40 - Ada yang keras tapi bukan batu

38.3K 4.2K 1.2K
                                    

"Kak Gara lagi ngapain?" Acha bertanya sambil berjalan kearah Gara yang tengah duduk diatas kasur dengan kacamata bertengger di hidungnya, dan sebuah buku tebal di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Gara lagi ngapain?" Acha bertanya sambil berjalan kearah Gara yang tengah duduk diatas kasur dengan kacamata bertengger di hidungnya, dan sebuah buku tebal di tangannya.

Gara tak menoleh sedikit pun. Fokusnya hanya tertuju pada buku tebal ditangannya. Acha ikut merebahkan tubuhnya disamping Gara.

"Kak Gara belajar buat ujian minggu depan?" Tanya Acha.

Gara menolehkan kepalanya. Berdehem sebagai jawaban.

"Tebel banget bukunya. Emang kak Gara mau ngambil kuliah dimana?"

Gara terdiam. Pertanyaan Acha mampu membuat Gara kehabisan kata-kata.

"Kak?" Acha mengibaskan tangannya didepan wajah Gara saat dilihatnya lelaki itu termenung.

Gara tersentak. Meletakkan buku tebal itu diatas meja dan melepaskan kacamata. "Belum tau," jawab Gara jujur. Dia memang belum memikirkan ingin lanjut dimana. Untuk antisipasi, dia ingin belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan nilai maksimal.

Acha merebahkan kepalanya di paha Gara. Tangan jahilnya mulai menarik pelan hidung Gara. "Kok belum tau? Kak Gara nggak ada niatan buat kuliah diluar negeri kan? Kak Gara nggak bakalan ninggalin Acha kan?" Tanya Acha berturut-turut.

Gara tersenyum kecil. Melepaskan tangan Acha yang mulai menjelajahi area wajahnya. "Nggak akan."

"Oke, janji dulu sama Acha," Acha mengarahkan jari kelingkingnya didepan muka Gara. Memberikan isyarat agar lelaki itu menautkan jari kelingkingnya juga sebagai perjanjian yang mereka buat.

Dengan ragu, Gara menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Acha. Perasaannya mulai goyah.

Acha tersenyum senang. "Nah gitu dong. Tau nggak kak, Acha kemaren mimpi, kak Gara pergi keluar negeri ninggalin Acha. Trus Acha nangis kejer."

Gara terkekeh kecil. Menarik hidung Acha hingga menimbulkan warna merah. "Cengeng,"

"Ih Acha bukan cengeng tau. Acha sayanggggg banget sama kak Gara. Acha nggak mau kak Gara pergi. Acha nggak mau kak Gara jauh-jauh dari Acha." Adunya.

"Apaan sih, lebay!"

"Serius ih. Emang kak Gara nggak sayang Acha?" Tanya Acha. Ia duduk, memasang wajah cemberut.

Gara kembali menarik pinggang Acha. Merebahkan kepalanya pada bahu Acha. Memejamkan mata.

Acha kesal. "Kak Gara sayang Acha?"

Gara mengangguk.

"Kak Gara nggak bakal ninggalin Acha kan?"

Gara menggeleng.

"Bener?"

Gara menganggukkan kepalanya dua kali.

"Jawab ih."

Acha Milik Gara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang