Bagian 6 : Latihan Pertama

1K 87 61
                                    

B a g i a n 6 : Latihan Pertama.

Tidak semua rasa akan mendapatkan balasan, karena tidak semua hati dapat di paksakan.

***

"Makasih ya, Tama. Maaf ngerepotin, soal jaket gue balikin besok atau lusa ya?"

"Iya, santai aja Nggi."

"Yaudah gue duluan," pamit Tama sembari tersenyum tipis.

Anggi membalasnya dengan senyuman yang sama, setelah motor Tama sudah jauh dari pandangannya, ia mengaktifkan ponselnya untuk menghubungi Melisa dan Fitri.

"Kita di depan Sushi Tei, lo kesini aja! Buruan, inget ya lo utang cerita sama kita!"

"Iya, bawel banget sih anak ini!"

Ia berjalan menuju ke tempat yang tadi Fitri sebutkan. Sesampainya disana, ia dapat menemukan kedua temannya yang sedang asik menyantap makanan mereka di dalam restoran bernuansa jepang itu.

"'Makan aja kerja kalian, bahkan temannya aja nggak di tungguin!" protes Anggi.

"Kan kita nggak mau ganggu kamu sama Tama, iya nggak Pit?"

Fitri mengangguk antusias, "Nah, sekarang ceritain gimana kalian bisa pulang bareng!"

"Tadi dia ngajak pulang bareng, gue juga nggak paham kenapa," jawab Anggi seadanya.

"Serius? Anjir anak itu kenapa kayak lagi kesambet dia!"

"Gue mau ke toilet dulu deh, tungguin disini ya jangan kemana-mana," pamit Anggi lalu pergi meninggalkan Melisa dan Fitri yang masih asik dengan makanannya.

"Pit, kok aku khawatir ya?"

"Khawatir kenapa?"

"Nggak tau tapi firasatku nggak enak, udah beberapa kali aku liat Tama sering cari cara buat deketin Femila, tapi di satu sisi tiba-tiba dia deketin Anggi juga."

"Aku seneng liat Anggi seneng, cuma aku takut dia berharap banyak dan akhrinya dia bakal juga yang bakal terluka," jelas Melisa mengutarakan pendapatnya.

"Kalau menurut pandanganku, Tama cuma tertarik aja sama Femila, karena anak baru itu emang cantik kan?" ucap Fitri.

"Cara Tama memandang Femila sama kayak cara Anggi memandang Tama, Pit. Aku bisa liat itu dengan jelas."

"Terus mau gimana, Ci? Aku nggak mau ya Anggi sakit hati cuma karena Tama masih abu-abu sama perasaannya sendiri."

"Tapi bukannya Tama memang friendly ke semua orang? Bisa jadi beberapa hal yang terjadi hari ini adalah bukti dari sifat ramahnya?" tanya Melisa lagi.

"Dia emang friendly, Ci. Tapi dia nggak se-peduli itu sama orang, aku temenan sama dia udah lama loh, tapi nggak pernah sekalipun dia nawarin aku pulang bareng," jawab Fitri.

Melisa semakin tidak mengerti maksud dari kepedulian Tama pada sahabatnya.

"Nggak usah terlalu di pikirin, aku bisa kok ngomong sama Tama."

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang