Tema ke-21 kali ini adalah:
*****
"Kenapa kau menjemputku, Sesshoumaru?" Bisik perempuan berambut sekelam malam sambil memakai sepatu kets putih.Sesshoumaru meneliti pakaian kekasihnya dari atas sampai bawah. Benar-benar tidak feminim. Kaos putih, jaket jeans belel biru dibelakang punggung gambar lidah menjulur. Sesshoumaru pastikan itu ikon The Rolling Stone. Celana pensil ngepas di paha senada dengan jaket memperlihatkan kaki yang menurut pria tampan itu ... Seksi. Rambutnya diikat asal ke atas, leher jenjangnya putih mulus tanpa cela.
"Aku bisa pulang sendiri, tak usah menjemputku," sungut gadis itu.
"Aku sudah berjanji dengan mama mu," sahut Sesshoumaru pelan. "Tak bisa kuingkari. Sesahoumaru ini menepati janji."
"Tapi ini kan jauh, Sesshoumaru. Bolak balik Tokyo Sendai itu lumayan jauh, tahu?" Kagome terus menceramahi pria muka datar di depannya.
"Hn."
"Mana ini menjelang malam ... Kan bahaya."
"Besok sabtu, jadi malam ini aku ingin mengajakmu makan di suatu tempat."
Kagome menyerah bila berhadapan dengan Sesshoumaru. Sebenarnya dia senang pria itu menjemputnya tapi Kagome khawatir ia kelelahan. Mana tadi Mama menegur Kagome karena gadis itu tak memanggil bos nya dengan sufiks Tuan atau Pak. Uh sebel!
Setelah pamit, mereka berdua meluncur ke jalam raya. Kagome melirik pria di sebelahnya sedang fokus menyetir. Sepertinya ia menikmati. Tak lama, Sesshoumaru mengajaknya makan malam. Bukan di restoran mewah, tapi di pinggir kaki lima. Katanya sejak bersama Kagome, ia lebih suka makan di cafe kecil seperti ini. Bukannya dia pelit loh ya.
Seashoumaru sering sekali mengusap pucuk kepala Kagome itupun curi-curi. Baginya adalah tiap kesempitan pasti ada kesempatan. Cih, perumpamaan macam apa itu. Kadang suka cium pipi tiba-tiba tanpa disuruh. Kagome juga baru tahu, waktu sakit pria itu mencium keningnya. Kok tahu? Laiya tahu dari Mama yang mengintip dari celah pintu.
Setelah makan, mobil hitam metalik Sesshoumaru meluncur pelan menyusuri dinginnya malam. Pupil emasnya memicing, di plang ada tulisan Motel untuk orang-orang yang ingin memadu kasih atau beristirahat. Ia belok ke kiri. kagome terkejut. "Eh, kita mau ngapain ke sini?"
"Aku ingin istirahat sebentar. Kau tunggulah di sini." Sesshoumaru keluar dari mobil menuju resepsionis untuk mengisi buki tamu.
Di dalam mobil Kagome panik. Wajahnya pucat. Aduh, kenapa ke sini? Lebih baik di dalam mobil saja kan istirahatnya?
"Kagome, ayo!"
"Ki-kita mau ngapain?" Ia melirik Sesshoumaru membawa ransel dari bagasi mobil.
"Ayo turun!"
Menurut, Kagome berjalan pelan-pelan di belakang pria yang tengah membuka kunci kamar. Di dalamnya kamar cukup luas dan bersih. Hanya ada tv, sofa, tempat tidur ukuran besar. Sesshoumaru menaruh ransel di sofa dan menghempaskan tubuhnya ke ranjang.
Kagome masih berdiri mematung. Ia tak berani duduk apalagi mendekat. Takut diapa-apain. Ia hanya memandang Sesshoumaru berbaring. Sepertinya ia lelah. Waktu Kagome sakit, Sango banyak bercerita, CEO nya ini bekerja menggantikan dirinya kadang sampai malam.
"Kagome, duduklah." Sesshoumaru memberi isyarat agar Kagome duduk di sofa, tidak berdiri seperti patung Liberty. Ragu-ragu Kagome duduk di kursi. Tas nya ia taruh di atas meja.
"Aku mandi dulu."
"...."
"Aku belum mandi dari pagi."
Rahang Kagome jatuh dengan tidak elitnya ke bawah. Kedua matanya melompat keluar. Pria itu mengeluarkan pakaian dari dalam ransel lalu dengan langkah santai menuju kamar mandi.
Belum mandi? Setampan Sesshoumaru bisa juga belum mandi. Apa ia sesibuk itu kah sampai lupa membersihkan diri? Tak sampai lima belas menit pria itu keluar bertelanjang dada. Aw! Kagome merasa wajahnya memerah. Dadanya putih dan bidang, bahunya lebar, tubuhnya dipenuhi otot-otot. Kagome membayangkan jika ia berada di dalam pelukan Sesshoumaru. Ah, mikir apa sih?
"Kau kenapa?" Tanya Sesshoumaru sedang mengeringkan rambut peraknya masih basah dengan handuk.
Astaga, belum sisiran saja masih ganteng apalagi ga pake baju. Kagome mulai deh halusinasi. "Enggak."
Sesshoumaru duduk di sisi ranjang. Ketika hendak memaki baju kaus berkerah, Kagome mencegahnya. Alis Sesshoumaru terangkat sebelah. Ia menatap gadis itu merogoh sesuatu dari dalam tas. Sebuah botol minyak angin ia genggam.
"Sini tubuhmu aku balurin pake minyak supaya tetap hangat."
"Aku bukan bayi, Kagome."
"Setidaknya biarkan aku melakukan sesuatu untukmu. Kau kelihatan lelah." Sesshoumaru menurut. Ia memutar tubuhnya agar tangan Kagome mengusap punggungnya. Sesekali ia memijat.
"Keluarkan tenaga kingkongmu, Kagome," canda Sesshoumaru dan berakhir dengan cubitan sayamg dari Kagome. Ia tahu kekasihnya tidak marah sungguhan.
Setelah selesai Kagome menyuruh Sesshoumaru agar beristirahat terlebih dahulu. "Setelah ini tubuhmu akan segar." Kagome menyelimuti tubuh pria itu.
"Sepertinya aku disayang sekali ya," Sesshoumaru menatap lekat-lekat netra gadis berambut sekelam jelaga. Tangan kokohnya mengusap wajah Kagome.
"Terima kasih." Ia bangkit dan mengecup lembut pipi Kagome. Wajah gadis itu memerah dan matanya membelalak tatkala Sesshoumaru mencium bibirnya setengah terbuka. Malu-malu Kagome menerima dan membalas kecupan sang kekasih.
Rasa tak rela ketika mereka menyudahi ciuman bibir. "Istirahatlah," ucap Kagome lembut.
Sesshoumaru menurut. "Kau jangan kemana-mana, tetaplah di sisiku."
Kagome tergelak. Kadang Sesshoumaru seperti anak kecil minta dimanja. "Iya, aku buka jaket dulu."
"Sekalian saja sama bajunya."
Mata Kagome melotot. "Hei!"
TBC
YOU ARE READING
You And I
FanfictionSelenophile. Lelaki berkharisma itu selalu menatap rembulan. Entah apa yang dipikirkannya. ia tercenung lama, namun 'kegiatan' memandang cressent sudah tak dilakukan lagi akhir-akhir ini. Seorang perempuan berambut panjang mencuri perhatiannya. Heli...