Semenjak pertemuannya dengan Andela beberapa hari yang lalu, sekarang Niko selalu mencurigai setiap gerak gerik Shani jika sedang ada di jangkauan penglihatannya. Terlebih lagi saat Gracia datang berkunjung, kedua manik mata lelaki itu tak akan lepas barang se persekon saja dari mereka berdua.
Pikiran pikiran gila mulai berputar di otaknya. Bisikan bisikan apakah iya dirinya harus bersaing demi mendapatkan hati Gracia dengan Shani yang notabene adalah adik kandungnya sendiri? Bahkan yang lebih dari itu, Shani berjenis kelamin sama dengan Gracia. Apakah semua itu cukup masuk akal? Tapi perkataan Andela itu membuatnya waspada.
Sekarang, waktu sudah menunjukkan tengah hari. Dua manusia yang belakangan menjadi fokus utamanya sedang asik bersenda gurau di gazebo taman belakang. Keduanya saling melempar candaan lalu tertawa bersama bahkan sampai terpingkal.
"Hahaha ayo ambil terus Shan kartunya", titah Gracia. Lagi lagi dirinya gemas sendiri saat bermain Kartu remi dengan Shani. Shani geram saat sang kekasih yang tiba tiba menjelma menjadi manusia curang siang ini.
"Kamu mah, tau aku ga punya skop, tapi kamu ngeluarinnya kartu gambar skop terus!", protes Shani yang dijahili kekasihnya karena harus terus menerus mengambil satu persatu kartu di tumpukan kartu yang ada ditengah sampai dirinya mendapatkan kartu yang bergambar sama, Skop hitam. Dari segenggam kartu remi di tangannya itu, shani tak punya sembarang satu kartu pun.
Gracia yang mendapat protesan Shani tentu saja semakin terbahak. Tangannya sudah bersiap di atas piring alumunium yang berisi bedak putih. Mengambil sebanyak banyaknya bedak yang bisa tangannya raup. Habis sudah wajah ayu tambatan hatinya itu karena sudah coreng moreng terkena bedak, hukuman untuk dirinya yang kalah.
Satu kartu dari hampir sepuluh kartu yang telah diangkat, mata Shani berbinar, kelamaan murungan bibir itu terangkat, membentuk seny... ahhh tidak, itu seringaian. Melihat perubahan air muka Shani, membuat Gracia mematung, bergidik ngeri. Perlahan Shani meletakkan kartunya di samping kartu Gracia.
Hah!! sial! Gracia lupa, kartu level tertinggi itu belum keluar. AS skop milik Shani seakan mengejek kartu 10 skop milik Gracia yang ada disebelahnya. Ah.. Firasatnya tak enak kali ini.
Kedua mata indah itu mendelik, firasat tak enaknya tadi jadi nyata. Giliran Shani sekarang yang membuang kartu sakti miliknya. 2 Love. Lagi lagi, sial! Gracia tak punya kartunya!. Gilirannya mengambil satu per satu tumpukan kartu itu. Satu, lima, tujuh, sembilan. Kemana lah kartu bergambar hati merah merona itu! Hitam lagi, hitam lagi! Skop, keriting, skop, keriting, keriting lagi, mentok mentok 2 diamond merah. Sudah di monopoli kah kartu hati itu oleh Shani?! Tak cukup kah hati Gracia yang di monopoli olehnya? Kenapa pula sampai urusan kartu hati pun ia kuasai. Muka Shani berubah merah, menahan tawa. Persis seperti mercon saat perayaan imlek, merah merona, siap meledak dalam hitungan tujuh. Enam. Lima. Empat. Tiga. Du...
DUAARRRRR!!!
Belum selesai hitungan itu sampai angka pertama, terbahak bahak sudah gadis berlesung pipi itu. Tepat disaat tangan lentik kekasihnya itu meraih, mengambil kartu 2 hati miliknya yang yatim piatu. Tak punya lawan.
Inilah saatnya sang tokoh utama membalikkan keadaan. Dilemparnya ke lantai kartu 3 hati. Membuat Gracia menghela nafas, melawan dengan 2 hatinya. Ia kalah. Shani kembali beraksi, kartu 5 hati miliknya dilempar lalu diambil Gracia. Dilempar lagi 7 hati, dikeluarkan lagi kartu Gracia. Begitu seterusnya, 8 dengan 10, J dengan Q. Dan terakhir sang raja hati keluar, habis.... Kartu milik shani habis.
Pertama kali kalah setelah 4x main. Dirinya harus rela wajah cantiknya dilumuri bedak bayi beraroma strawberry. Puas sekali kelakar si Indira. Saking menanti nanti kalahnya Gracia, sampai telapak tangannya saling bertepuk, sesekali mengelus perut karena kram melihat raut pasrah gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Teen FictionGxG 18 (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia