Zaman Tembaga
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Oktober 2019) |
Zaman Tembaga, atau khalkolithik (Yunani: χαλκός khalkos "tembaga" Yunani: λίθος lithos "batu"), dikenal juga dengan eneolithik (Latin aeneus "dari tembaga") adalah satu tahapan pada Zaman Perunggu di mana proses penambahan timah terhadap tembaga yang menghasilkan perunggu belum diketahui oleh para ahli metalurgi pada zaman itu. Zaman Tembaga didefinisikan sebagai masa transisi antara Neolitikum dan Zaman Perunggu.
Sebuah situs arkeologi di Eropa tenggara (Serbia) memiliki bukti tertua pembuatan tembaga pada temperatur tinggi, berasal dari 7000 tahun yang lalu. Penemuan ini mengindikasikan suatu kemungkinan bahwa peleburan tembaga mungkin telah ditemukan di berbagai daerah berbeda di Asia dan Eropa pada waktu yang sama dibandingkan berkembang dari satu daerah. Zaman tembaga ini tidak pernah berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia, zaman tembaga berkembang di semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand, Vietnam.
Asal-usul penamaan
[sunting | sunting sumber]Awalnya istilah "Zaman Perunggu" memiliki arti bahwa baik tembaga atau perunggu digunakan sebagai bahan untuk manufaktur alat perkakas dan senjata. Pada tahun 1881 John Evans menemukan bahwa penggunaan tembaga kerap mendahului penggunaan perunggu. Dia tidak memasukkan masa transisi ini dalam sistem tripartit Awal, Tengah, dan Akhir Zaman Perunggu namun meletakkannya pada diawal dari ketiga masa itu. Walaupun begitu, dia tidak mengartikan Zaman Tembaga sebagai zaman keempat namun lebih memilih mengadopsi sistem tradisional tiga zaman.
Pada tahun 1884 Gaetano Chierici, memberi nama ulang Zaman Tembaga dalam bahasa Italia sebagai Eneo-litika atau transisi "batu-perunggu". Penggunaan istilah itu tidak berarti periode di mana baik perunggu dan batu digunakan. Karakteristik Zaman Tembaga adalah penggunaan tembaga, di luar penggunaan perunggu; sebagai tambahan, batu tetap digunakan dalam industri kecil selama Zaman Perunggu dan Zaman Besi. "Litika" berarti bahwa transisi tersebut dimulai dari Zaman Batu. Eneolithik tidak pernah menjadi bagian dari Zaman Batu, yang berakhir tepat ketika pengrajin pertama berhasil mendapatkan tembaga dari biji tembaga untuk pertama kalinya.
Zaman Tembaga adalah salah satu zaman transisional namun tidak di luar dari sistem tradisional tiga zaman. Ada perkiraan bahwa tembaga belum banyak dieksploitasi ketika zaman itu namun ternyata usaha melebur tembaga dan timah telah dimulai tidak lama setelah itu, sehingga sulit untuk membedakan karakteristik Zaman Tembaga dengan zaman setelahnya.
Eropa
[sunting | sunting sumber]Sebuah situs arkeologi di Eropa tenggara (Serbia) memiliki bukti pembuatan tembaga tertua dari 7000 tahun lalu. Penemuan pada Juni 2010 menambah daftar penemuan bukti peleburan tembaga selama sekitar 500 tahun,dan mengindikasikan bahwa usaha peleburan tembaga telah ditemukan di berbagai daerah di Benua Asia dan Eropa pada saat yang sama. Di Prokuplje, Serbia ditemukan sebuah kapak tembaga, mengindikasikan bahwa manusia telah menggunakan logam di Eropa sejak 7500 tahun lalu (~5500 BC), jauh lebih cepat dibanding perkiraan sebelumnya. Ötzi sang Manusia Es, yang ditemukan di Ötztal Alps pada tahun 1991 dan diperkirakan berasal dari 3300 BC, ditemukan dengan sebuah kapak tembaga Mondsee. Karena teknik pembuatan tembaga sudah diketahui sejak 7000 BC dengan bukti berupa kapak perunggu besar yang diproduksi secara massal pada 5500 BC, dan juga karena perunggu murni, yang dibuat dengan mencampurkan tembaga dengan timah telah digunakan di berbagai daerah di Eropa timur-tengah sejak 3700 BC, maka kapak Ötzi merupakan penemuan yang wajar menurut para arkeolog-arkeolog.
Asia Selatan
[sunting | sunting sumber]Penduduk Mehrgarh di Asia Selatan telah menggunakan perkakas yang terbuat dari biji tembaga dari 7700 - 3300 SM.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- 'Chalcolithic Era' ; Elizabeth F. Henrickson . Encyclopædia Iranica 1991 .