Pertemuan dengan Laras sungguh di luar perkiraan. Gadis itu aku pikir akan tampil luar biasa dan berusaha memikat dengan manja atau penuh pujian. Ternyata salah besar. Gadis itu menarik. Aku tidak menyangka ia berinisiatif membayar makan malam kami. Tertarik? Ya, tentu saja. Dia begitu menyenangkan. Melihatnya beberapa kali menahan amarah is a new kind of cute. Menggemaskan, tapi sekaligus aku salut ia ternyata punya hati yang baik.Jatuh cinta? No way! Sandiwara untuk mendapatkan hak sebagai pewaris utama lebih penting. Ada banyak karyawan yang menjadi taruhan. Aku tidak keberatan mempunyai pasangan seperti Laras. Rasanya semuanya akan berjalan mulus.
Andai Arman tidak membuat ulah di club mungkin aku lebih memilih untuk pulang. Aku pun masuk ke klub dan beberapa orang menyapa dengan ramah. Sebagian besar pengunjung saling kenal karena kami merupakan member lama. Pandanganku menyapu setiap sudut mencari sosok Arman.
"Dia sudah diamankan," ucap seseorang mengejutkan.
"Diamankan?" tanyaku penasaran
"Iya, pengunjung yang ribut dengan Arman tidak terima. Ia dibawa ke kantor polisi," jelasnya.
Ini bukan kejadian sekali. Biasa aku akan datang menyelamatkan dan membayar tuntutan ganti rugi serta memberikan jaminan untuk kebebasannya. Hanya saja saat ini aku berpikir untuk tidak turun tangan. Mungkin ini akan menjadi pelajaran baginya. Tidak selamanya aku bisa mem-back up dirinya.
"Bikin kerusakan apa saja?" tanyaku pada pria pemilik klub ini.
"Bukan kerusakan besar, hanya ia waktu mabuk menantang duel, pengunjung baru itu tidak melayani dan Arman malah semakin emosi. Ia memukul pria itu. Suasana menjadi ricuh."
Aku menarik napas panjang dan berpikir. Apa yang harus aku lakukan? Pemilik klub itu menepuk-nepuk bahuku sambil tersenyum tawar.
"Sesekali biarkan dia menghadapi masalahnya. Arman bukan anak kecil yang perlu selalu kamu bela," ujarnya seraya pamit.
Aku pun balik badan dan berjalan keluar. Pasti nanti Arman akan mengamuk saat sadar aku tidak menyelamatkannya kali ini. Hanya saja kalau ini dapat menyadarkannya, kenapa tidak?
Aku membuka ponsel sebelum menjalankan mobil pulang. Sedikit kecewa, Laras sudah tidak aktif ponselnya mungkin ia sudah tidur. Hampir tengah malam, sebaiknya aku pun bergegas pulang.
Ingatan saat makan malam dengan Laras bisa sedikit membuatku tersenyum. Aku mencoba mengingat semua percakapan tadi. Tidak sabar rasanya bertemu dengannya esok hari.
***
Aku terbangun dengan gedoran di pintu. Aku bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Rasa enggan memang hadir, tapi segera aku tepiskan."Danen, buka!" Suara Mama terdengar panik.
"Iya, tunggu sebentar," jawabku seraya berjalan menghampiri pintu.
Wajah mama tampak tidak sabar. Aku menatapnya sambil tersenyum.
"Dan, kamu tahu apa yang terjadi semalam?"
"Semalam aku bertemu gadis pujaanku. Mama kepo, ya?" godaku mencairkan suasana.
Mama menatapku seolah aku berbicara dalam bahasa alien.
"Wait ... What?" Mama terlihat tidak percaya.
"Begitulah. Next, aku kenalkan Mama dengannya," balasku sambil tersenyum.
"Laras …? Well, skip dulu. Kita bicarakan Laras nanti. Sekarang segera kamu ke kantor polisi, bawa pengacara. Arman ditahan kata maminya. Dia bingung kenapa Arman ditahan sedang kamu malah tidur nyenyak di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss
General FictionDanendra dan Arman bersaing untuk mendapatkan kursi kepemimpinan perusahaan keluarga mereka. Namun, satu yang menjadi ganjalan. Sang Pewaris haruslah sudah menikah! Danendra memilih jalan pintas melalui aplikasi Madam Rose, yang kemudian mempertemuk...