Semua orang tahu bagaimana kisah ini akan berlanjut. Sebuah kecupan sakral dari sang Pangeran kelak membuka mata sang Putri. Namun, meski Putri Salju telah berbaring di depan matanya, pemuda itu kini duduk termenung. Sekilas keraguan tampak dari matanya.
"Apa yang kau tunggu lagi, Nak? Ciumlah Putri Salju!"
"Ya, Bocah! Cepatlah! Kenapa? Apa kau takut?"
"Sabar. Tenanglah, Grumpy. Kita tak bisa memaksa Pangeran."
"Diamlah, Doc! Kau tahu kita tak punya banyak waktu lagi!"
Namun, Pangeran tak menggubris perdebatan dua kurcaci tersebut. Telinganya seolah tertutup, karena matanya berfokus pada apa yang ia pandang. Terpesona akan kontrasnya rambut hitam bagaikan langit malam, dengan putihnya kulit layaknya salju pegunungan.
Sejujurnya, menatap kecantikan Putri Salju saja sudah nyaris membuat Pangeran lupa diri. Bagaimana sang Putri berbaring elegan, tak kalah eloknya dengan taburan bunga di sekitarnya. Burung pun berkicau seolah menyanyikan keanggunannya.
"K-kalian yakin soal ini?" tanya Pangeran masih merasa was-was.
"Tentu saja, Nak."
"Tapi, bagaimana kalau Putri Salju membenciku?" tutur Pangeran cemas.
"Itu mustahil, Nak."
"Jangan jadi pengecut, Bocah! Lakukan saja! Hey, Sneezy! Berhentilah bersin!"
"M-maaf Grumpy. Aku tidak bi-hatsyi! Tidak bisa menahannya."
"Oh! Oh! Aku tak sabar lagi! Ini sungguh menegangkan!"
"Tutup mulutmu, Happy! Bocah, lakukan sekarang!"
Pangeran meneguk ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya ke arah bibir sang Putri. Lalu, sebuah kecupan singkat. Bukan sesuatu yang dirasuki nafsu, hanya kecupan bermartabat atas nama asmara.
Matanya yang sayu memandang Putri Salju, "Ya Tuhan, dia sungguh mempesona!" tuturnya sembari merengkuh wanita pujaannya.
Semua orang tahu bagaimana kisah ini akan berakhir. Mereka berdua hidup bahagia selama-lamanya. Ah, bukankah itu menakjubkan?
"Kerja bagus, Nak! Sneezy, sudah kubilang berhentilah bersin! Dopey, tutup matamu! Tidak buruk, Bocah! Happy, berhentilah melompat! Hatsyi! Hatsyi!" oceh sang Pangeran meniru ketujuh kurcaci yang lenyap.
Bukan. Bukan lenyap. Nyatanya ketujuh kurcaci itu tak pernah ada. Kicauan burung yang riang pun kini senyap. Sedangkan taburan bunga hanya bisa menutupi sebagian kecil aroma menyengat yang menyeruak dari tubuh Putri Salju.
Ah, biarkan saja. Jangan bangunkan mereka berdua. Jangan bangunkan Putri Salju dari tidur abadi. Jangan bangunkan Pangeran dari delusi. Cukup kita berdua yang mengetahui kebenarannya.
Siapa sangka kisah necrophilia terlihat begitu romantis di mata anak-anak?
Sc: Creepypasta Indonesia Facebook
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Horror : 2nd
HorrorSeri kedua dari Creepy Horror. Apakah kisah Creepypasta kali ini lebih 'abnormal', lebih santai, ataukah lebih mencengkam? Well, kau tidak akan tahu sebelum kau membacanya. Jangan baca ini sendirian. Karena satu hal yang pasti, you are not alone...