Vote 1,2 K buat next ya!
Yuk, SS cerita ini trus story-in di ig kalian! Ntar cici repost!
Itung-itung, sekalian bantu promosi! Hehe! Yuk! Buat cerita monel dan Babas dibaca banyak orang!
09. Bubur
Monela menggeliat, ketika alarmnya berbunyi. Ia kemudian bangkit dan mematikan alarm yang berbunyi diatas nakasnya. Matanya sedikit mengerjap.
Jam enam, batinnya.
Monela pun merentangkan kedua tangannya keatas sambil bersiap bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi. Hari ini libur, rencananya dirinya dan Pak Bastian akan bersih-bersih rumah. Mengingat, sudah berhari-hari semenjak bunda pergi, rumah ini tidak pernah di bersihkan lagi.
Selesai mandi, Monela langsung mengenakan pakaian tersimpelnya. Sebuah kaos dan celana pendek. Ia tak ingin repot-repot menggunakan piyama lucunya yang biasa ia gunakan sehari-hari. Karena bersih-bersih merupakan hal yang paling merepotkan menurut Monela.
Monela berjalan menuruni tangga, ia sedikit mengamati sekitar, mencari dimana sang dosen berada saat ini.
Pasalnya, dosennya itu selalu bangun pagi, hanya untuk sekedar berolahraga. Tidak seperti dirinya yang kalau matahari belom panas gak mau melek. Tapi, ketika Monela berjalan melewati kamar Pak Bastian tadi, kamarnya terlihat sangat sepi.
Monela menghendikkan kedua bahunya acuh. Tak peduli. Mungkin masih olahraga pagi. Batinnya.
Baru saja Monela mendudukkan pantanya diatas kursi makan, suara pintu yang dibuka membuat Monela menegakkan badannya, disusul datangnya Bastian yang baru saja selesai berolahraga, dengan sebuah handuk kecil yang bertengger di pundaknya.
Bastian berjalan, melewati Monela yang mendongak menatapnya, untuk mengambil air mineral di atas meja.
Monela menatap sang dosen yang terlihat sangat— sangat— sangat— seksi! Huwow!
Rambutnya yang sedikit basah dengan wajah berpeluh keringat itu terlihat sangat, menawan. Belum lagi jakunnya yang naik turun ketika menelan air mineral.
Wow! Mata Monela terasa sangat segar, pagi-pagi diberi asupan pemandangan yang seperti ini.
Bastian kemudian membuka bungkusan kresek yang ia bawa sedari masuk ke dalam rumah— yang ia taruh diatas meja makan.
"Makan!" Suara Bastian yang datar mampu membuat Monela mengerjap, tersadar.
Aisshh, dirinya pasti terlihat sangat bodoh. Batin Monela meringis.
Bastian menyodorkan sebuah bungkusan sterofoam putih ke arah Monela, pun satu lagi untuk dirinya sendiri.
"Apa ini?" Tanya Monela pada Bastian yang saat ini berjalan menuju rak piring untuk mengambil piring, sendok, dan sekalian mencuci tangan.
Bastian tak menyahut, ia hanya menaruh piring dan sendok itu diatas meja. "Cuci tangan," perintahnya.
Monela hanya mencibir, tapi tubuhnya menurut, kakinya berjalan ke arah sink dan mencuci tangannya sampai bersih. Setelahnya, Monela duduk di sebelah Bastian yang ternyata sedang menuangkan bubur ayam ke dalam piring. Pun dengan segala tetek bengeknya yang langsung dicampur menjadi satu, baru diserahkan kepada Monela.
Monela tersenyum senang. Ah, rupanya tidak sia-sia ia dititipkan ke rumah Dosennya. Jika biasanya Monela harus menuang bubur sendiri, malahan sekarang bubur aja ia tuangkan. Macam ratu saja.
Ratu apa nel? Ratu di hati Pak Bastian ya?
Monela menatap ke arah bastian yang juga sedang menuangkan bubur miliknya sendiri. Tangan Monela kemudian mengambil saos dalam plastik kecil yang berada dalam sterofoam Bastian, membuat Bastian menoleh.
"Sambelnya buat Monel ya, Pak," cengir Monela, membuat Bastian menggeleng kecil dan mendengus.
Monela tau, kalau Bastian tidak pernah menggunakan sambal abal-abal, apalagi sambal yang bentukannya encer macam air. Pasti hasil akhirnya kalo gak mencret ya demam. Makanya, Monela ambil aja! Mubadzir tau!
Kek Abi lo Nel, lama-lama!
Bastian menyuap bubur yang tidak dia aduk itu, matanya kemudian menatap Monela yang dengan sangat lahap menyantap bubur yang warnanya berubah jadi coklat, akibat semua isinya diaduk menjadi satu.
"Bubur diaduk lebih enak! Dari pada ribet, makannya satu-satu gitu." Sekelebat ucapan Monela kecil kembali melintas di pikiran Bastian.
"Bapak harus nyobain bubur diaduk, rasanya bihhh, mantap! Dari pada ribet makannya satu-satu." Ujar Monela, dengan mulut penuh bubur.
Bibir Bastian tersungging kecil. Ia kemudian mengulurkan tangan kanannya, membersihkan sisa bubur yang menempel di ujung bibir Monela yang cemot ketika makan, membuat tubuh Monela mematung.
"Makan yang cantik, Monela." Ujar Bastian lembut.
🌻🌻🌻
"Kamu yang ngepel!"
"Bapak aja!"
"Kamu!"
"Bapak! Saya udah cuci piring ya!"
"Saya udah nyapu, Monela."
"Saya udah ngelap piring ya!"
"Saya udah buang sampah."
"Saya udah naruh piring di rak ya!"
"Saya udah naruh sapu di tempatnya, Monela."
"Pak Bastian!"
"Monela!"
Monela berkacak pinggang, menatap sebal Bastian yang turut menirukan gayanya, dengan wajah congkak khas Bastian.
"Bapak kok nyebelin banget sih!"
"Kamu juga nyebelin,"
"Tau ah, Monela males!"
"Saya juga."
"Ba—"
Ting tong!
Perdebatan mereka tersela ketika ada yang memencet bel rumah siang ini. Monela pun sontak melempar tongkat pel di tangannya ke arah Bastian dan langsung ngacir pergi. "Saya yang buka pintu Pak!" Teriaknya kencang.
"MONELA!!" Pekik Bastian terkejut. Ia kemudian mendengus dan mengumpat dalam hati. Bagaimana tidak mengumpat?! Monela gak lihat-lihat kalau lempar. Ini tongkat pel jaraknya kurang lebih duah senti dari si Abas lo!!
Kalo Abas ketutuk gimana? Masuk rumah sakit hewan dong?! 😭
Monela tak memperdulikan pekikan kencang Bastian. Ia langsung berlari ke arah pintu utama, kemudian membuka pintu itu, seraya berseru, "iya, siapa?"
"Selamat si—" ucapan tamu itu tersela oleh keterkejutan sang tamu, pun Monela yang juga mematung di tempat, seraya menelan berat salivanya.
Oow!
🌻🌻🌻
Bagaimana dengan chapter ini?
Ayo promosi in cerita ini dong! Di ig atau tiktok terserah! Wkwk.
Boleh juga up cerita ini di instastory kalian. Ntar cici REPOST! Hehe!
Spam komen next disini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with the Dosen [TERBIT]
Humor"Percaya deh, dia itu dingin, tapi ngangenin." *** Monela si anak kesayangan Mami terpaksa harus tinggal seatap dengan dosen-nya yang terkenal dingin juga kejam dan anti wanita, bahkan sampai di cap sebagai pria gay...