Trombosis sinus vena serebri
Trombosis sinus vena serebri, atau cerebral venous sinus thrombosis (CVST) adalah penyakit kelainan pembuluh darah akibat pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah di otak (sinus vena)[1] seperti strok yang langka terjadi dengan gejala klinis dan gambaran radiologis yang bervariasi sehingga sulit untuk didiagnosis.[2] Sel-sel darah pecah dapat menyebabkan kebocoran darah ke jaringan otak dan menyebabkan pendarahan. Penyakit tersebut mempunyai angka kejadian <1% dari semua kasus penyakit strok, tidak termasuk angka kejadian pasti pada orang dewasa. Hingga saat ini, CVST kemungkinan dihasilkan dari koagulopati dan disertai berbagai macam faktor.[3]
Faktor-faktor Resiko CVST
[sunting | sunting sumber]Faktor risiko CVST dapat dikelompokkan dalam dua kelas: sementara dan permanen.[4]
Sementara
[sunting | sunting sumber]Infeksi
[sunting | sunting sumber]- Sistem saraf pusat, infeksi tersebut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri yang menyerang selaput otak (meninges) dan otak sehingga dapat menyebabkan gejala CVST.[5]
- Telinga, sinus, mulut, wajah, dan leher dapat diindikasikan sebagai gejala awal CVST karena menyerang batang otak yang menghubungkan otak ke sumsum tulang belakang dan juga otak kecil.[6]
- Penyakit infeksi sistemik
Penyakit lainnya
[sunting | sunting sumber]- Dehidrasi menyebabkan aliran darah yang masuk dan keluar di otak tak seimbang sehingga dapat memicu CVST[7].
Dampak Mekanis
[sunting | sunting sumber]- Cedera kepala
- Prosedur pungsi lumbal, dapat menyebabkan pendarahan otak dan memicu CVST.[8]
- Prosedur bedah saraf
- Oklusi kateter jugularis
Obat-obatan
[sunting | sunting sumber]- Kontrasepsi oral, konsumsi obat tersebut dapat menyebabkan arteri ke otak tersumbat karena terjadinya penggumpalan.[9]
- Terapi penggantian hormon.[10]
- Androgen
- Asparginase
- Tamoksifen
- Glukokortikoid
Permanen
[sunting | sunting sumber]Peradangan
[sunting | sunting sumber]- Lupus eritematosus sistemik
- Penyakit Behçet, penyakit tersebut dapat menyebabkan peradangan di otak dan sistem saraf yang berujung ke CVST.[11]
- Granulomatosis Wegener
- Tromboangitis obliterans
- Radang usus, hal ini terjadi karena kurangnya darah yang kayak oksigen.[12]
- Sarkoidosis
Keganasan
[sunting | sunting sumber]- Sistem saraf pusat
- Hematologi
- Tumor solid di luar sistem saraf pusat
Kondisi Hematologi
[sunting | sunting sumber]- Polisitemia, trombositemia
- Kontrasepsi oral
- Anemia, termasuk paroksismal nokturnal hemoglobinuria
Penyakit sistem saraf pusat
[sunting | sunting sumber]- Fistula arteriovenosa
Penyakit lain
[sunting | sunting sumber]- Penyakit tiroid
- Penyakit jantung bawaan, kurangnya oksigen membuat tubuh menghasilkan berbagai hormon yang membuat darah menjadi semakin membeku dan memicu CVST[13]
Pemeriksaan Pada Penderita CVST
[sunting | sunting sumber]Tahap Awal[2]
[sunting | sunting sumber]- Pemeriksaan darah lengkap, hal tersebut dapat memberikan informasi mengenai kadar darah yang bersikulasi dalam tubuh atau hal abnormal dalam tubuh.
- Panel kimia, pengujian melalui bahan-bahan kimia dapat membantu mempermudah identifikasi penyakit.
- Prothrombin time (PT) atau Masa Protrombin dilaksanakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama.[14]
- Activated partial thromboplastin time (APTT) dilaksanakan untuk memantau aktifitas faktor koagulasi intrinsik.[15]
Tahap Berkelanjutan (Resiko Tinggi)[2]
[sunting | sunting sumber]- D-dimer untuk membantu diagnosis keadaan pasien apabila terjadi aktivasi koagulasi.[16]
- Tomografi Terkomputasi atau Computed Tomography (CT Scan) sebagai teknologi neuroimaging (pemetaan otak) terbukti mampu mendeteksi kelainan pembuluh darah di otak.
- Pencitraan Resonansi Magnetik atau Magnetic Resonance Image (MRI) mampu mendeteksi CVST trombus di sinus vena.[4]
- Magnetic Resonance Venography (MRV) nonkontras terbukti cukup akurat untuk diagnosis CVST terlebihnya dengan variabilitas sinyal trombus dan artefak pencitraan.
Tatalaksana Pengidap CVST
[sunting | sunting sumber]Perawatan-perawatan utama yang harus dilakukan kepada pasien CVST antara lain: rekanalisasi penyumbatan, menjaga venous return, mengurangi risiko hipertensi vena, infark serebral dan emboli paru.[17] Terapi antikoagulan sangatlah penting bagi pasien guna untuk mencegah emboli paru dan memfasilitasi rekanalisasi. Antokoagulan terbukti dapat mengurangi koagulasi (penggumpalan darah) yang menghalangi pembuluh darah dan mencegah pembekuan darah vena.[18] Di samping itu, beberapa pasien juga melalui terapi dengan high molecular weight atau unfractionated heparin (UFH), dan low molecular weight heparin (LMWH).[19]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Penyebab Stroke Pada Anak : Cerebral Sinovenous Thrombosis". HonestDocs. Diakses tanggal 2020-02-08.
- ^ a b c Sepviyanti, Fitri; Mafiana, Rose (2018). "Tatalaksana Cerebral Venous Sinus Thrombosis dengan Alkoholik dan Perdarahan Intraserebral" (PDF). Jurnal Neuroanestesi Indonesia. 7 (1): 44.
- ^ Budiarsa, I.G.N. (2018). "Perkembangan Neurologi Bali Terkini Ke-6" (PDF). SIM DOSEN. Diakses tanggal 2020-02-08.
- ^ a b Gustavo, Saposonik; Barinagarrementeria, Fernando (2011). "Diagnosis and management of cerebral venous thrombosis: a statement for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association". Stroke. 42 (4): 1158–1192. doi:10.1161/STR.0b013e31820a8364.
- ^ "Infeksi Sistem Saraf Pusat". SehatQ. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ "Infeksi Telinga Gejala Awal Stroke". pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ P, Cheta Nilawaty (2012-09-24). "Bagaimana Dehidrasi Bisa Memicu Stroke?". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ general_alomedika (2018-08-24). "Prosedural Pungsi Lumbal pada Pasien yang Mendapat Antiplatelet". Alomedika. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Nusantara, Solusi Sistem. "Mengapa Pil KB Bisa membunuh Anda? Kontrasepsi Oral Meningkatkan Risiko Stroke! | Kesehatan". www.gatra.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Indonesia, Dokter. "Apakah Aman Melakukan Terapi Sulih Hormon???". Dokter Indonesia. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ "Penyakit Behcet Sebabkan Peradangan Pembuluh Darah". detikHealth. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Putrikrislia, Ursula Penny (2016-08-15). "Stroke Usus (Kolitis Iskemik) - Definisi". Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan - Dokter Sehat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-15. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Indonesia, Trubus Digital. "Waspada, Inilah 5 Hubungan Penyakit Jantung dengan Stroke". Trubus.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-15. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Wahdaniah, Wahdaniah; Tumpuk, Sri (2017-11-30). "Hubungan Jumlah Trombosit dengan Nilai Prothrombin Time dan Activated Partial Thromboplastin Time pada Pasien Persiapan Tindakan Operasi Caesar". Jurnal Laboratorium Khatulistiwa (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 8–12. doi:10.30602/jlk.v1i1.88. ISSN 2597-9531.
- ^ "Kelainan Perdarahan". Laboratorium Klinik Cito. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ "Pemeriksaan Laboratorium". www.prodia.co.id. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ Coutinho, C.M. (2015). "Cerebral venous thrombosis". International Society on Thrombosis and Haemostasis. 13 (1): S238–S244. doi:10.1111/jth.12945.
- ^ "Obat untuk Mengobati Stroke: Antikoagulan • Hello Sehat". Hello Sehat. 1969-12-31. Diakses tanggal 2020-02-09.
- ^ "Antikoagulan". Alodokter. 2017-01-06. Diakses tanggal 2020-02-09.