Inah yang menatapnya dengan tatapan sendu. "Den Altas mau makan apa? Bibi buatin, ya? Mau?"

Altas menggelengkan kepalanya keras. Anak tersebut kian menangis di bahu ibunya.

"Besok beli lagi, ya. Kalo nggak gini, nanti kalo Papa udah pulang kita beli lagi. Mau?"

"Tapi udah abis, Ma ... mainannya abis!"

Bertepatan dengan tangisan Altas yang kian mengencang, Rafa muncul dari balik pintu sambil membawa sebuah kotak.

"Lho ... katanya mau jadi dokter, kok nangis? Papa bawa apa ini."

Altas mengangkat kepalanya ketika Papanya menyodorkan sesuatu ke dirinya. Tapi setelah ia tahu apa isinya, Altas kembali menyembunyikan kepalanya di bahu Aretha.

"Al udah punya mobil. Al nggak mau!"

"Hei! Kok tambah keras? Beli lagi, ya? Mau Altas?" tanya Aretha.

"T-tapi ... udah abis!"

"Yaudah ayo keliling cari toko mainan. Cari pesawatnya Altas ya, Pa?"

"Iya. Jagoan Papa tapi diem dulu lah. Kita berangkat sekarang, ya."

Altas mengusap air matanya, kemudian menganggukkan kepalanya.

oOo

"Nando tega banget, Raf. Padahal Altas nggak pernah sakitin dia."

Aretha mengusap kepala Altas yang tertidur lelap di bahunya. Anak tersebut sampai kelelahan mencari keberadaan mainan hingga ke penjuru toko. Yah ... meskipun hasilnya nihil.

Rafa menghela nafas. Laki-laki itu mengusap kepala Altas, kemudian menatap lurus ke arah jalanan.

"Kamu masih mau tanggung dia ketika lihat anak kamu di giniin?" tanya Aretha memfokuskan pandangannya ke arah Rafa.

"Nando nggak tau apa-apa, Tha!"

"Nggak tau kamu bilang?! Dia ngomong benci lho sama Altas! Dia nggak suka Altas punya Papa, nggak suka Altas punya rumah. Itu yang kamu bilang nggak tau apa-apa?!"

Rafa menghentikan mobilnya mendadak. Hampir kepala Aretha terbentur dashboard mobil jika tangan Rafa tak menghalanginya.

"Kamu jangan kayak anak kecil, Tha!"

"Anak kecil? Kamu yang aneh, Raf! Kamu ambil keputusan tanpa minta saran sama aku. Harusnya aku yang bilang kayak gitu!"

"Aku kayak gitu karena belain kamu, Tha!" jawab Rafa. "Kamu jangan micu emosi aku, ya!"

Aretha membuang pandangannya ke jendela. Laki-laki ini, benar-benar berbeda dari sebelumnya. "Aku harap kamu nggak terpengaruh sama kelakuan mereka, Raf!"





Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang