Bagian 22 : Cerita

934 92 70
                                    

B a g i a n 22 : Cerita

Jika kisah hidupku adalah sebuah buku, maka kamu adalah halaman terbaik, entah untuk bertahan hingga akhir cerita, atau hanya akan menjadi kenangan dan lembaran termanis yang pernah ada.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi, menandakan semua murid diperbolehkan untuk mengistirahatkan pikirannya, namun tidak dengan kelas Tama dan Anggi, guru sejarah mereka itu masih belum ingin mengakhiri pelajarannya.

"Eh buset, suara apa dah itu?" tanya Reza tiba-tiba, lelaki itu memberikan kode kepada teman-temannya.

"Lah iya suara apaan?" tambah Aziel.

"Kayak pernah denger ye?" lanjut Tama.

"Suara bel istirahat ternyata, oh udah istirahat ya?" ujar Kelvin, ia memberikan penekanan saat menyebut kata "istirahat".

"Duh laper," sahut Reza lagi.

"Duh mau makan sambil pacaran sama Anggi deh," tambah Tama.

"Katanya nyuri waktu itu dosa ya?"

"Tama, Kelvin, Reza, dan Aziel, saya tunggu kedatangannya saat pulang sekolah di ruangan saya."

"Silahkan istirahat, maaf atas keterlambatan waktunya," pamit sang guru, lalu beranjak dari kelas mereka.

Anggi beranjak menghampiri Tama, lalu mencubit lengan pria itu, "Nakal jangan bawa-bawa aku! Untung aku gak ikut di panggil."

Tama terkekeh, "Pinjem nama doang, Nggi. Lagian beneran kok, aku mau makan sambil pacaran, yuk!"

Anggi menyambut tangan Tama dengan senang hati, "Lain kali jangan gitu, gak sopan ah."

"Siap, ibu negara!"

Tama dan Anggi pun berjalan beriringan menuju ke kantin, di belakangnya sudah ada Melisa, Fitri, Kelvin, Aziel, dan Reza yang ikut makan bersama mereka.

"Tam!"

Tama menoleh, lalu menaikkan alisnya, seolah bertanya pada orang yang baru saja memanggilnya, "Iya? Kenapa, Fem?"

"Boleh cerita?"

Anggi melepaskan genggaman tangannya dengan Tama, "Gih kalau mau cerita, aku ke kantin sama yang lain aja."

Tama menahan tangan Anggi agar tidak pergi, lalu kembali menggenggamnya, "Maaf, Fem. Nanti aja ya? Gue mau makan dulu sama Anggi dan yang lain."

Femila mengangguk kecil lalu pergi meninggalkan Anggi yang tengah menahan senyumnya.

"Kok senyum-senyum?"

Anggi menggeleng cepat, "Enggak, firasat kamu aja kali."

"Ngaku aja sih, aku juga suka liat kamu senyum," ujar Tama sembari merangkul gadis itu.

"Semoga bisa kayak gini terus ya, Tam." batin gadis itu dalam hati.

Sesampainya di kantin, mereka pun duduk dan saling menunjuk siapa yang akan memesan makanan untuk hari ini.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang