Seorang perempuan berusia 16 tahun, tengah mengangkat kedua tangannya ke atas; membentuk huruf 'V'. Telapak tangannya menyentuh tetesan air hujan yang sejak tadi tidak berhenti mencumbu bumi.
"Hujan pertama, di bulan Januari!" serunya bahagia. Senyumnya terus mengembang, karena ia berhasil menikmati hujan pertama di awal tahun.
"Lagi dan lagi seorang Pragista Janxiola berhasil menjadi penunggu setia air hujan!" Suara gemerincing gelang kaki yang ia kenakan mulai terdengar saat Gista melompat-lompat kecil di atas rumput yang berada di halaman belakang rumahnya.
Gista mengusap sia-sia air hujan yang membasahi wajahnya. Tangannya bergerak melepas ikatan pada rambutnya yang sudah basah kuyup. Kembali, ia meloncat-loncat di atas rumput.
"Gista, udahan main hujannya, Sayang. Sudah dua jam lebih, nanti kalau kamu sakit bagaimana?" Suara Mamanya yang mengalun indah di telinganya, ia abaikan. Gista masih fokus menjulurkan lidahnya; membiarkan air hujan masuk ke dalam mulutnya, kemudian ia telan dengan senang hati.
"Kenapa lo nggak mau nurut sama Mama lo?" tanya seorang laki-laki yang baru saja datang.
Sadar akan kehadiran sosok yang sejak tiga jam lalu ia nantikan, Gista tersenyum gembira kemudian berteriak, "Gasta! Lo dari mana? Gue udah nunggu lo dari tadi tau!" Bibirnya mengerucut. Sementara Gasta hanya mengangkat kedua bahunya cuek; merasa malas dengan perempuan berambut hitam panjang yang ada di depannya.
Merasa terabaikan oleh sahabat laki-lakinya, Gista tidak tinggal diam. Ia melemparkan botol air mineral yang berisi air hujan ke arah Gasta dan langsung ditangkap dengan sigap oleh laki-laki berbulu mata lentik itu.
"Itu air hujan pertama yang gue dapatkan!" seru Gista penuh kemenangan.
PRAGASTA JANUARJA
PRAGISTA JANXIOLA
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Peka!
Teen FictionKata orang-orang, sangat sulit menjalani pertemanan antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan. Namun sepertinya, itu tidak berlaku pada Pragasta Januarja dan Pragista Janxiola yang sudah bersahabat sejak lahir. Bagaimana tidak? Mama m...