Bagian 32 : Sang Pelaku

988 106 213
                                    

B a g i a n 32 : Sang Pelaku.

Tidak ada yang pernah tau rencana semesta kedepannya, karena tugas kita hanyalah mengikuti alur yang entah akan berakhir seperti apa.

***

Anggi menopang dahunya menggunakan tangan kanannya, pikirannya sedang berkelana pada masa bahagia itu. Bahkan nasi goreng kesukaannya saja ia abaikan.

Jadi.. kisahnya dengan Tama sudah benar-benar usai sekarang? Kalimat itulah yang sedari tadi menguasai benaknya.

Ia mengusaikan hubungannya karena ia tidak ingin hatinya terluka lebih dalam, namun jika begini caranya, apakah hatinya akan baik-baik saja?

Tentu saja jawabannya tidak.

Semua orang menyuruh dirinya untuk melupakan lelaki itu, tapi bagaimana ia bisa melupakan seseorang jika hatinya saja tidak ingin?

"Nggi, kenapa malah bengong? Makan dulu nasi gorengnya," suruh Kelvin yang di angguki oleh Melisa dan Fitri.

"Mikirin Tama?" tebak Melisa.

"Siapa lagi kalau bukan dia."

"Ngapain di pikirin? Harusnya lo seneng, Nggi bisa putus dari cowo brengsek kayak dia."

"Gue sayang dia."

Perkataan Anggi barusan membuat ketiga temannya itu terdiam, terutama Melisa dan Fitri, mereka adalah saksi bagaimana Anggi mencintai Tama.

"Move on, Nggi. Gue bakal bantu lo, tenang aja," ujar Kelvin sembari tersenyum tipis.

Fitri menggigit bibir bawahnya, entah kenapa tapi perkataan Kelvin barusan berhasil membuat rasa sesak menjalar di dadanya.

Cemburu? Mungkin itulah jawabannya.

Melisa menatap Anggi dan Fitri secara bergantian, gadis itu peka dengan apa yang sedang kedua sahabatnya rasakan.

"Pit, temenin ke toilet yuk!"

Fitri mengangguk lalu beranjak ke toilet bersama Melisa.

"Pit, kamu cemburu?"

"Satu tahun setengah bukan waktu yang sebentar, Ci. Aku sayang dia selayaknya rasa Anggi ke Tama."

Melisa mengangguk mengerti, sudah ia duga Fitri akan merasakan hal tersebut.

"Artinya kamu tau kalau Anggi nggak akan pernah bisa sama Kelvin karena rasa yang dia taruh ke Tama sebesar itu."

"Semoga."

"Yakin sama aku, okey?"

Fitri mengangguk lalu jatuh ke dalam pelukan Melisa, "Makasih udah jadi orang yang paling peka sama perasaanku dan Anggi."

Melisa mengangguk, "Yaudah, kita temenin Anggi dulu ya? Buang jauh-jauh pikiran buruk kamu."

"Ayo!"

Mereka pun kembali ke kantin dan duduk di tempat yang sama bersama Anggi dan Kelvin.

"Nanti kita jalan yuk, Nggi? Kita harus seneng-seneng, sahabat gue nggak boleh sedih lama-lama," ajak Fitri penuh semangat.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang