○ 27

234K 23.6K 311
                                    

"Ara!"

Lala berlari menuju Ara, dan memeluk gadis itu dengan erat. Setelah Evan menelfon dirinya kalau Ara dan Dika sudah ditemukan, Lala segera berlari untuk melihat kondisi sahabatnya itu. Ia takut setengah mati, saat Ara hilang. 

"Lo darimana aja? Maafin gue, karna udah ninggalin lo."

Ara membalas pelukan Lala dengan lembut. "Maafin gue, gue ketiduran di atas pohon, La."

"APA?!" Teriak Lala, Agista, dan Fifi bersamaan.

"Kenapa kita gak tau, kalau lo di atas pohon?" Tanya Fifi.

"Karna kita tadi fokus nyarinya di bawah, bukan di atas," sahut Farhan. Bahkan, ia merutuki otak cerdasnya. Kenapa juga tidak kepikiran kalau Ara dan Dika bisa saja nangkring di atas pohon, mengingat sikap keduanya yang sama. Yaitu pecicilan. Jadi, pasti ada aja tingkah mereka diluar orang normal.

"Sudah, sekarang kalian bersiap untuk makan. Terimakasih, sudah membantu mencari mereka." Arkan menatap Lala, dan Evan. "Kalian temani mereka mandi dulu, siapa tau hilang lagi," kata Arkan melirik Ara sebal.

Bagaimana tidak sebal? Saat Evan mengatakan kalau Ara hilang, pikiran Arkan menjadi yang tidak-tidak. Arkan takut kalau Ara diculik perampok hutan, ataupun menjadi mangsa hewan buas yang ada di sini. Arkan terus menyalahkan dirinya. Kalau saja tadi ia mengantar Ara sampai tenda, pasti istri kecilnya itu tidak akan hilang.

Tapi apa yang terjadi? Ara justru tengah tidur pulas, sampai tidak mendengar teriakan yang tengah mencari dirinya. Mungkin, kalau Ara dan Dika tidak jatuh tadi, mereka semua tidak akan menemukan Ara dan Dika sampai kedua orang itu bangun dengan sendirinya.

Ara melirik Arkan yang masih memasang wajah marah. "Maaf, Mas."

Arkan berlalu begitu saja, menuju tempat istirahat para guru. Meninggalkan Ara yang tengah mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah masang muka kayak gitu! Pak Arkan gak akan luluh!" Cibir Evan.

"Buruan ambil alat mandi!" Kata Lala menatap Ara kesal.

"Lo juga!" Sentak Evan pada Dika.

"Kalian kenapa jadi marah-marah ke kita, sih?" Tanya Dika yang diangguki Ara.

Bukannya menjawab, mereka justru mengacuhkan kedua manusia itu. Ara dan Dika yang diacuhkan pun memilih untuk mengambil peralatan mandi mereka, juga baju ganti.

"Gara-gara mereka, kita semua kena marah Pak Arkan," desis Lala.

"Gara-gara mereka, kita jadi nunda makan pagi," kata Fifi.

"Gara-gara mereka, gue jadi capek dan keringetan lagi," ucap Farhan.

"Gara-gara mereka, gue jadi laper," sahut Agista.

"Gara-gara mereka, gue jadi capek!" Ujar Evan.

Selamat untuk Ara dan Dika, kalian sudah membuat banyak orang kelelahan juga kelaparan.

***

"Aku pulang sama Mas, ya?" Ara menahan tangan Arkan, saat pria itu ingin memasuki mobilnya.

"Kamu pulang sama rombongan, saya ada urusan penting."

Ara mendesah kecewa. "Mas masih marah? Aku kan udah minta maaf."

"Saya buru-buru, Ara." Setelah mengatakan itu, Arkan melajukan mobilnya keluar dari area camping.

Ara menatap mobil Arkan dengan mata berkaca-kaca. Baru juga baikan, udah marahan aja.

"Ra! Masuk bis!" Teriak Dika, yang diangguki Ara pelan.

MY FUTURE HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang