27. Calon Istri Septian

23 3 0
                                    

Naufal mengangguk-anggukan kepalanya mendengar cerita septian.

"terus nadia gimana? Kalau dia patah hati gimana?"

"bos nya aja masih bingung antara mantan atau tunangan nya. Masa sekretaris nya gak boleh patah hati?"

Jleb

Naufal rasanya ingin mengubur sahabatnya yang satu ini saja. Apapun yang diucapkan laki-laki itu selalu mampu membuatnya kehabisan kata-kata.

"oke, kapan emang?"

"sabtu besok."

"HAH?! Jangan ngadi-ngadi lo ya?! Berarti 5 hari lagi?! Lo belum ngenalin calon bini lo ke kita-kita loh, sep."

"nanti aja pas nikahan."

"het, bisa begitu!"

Septian hanya mengedikkan bahunya acuh. Tidak lama ada suara gaduh seseorang yang masuk kedalam ruangan naufal. Dan orang tersebut adalah zio dan zidan, lebih tepatnya hanya zio yang heboh.

"assalamualaikum, kalian nungguin aku gak? Ihh gak mau, gak suka gelay!" datang-datang zio sudah teriak-teriak seperti orang gila mengikuti kata-kata yang beberapa waktu lalu tengah viral.

Zidan yang datang bersama zio hanya bisa menahan malu karena sejak sampai dikantor naufal dari di lobby sampai ke ruangan naufal. Sahabatnya yang merupakan pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa tersebut terus berteriak tidak jelas, bahkan sampai menyapa seluruh karyawan wanita naufal yang ia temui. Sungguh memalukan!

"heh! Heh! Heh! Ini kantor, bukan hutan! Kalo mau jadi tarzan di hutan aja sono!" naufal kesal melihat kelakuan sahabatnya yang dengan seenaknya jidat teriak-teriak dikantornya.

"ehh, ada abang naufal yang udah tunangan tapi gak nikah-nikah." sapa zio kepada naufal dengan nada menyindir.

"ehh, ada aa septian yang masih terhalang dengan tasbih ditangannya dan salib dilehermu." sapa zio kepada septian.

Daripada semakin malu, zidan memilih untuk duduk bersama dengan naufal dan septian. Dirinya tidak mau mengakui jika laki-laki yang sejak tadi teriak-teriak tidak jelas itu sahabatnya. Dimana wibawanya sebagai dosen muda jika mempunyai sahabat seperti zio?

Zio ikut nimbring bersama ketiga sahabatnya. Dirinya mengambil undangan pernikahan yang ada diatas meja naufal.

"glenca arabella kornelisen siapa?"

Naufal menggeplak kepala zio. "Cornelissen bego!"

"ya, itu maksud gue. Siapa?"

"baca aja sendiri."

"glenca arabella Cornelissen dan SEPTIAN FREDERIK GEOVANO?!" zio langsung memekik terkejut saat membaca nama septian yang tertera di undang tersebut.

"aa asep mau nikah?! Aa asep tega ninggalin dede zio?! Aa asep mah jahat! Kalo aa asep nikah, nadia sama siapa? Sama dede zio aja gimana? Boleh gak?"

Septian mengambil pulpen yang tergeletak diatas meja lalu melemparnya tepat mengenai kening zio.

"tuh buat lo!"

Naufal dengan cepat mengambil pulpen tersebut. "enak aja! Pulpen gue itu!"

"dih, pelit banget lo najis." cibir zio.

"biarin, emang lo kata beli pulpen gak pake duit?!"

"yaelah lo kan kaya, duit banyak. Pulpen doang aja ribet lo."

"bisa diem gak lo!" zidan sudah lelah dengan kelakuan sahabatnya itu.

Zio menyengir kearah zidan. "maap pak dosen, gak bisa!"

Naufalrora 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang