4 📘: Ta'aruf

27 9 0
                                    

🍒JEJAKNYA OM, TANTE🍒

SELAMAT MEMBACA💐

"Karena kau telah mengetuk, maka akan kami persilahkan engkau masuk." Orang tua Rayhan.

***

Malam kian larut. Gemuruh petir di luar terdengar beberapa kali saling bersahutan. Kayra meringkuk dalam selimutnya. Trauma masa lalunya kembali merenggut tidurnya. Meski rumah sakit sedang dingin-dinginnya, tidak dengan Kayra. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Nafasnya memburu.

"Tidak ...! Jangan ...! Kay–Kay mohon ...!" Nafasnya semakin memburu.

Rayhan yang sedari tadi menunggu di luar, terkejut mendengar teriakkan Kayra. Ia memasukkan gawainya ke kantong celana dan menghampiri Kayra. Dibukanya pintu kamar itu dengan perlahan. Langkah kakinya menghampiri Kayra yang tertidur dengan gelisah di sofa.

"Kay?" panggilnya pelan dan menyentuh pundak Kayra.

Tak ada jawaban! Kayra hanya terus mengucapkan kalimat 'Tidak! Jangan! Kay–Kay mohon!' dalam tidurnya, Kayra seperti sedang berusaha lepas dari sesuatu.

"Kumohon jangan lakukan itu!" lirih Kayra dengan air mata yang terus bercucuran.

Rayhan memeluknya. Membacakan ayat kursi di telinganya. Membuat Kayra sedikit lebih tenang. Dengan lembut, Rayhan terus membacakan ayat-ayat suci Al-Quran untuk Kayra. Suaranya yang teduh, membuat Kayra hanyut dan kembali nyaman untuk tertidur pulas.

***

Kayra terbangun ketika alarm dari gawainya berdering. Ia merasakan dirinya sedang dipeluk. Matanya terbuka dan korneanya membesar.

"Bagaimana bisa aku tertidur dalam pelukannya?" batin Kayra memandangi wajah Rayhan.

Wajah teduh itu sedang tertidur pulas. Secara tak sengaja, Kayra menikmatinya. Ia memandangi wajah itu dengan seksama. Tampan! Kayra tersenyum sampai akhirnya menyadari perbuatannya sendiri. Ia mendorong keras Rayhan hingga pria tersebut terjatuh dari sofa.

"Astagfirullah ... astagfirullah ... astagfirullah Kay. Ya Allah ampuni Kay!" Usap Kayra pada wajahnya kasar. Wajahnya panik!

"Hei! Hei! Tenang! Saya gak ngapa-ngapain kamu. Semalam kamu mimpi buruk dan saya hanya mencoba menenangkan kamu. Maaf saya tertidur sambil melukmu," ucap Rayhan merasa bersalah.

Kayra memandangnya tajam.

"Kita bukan mahrom! Kenapa kamu meluk?" tanya Kayra tajam.

"Aku–saya itu. Gak tega lihat kamu ketakutan. Kamu mimpi buruk. Maafkan, ya?" ucap Rayhan tersenyum bingung.

Kayra memandanginya.

"Lagian aku gak tahu nama Mas siapa. Mas, 'kan bisa bangunin aku?" Kayra mendatarkan wajahnya. Sangat datar!

"Aaya sudah melakukannya. Tetap saja kamu tidak bangun. Maafkan sekali lagi atas perbuatan saya. Maaf!" Rayhan mengembangkan senyumannya, berharap Kayra mau memaafkannya.

"Lain kali jangan diulang, ya Mas!"

Rayhan tersenyum. "Namaku saya Rayhan. Kamu bisa memanggil saya Ray," ucap Rayhan memperkenalkan diri.

"Oh, Rayhan!" Kayra memanggutkan kepalanya.

Bukan ia tak mengenal Rayhan. Ia tahu siapa Rayhan. Laki-laki populer di kampus, siapa yang tak tahu dia? Rayhan Al-habib sang sayyid dengan segala pesonanya. Kayra hanya menjaga gengsinya agar tidak dipandang semena-mena oleh Rayhan. Dan fakta lain ialah, Kayra lebih dulu mencintai Rayhan sebelum laki-laki itu terpikat padanya. Bukan karena ketampanan atau kepopuleran Rayhan yang membuat Kayra jatuh cinta padanya, tetapi karena keimanan dan ketaqwaan laki-laki tersebut. Setiap kali ia melakukan sholat di mushola kampus, selalu saja Rayhan yang menjadi imam. Beberapa teman Kayra, seperti Ainun sang Syarifah yang anggun nan cantik pun mengaguminya. Dan Kayra sadar diri, seorang sayyid seperti Rayhan hanya pantas bersanding dengan seorang syarifah seperti Ainun.

KAYRA ILYASA (Cinta Di batas Trauma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang