"Kalo kamu butuh orang yang baik, maaf saya mundur. Kalo kamu butuh orang yang bisa menjamin kebahagiaan kamu di masa depan, maaf saya bukan orangnya. Tapi kalo kamu butuh seseorang yang sayang sama kamu sampai akhir, ayo menikah, Na Jiyoung.""Banyak hal yang terlalu rumit, dan kamu datang, membuat semuanya jadi lebih baik bahkan jauh lebih dari itu. Terima kasih, Sangga."
***
"Haaa..."
HELAAN nafas terdengar keluar dari kedua belah bibirnya tanpa dirinya sendiri sadari.
Di genggaman tangannya kini terdapat sebuah buku serta pena. Pandangan matanya tidak lagi ia arahkan ke lembar buku di pangkuan melainkan ke arah depan, memandang setiap orang yang kini asyik dengan dunia mereka masing-masing, menikmati cuaca cerah yang telah disiapkan oleh alam semesta.
Ada yang tengah bermain bersama keluarganya, ada pula yang terlihat saling bertukar kata atau asyik bermain kejar-kejaran. Sementara ia sendiri kini hanya seorang diri, si buku dan pena menjadi satu-satunya yang menemani kesendirian sang puan disisi taman yang tidak menarik perhatian pengunjung lain.
Naraya Rasi Kalandira namanya, atau orang-orang lebih suka memanggilnya dengan Raya. Mahasiswi di salah satu universitas Korea. Gadis itu baru pindah ke negara yang terkenal akan sebutan negeri gingseng itu bersama ayah, bunda dan adiknya tiga bulan yang lalu dari tanah air.
Pekerjaan sang kepala keluarga yang di pindah tugaskan menjadi alasan mereka kini menetap di negara yang juga mendapat julukan 'macan Asia' karena kemajuan industrinya tersebut.
Raya kembali mengingat kejadian dua hari lalu yang tak pernah ia sangka bahkan bayangkan akan terjadi pada dirinya.
Dua hari yang lalu, ketika ia diminta oleh sang bunda untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari yang sudah mulai menipis, seorang pria berpostur tidak terlalu tinggi mengunakan pakaian formal tiba-tiba menghampiri, memperkenalkan diri padanya sebagai Casting Manager salah satu perusahaan entertaiment Korea, ARS Entertaiment, kalau si kenya tidak salah ingat. Lalu mengajaknya untuk bergabung dengan agensi tempat pria itu bekerja.
Memang menyanyi adalah salah satu hobi si puan, selain menulis sebuah cerita namun Raya tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi sebelumnya, ia ingin menjadi seorang penulis layaknya J.K Rowling kelak. Menyanyi hanya sekadar sebuah hobi untuk gadis penggemar musik balada itu.
Saat itu, tentu Raya menolaknya dengan halus dan berniat untuk pergi namun si pria asing pantang menyerah teryata. Ia terus merayu Raya hingga akhirnya sang puan meminta waktu untuk berpikir.
Pria itu tersenyum sumringah lalu memberikan kartu namanya. Katanya, jika Raya berminat, ia bisa langsung datang ke alamat yang tertera disana untuk mengikuti audisi.
Raya kembali menatap lekat kartu nama yang pria itu berikan padanya tempo hari. Ada sarat keraguan di tatapannya. Apa ia harus mengikuti audisi itu?
Kesempatan tidak akan datang dua kali dalam hidup 'kan? Tapi bagaimana ia harus mengatakan ini pada kedua orang tuanya?
Kala Raya masih menfokuskan tatapannya pada kartu nama di genggaman tangannya, mendadak datang seekor kucing berwarna putih dengan corak hitam di mata dan coklat di sebagian tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGILIMA TIDAK BERATURAN
RomanceIni tentang dia, si anak manusia bumi Indonesia yang mengukir kisah penuh rasa bersama pemilik resmi bersertifikat kunci hatinya medan magnet banyak kaum hawa dan si pangeran bulan sabit langganan teriakan para gadis yang selalu mampu membuat hatiny...