18. Biggest Secret

173K 25K 7.5K
                                    

18. Biggest Secret
"I know your biggest secret."

-———-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-———-

"PANGGILAN kepada Galileo Kansa La Lubis kelas 11A diharapkan menuju Ruang Bilik Siswa sekarang. Sekali lagi, panggil kepada Galileo Kansa La Lubis kelas 11A diharapkan menuju Ruang Bilik Siswa sekarang."

Mendapati panggilan dari speaker yang tertempel di dinding kelas, membuat Galileo mau tak mau harus bangkit dari duduknya. Sejenak tangannya ditahan oleh Hanina, gadis itu terlihat khawatir.

Galileo tersenyum sembari mengelus tangan Hanina, "gausa ngeliatin gue kayak gitu. Kesannya kaya gue mau dihukum mati aja," ujar lelaki itu santai. "Gue tinggal bentar, awas aja kalo sampe lo kenapa-napa." Setelah itu Galileo langsung keluar dari kelas menuju RBS.

Detik itu juga, Jaden bangkit dari duduknya dan mendekati Hanina. Lelaki itu tanpa permisi duduk di bangku sebelah Hanina. "Mantap juga lo Han, mainnya sama Gale sekarang," ujar Jaden. "Padahal gue udah mulai suka sama lo."

"Den, jangan nyari penyakit deh lo," ucap Nota yang masih duduk pada tempatnya.

"Sadar diri, Den. Lawan lo siapa. Lizi aja kalah," celetuk Tamara. Tepatnya gadis itu secara terang-terangan sedang mengolok-olok Lizi. Tamara bangkit dari duduknya dan mendekati Hanina. Gadis itu mengulurkan tangan ke arah Hanina. "Sori, masalah kemarin," ucap Tamara.

Hanina menengok ke arah Tamara. Bingung kenapa gadis itu meminta maaf kepadanya. "Eee ... iya gapapa." Hanina menerima uluran tangan Tamara.

Tamara tersenyum kemudian menepuk bahu Hanina, "now i'm on your side," ucap gadis itu.

Jaden terkekeh, "takut juga lo ternyata sama Gale."

Tamara melempar senyum ke arah Jaden. "Gue cuma pinter memposisikan diri aja," ucap gadis itu sembari kembali berjalan menuju tempat duduknya.

Jaden berdecak, kemudian menatap ke arah Hanina. Gadis itu juga balas menatap Jaden. "Oke lah, gue juga ada di pihak lo sekarang," ucap Jaden sambil mengacak rambut Hanina pelan.

"Maksud kamu?" tanya Hanina bingung.

"Singkatnya, gue minta maaf sama lo," ucap Jaden enteng.

"Kenapa?" tanya Hanina lagi.

"Mmm ... karena apa ya ..." Jaden mendekat ke arah telinga gadis itu, kemudian membisikkan sesuatu. "Mungkin karena sekarang lo makin cantik." Jaden tersenyum puas saat melihat pipi Hanina merona. Gadis itu benar-benar tipikal yang sangat mudah didapatkan.

Unfamiliar Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang