"Ara!!"
Ara tidak menghiraukan panggilan Lala yang sedang berdiri di dekatnya bersama Evan dan Riko.
Brakk
Ara membuka pintu kelas 10 IPA 1 dengan keras, membuat orang-orang yang ada di dalamnya terlonjak kaget.
"Mawar!!" teriak Ara sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas.
Ketemu. Ara melihat Mawar yang tengah duduk di meja pojok dengan menundukkan kepalanya. Ia melangkahkan kakinya menuju meja Mawar.
"Kenapa lo jebak adik gue?!"
Mawar tersentak kaget saat Ara sudah ada di samping mejanya. Ia membetulkan letak kaca matanya, dan menatap Ara takut.
"Ma-maksud kakak apa?"
Ara mencekik leher Mawar, dan memojokkan kepala gadis itu ke dinding yang ada di belakangnya. "Gak usah pura-pura bodoh! Gue udah tau semuanya!"
"Ak-aku gak ta-tau maksud ka-kak." ucap Mawar terbata-bata.
"Lo ada masalah apa sama Dita? Lo pasti kenal siapa gue. Gue bisa aja hajar lo habis-habisan di sini, Mawar."
Mawar meneguk ludahnya pelan. "Ak-aku disuruh ka-k."
"ARA LEPAS!" Arkan datang dan menarik Ara menjauh dari Mawar yang wajahnya sudah memerah karna kehabisan nafas.
"LEPASIN AKU!!" Ara memberontak di dalam pelukan Arkan.
"SIAPA YANG NYURUH LO MAWAR?! SIAPA YANG UDAH NYURUH LO?!" bentakan Ara semakin membuat Mawar takut dan gemetar.
"Ka-k Rizal."
Pergerakan Ara terhenti. Ia sungguh terkejut. Begitu juga dengan Arkan dan yang lainnya.
"Rizal?" tanya Ara sekali lagi.
Mawar mengangguk dengan cepat. Ara jadi menyesal menolak tawaran suaminya untuk mengeluarkan Rizal dari sekolahan. Harusnya ia tau, Rizal tidak akan pernah bisa tobat. Lelaki itu sudah kehilangan kewarasannya!
***
"Lo tau, Rizal? Suami gue pernah mau ngeluarin lo dari sekolah ini, tapi gue cegah. Gue fikir lo bisa tobat. Ternyata enggak. Lo udah bener-bener gila dan terobsesi sama Dita. Kenapa lo gak jebak gue? Gue juga punya masalah sama lo, kan? Gue yang gagalin rencana lo buat perkosa Dita."
Rizal diam di kursinya.
"Mau lo apa sih?"
Rizal masih diam, tidak berniat membuka mulutnya yang masih tertutup rapat.
"Bawa ke kantor polisi aja, kak. Sekalian bawa bukti cctv buat bebasin Dita." usul Evan pada Arkan.
Arkan mengangguk, lalu berbicara sebentar pada Pak Suratman. Kemudian mereka berdua keluar dari ruangan kepala sekolah, setelah Arkan pamit sebentar kepada Ara dan yang lainnya.
Bughh
Rizal terjatuh dari duduknya karna pukulan tak terelakan dari Riko. Ara berdiri dan mendorong tubuh Riko hingga jatuh ke kursinya kembali.
"Diem aja deh lo!"
Riko tersenyum miring pada Ara. "Lo juga kenapa gak ngomong sama gue soal Dita, Ra? Dita itu pacar gue. Gue berhak tau apa yang terjadi sama dia. Lo pasti seneng kan, Dita ada di penjara?"
Ara memukul mulut Riko dengan keras. "Jaga mulut lo! Lo cuma pacar. Gue yang lebih berhak atas Dita daripada lo. Gue berhak memberitaukan atau enggak tentang keadaan Dita sama lo. Kalau gue kasih tau lo, apa yang mau lo lakuin? Gue yang sampai mohon-mohon di depan para anggota polisi itu aja gak digubris sama mereka. Lo mau apa? Mau mukul mereka supaya gak bawa Dita? Dan satu lagi, jangan pernah berlagak sok tau semuanya tentang gue dan Dita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FUTURE HUSBAND [END]
General Fiction[PART MASIH LENGKAP] [BELUM DI REVISI] Ara tidak memiliki pilihan lain selain menerima perjodohan ini. Ia juga membutuhkan uang untuk menghidupi bunda dan adiknya. Ara ikhlas mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang berumur...