A Worst Blood

769 123 38
                                    

Itu bukan darah Ren.

Ada tubuh lain di dekatnya, Uri, dia tertembak di sebelah jantungnya berada. Adik Rod itu tampaknya telah berusaha melindungi Ren dengan menjadi tameng ketika Rod melepaskan pelatuknya dan langsung merebut benda itu lalu melemparnya sembarangan selagi masih bisa bergerak.

Levi melompat melewati Rod yang terkapar di lantai, kepalanya berdarah akibat benturan dengan kristal. Di belakangnya, Kenny menjerit dan menghambur pada Uri yang sekarat. Pria tua itu mengumpati Rod berkali-kali sambil berupaya menolong sahabatnya yang tersengal-sengal seraya memegangi luka yang menganga di dada.

"A-apa," ucapan Uri terpotong oleh muntahan darah dari mulutnya, "dia ... s-selamat? Cucumu ..."

Erwin berlari menyusul Levi sedangkan Reiner dan Zeke berusaha membantu Kenny menghentikan perdarahan menggunakan scarf panjang yang dikenakan Uri.

"Kau melindunginya, Bodoh!" pekik Kenny. Suaranya kian parau, "kau menyelamatkan cucuku lagi ... aku berutang lagi padamu."

Uri tampak kesusahan mengangkat tangannya untuk menepuk kepala Kenny yang terbuka, padahal dia selalu mengenakan topi koboi kebanggaannya itu ke mana pun. Seulas senyuman tulus dipaksakan hadir ketika Uri merasakan hawa kematian yang merayapinya.

"Aku senang ... anak itu selamat," ucap Uri terbata-bata menahan nyeri di jantungnya, sepertinya peluru itu berhasil mengenai jantungnya, "dia tidak salah terlahir sebagai anak Yang Sempurna. Dia masih punya masa depan yang panjang.

Kenny, maafkan kakakku, dia terbutakan ketamakannya yang mendamba kekuasaan sampai keluargamu harus terlibat."

"Tidak! Hei, hei, kau harus bertahan, Uri! Aku mohon kau temanku, satu-satunya orang yang kupercaya, hei, Uri!"

Levi yang kini memeluk Ren hanya bisa menyaksikan Uri menyambut kematiannya yang heroik dengan damai. Dalam hati dia merasakan sengatan nyeri akibat rasa bersalah karena hidup anaknya bisa berlanjut dengan mengorbankan hidup Uri. "Tidak ... maafkan aku ..."

Erwin menepuk-nepuk pundaknya, menenangkan. Namun tiba-tiba dia menarik tangan ketika Historia dan Eren meneriakan peringatan. Semua orang tersentak menyadari Rod yang tertatih-tatih mendekati Levi dengan sebilah belati diangkatnya ke atas kepala.

"Kau, Omega sialan, matilah!"

Levi mendekap Ren dengan sikap melindungi begitu belati itu diayunkan ke arah mereka bersiap menghadapi maut. Namun serangan itu tak kunjung datang sampai Levi membuka mata dan mendapati Erwin yang berdiri di hadapan mereka tengah menahan bilah belati dengan tangan kosong. Rod menarik belatinya dan darah Erwin menetes di permukaan kristal yang bersinar.

Reiner dan Zeke bergerak meringkusnya namun Rod tidak mau menyerah lalu mengayunkan belatinya secara membabi buta hingga kedua pria pirang itu tak bisa mendekatinya. Sampai tiba-tiba terdengar bunyi letusan lagi, sebuah peluru melesat di udara dan menembus tepat pada jantung pria yang menggenggam belati, lantas pekik kesakitannya mengisi udara di ruangan itu.

Rod Reiss pun roboh dan jatuh tersungkur dengan wajah menghantam kristal keras di bawahnya.

Ada napas yang tercekat dan suara yang bergetar dari arah tangga. Historia berdiri di tiga anak tangga terbawah, tubuhnya menggigil dan pistol itu tergenggam erat di tangannya. Mata birunya yang teramat mirip Rod Reiss membelalak lebar. Dia pasti telah mengerahkan seluruh keberaniannya sebelum mengambil pistol yang tadi terlempar di tangga lalu menembak mati ayahnya sendiri.

"Historia ..." Levi berbisik lemah. Dilihatnya si wanita pirang melempar pistol lalu merogoh seikat kunci dari saku belakang ayahnya.

Historia berlari meniti anak tangga menuju panggung kristal kemudian bergegas melepaskan Eren dari rantai belenggu yang menahannya. Levi kembali fokus pada Ren yang merengkuhnya, syok melanda bocah itu dan Levi berupaya menenangkannya. Tak lama kemudian, sepasang lengan merengkuh mereka. Itu adalah Eren.

The Coordinate : Perfect Sword and ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang