11

21K 1.5K 5
                                    

Keluarga Suami, Keluarga Istri Juga
.

.

.

Seperti yang dikatakan Saka kemarin, hari ini Haidee ke rumah Mama. Saka tadi ingin mengantarnya, tapi ia menolaknya dengan alasan nanti Saka terlambat ke Bandung jika mengantarnya.

Itu hanya alasan Haidee, karena ia tak ingin terlalu lama di dekat Saka. Hubungan mereka belum membaik, masih saja Haidee bersikap dingin pada Saka, meski Saka senantiasa mengajaknya bicara.

Tiba di rumah Mama, tentu saja masih sepi. Mungkin para kakak ipar serta keponakannya datang nanti siang.

Di rumah ini Mama tinggal bersama dua ART serta cucu pertama Mama dan keluarga kecilnya.

Haidee disambut Winda, cucu menantu pertama di keluarga Gandhi Pramunaja.

"Haidee!"

Haidee tersenyum tipis membalas pelukan singkat Winda. Tak ada embel-embel 'Tante' karena usia Winda diatas Haidee.

"Hai Hiras!" Sikap Haidee berubah hangat. Tersenyum manis menyapa Hiras anak pertama Winda dan Galih.

"Salim dong sama Nenek Dee," ujar Winda pada Hiras. Lalu tertawa geli, diikuti Haidee.

"Masuk Dee." Keduanya berjalan masuk.

Haidee langsung mencium punggung tangan Mama yang tersenyum hangat menyambut kedatangannya.

"Mana Saka?" tanya Mama.

"Mas Saka ke Bandung, Ma. Ada pekerjaan di sana."

"Gak anterin kamu ke sini?" Haidee menggeleng pelan dan tersenyum kaku.

"Aku yang minta sendiri biar gak dianterin. Nanti Mas Saka telat kalau anterin aku ke sini." Terdengar dengusan pelan dari Mama dan Haidee tau jika itu untuk Saka.

"Tuh anak sibuk mulu! Udah puluhan kali Mama minta biar dia berhenti kerja di sana. Kan bisa kerja di perusahan keluarga. Perusahaan almarhum Ayahnya Sadam atau enggak di tempat kerjanya Wira." Mama mulai mendumel orang yang tak nampak batang hidungnya. Menyebut menantu ketiganya yang telah meninggal dan menantu keduanya.

"Udah Eyang. Gak usah ngomel, Saka juga gak denger, kan?" sahut Galih. Perbedaan usianya dengan Saka hanya lima tahun. Tentu saja tak memakai embel-embel 'Om'.

"Apa kabar Dee?" Galih beralih pada Haidee.

"Baik, Galih."

"Dee udah sarapan?" tanya Winda yang diangguki Haidee.

Lalu ketiga wanita beda usia tersebut memilih duduk di ruang tengah. Berbincang tentang topik yang hanya diketahui oleh wanita. Haidee lebih tepatnya hanya diam mendengarkan Mama dan Winda.

Sementara itu Galih menemani Hiras yang ingin bersepeda keliling kompleks.

"Dee gak mau masuk arisan keluarga gitu?" ujar Winda menatap Haidee.

"Masuk aja, Dee. Bulan depan baru mulai lagi. Kan hari ini udah kelar, terakhir yang dapat Dwina," sahut Mama.

"Engh... kalau aku yang dapet arisan terus gimana bikin acara? Masa di apartemen?" Berusaha mungkin Haidee menolak secara halus.

Bukannya ia enggan bergabung dengan keluarga Saka, tapi ia merasa belum akrab dengan semuanya walau sudah tiga tahun menjadi bagian keluarga ini.

Dari kecil ia selalu dikucilkan di lingkungan keluarganya. Baik itu keluarga Papi maupun keluarga Mami, sehingga ia tak terbiasa dengan acara kumpul keluarga seperti ini.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang