Lompat ke isi

Silase

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sapi memakan silase jagung
Potongan tanaman jagung dan biji jagung sebelum dijadikan silase
Silase matang, yang terbuat dari potongan tanaman jagung dan biji jagung

Silase adalah pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia[1] atau dijadikan biofuel melalui digesti anaerobik. Silase umumnya dibuat dari tanaman rerumputan (dari suku Gramineae), termasuk juga jagung, sorghum, dan serealia lainnya dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman, tidak hanya biji-bijiannya.[2] Silase juga bisa dibuat dari hijauan kelapa sawit,[3] singkong,[4] padi,[5] rami,[6] dan limbah pasar.[7] Silase dapat dibuat dengan menempatkan potongan hijauan di dalam silo, menumpuknya dengan ditutup plastik, atau dengan membungkusnya membentuk gulungan besar (bale).

Silase dibuat dengan teknik yang sama dalam pembuatan sauerkraut; pakan hijauan telah diawetkan untuk pakan hewan di sebagian Jerman sejak permulaan abad ke 19, dan pembuatan silase jagung telah dilakukan di Maryland pada tahun 1876 dengan menggunakan lubang yang digali di tanah.[8] Hasil yang sesuai harapan telah memicu perluasan sistem ini di Inggris.[9]

Manfaat silase adalah sebagai berikut:

  • Selama fermentasi, bakteri yang berperan di dalamnya bekerja pada kandungan selulosa dan karbohidrat pada pakan untuk menghasilkan asam lemak volatil seperti asam asetat, propionat, laktat, dan butirat. Keberadaan asam lemak menurunkan pH sehingga menciptakan lingkungan di mana bakteri perusak tidak bisa hidup. Sehingga asam lemak volatil berperan sebagai pengawet alami. Pengawetan ini merupakan hal yang penting dilakukan ketika pakan hijauan tidak tersedia di musim dingin.
  • Ketika melalui proses fermentasi, selulosa dari hijauan pecah sehingga ketika dimakan oleh hewan ternak, jalur pencernaan pada perut ruminansia menjadi lebih singkat sehingga mempercepat penyerapan nutrisi.[10][11]
  • Beberapa organisme pelaku fermentasi memproduksi vitamin, seperti lactobacillus yang menghasilkan asam folat dan vitamin B12.[12]
  • Silase dapat ditambah dengan berbagai bahan seperti bekatul selama proses pembuatannya, untuk menambah nutrisi dan memperbaiki karakteristik fisik dan kimiawi silase.[13]
  • Fermentasi menghasilkan panas, karena energi kimia dari pakan hijauan digunakan oleh bakteri untuk melakukan fermentasi. Sehingga kandungan energi silase umumnya lebih rendah daripada hijauan. Namun kekurangan ini dapat diabaikan mengingat begitu banyaknya manfaat silase. Selain itu, dengan pecahnya selulosa, energi yang digunakan hewan ruminansia untuk mencerna silase menjadi lebih sedikit.

Silase yang tidak terkonsumsi karena berlebih atau rusak, dapati dijadikan stok untuk pembuatan biogas melalui digesti anaerobik.[14] Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, pemanas ruangan, dan penerangan.

Silase sendiri tidak membahayakan. Faktor keamanan yang harus diperhatikan adalah pada proses pembuatan dan keamanan fasilitas pembuatan silase. Silo, fasilitas yang digunakan dalam pembuatan silase, merupakan struktur yang dapat runtuh dan menyebabkan kematian, terutama jika silo kelebihan muatan.[15] Pengisian dan pengeluaran muatan perlu diperhatikan.[16] Ketika silo diisi, partikulat dari bahan dapat terbakar dengan mudah dan menimbulkan reaksi berantai hingga menyebabkan ledakan, karena luas permukaan partikulat yang tinggi sehingga memudahkan reaksi oksidasi.

Proses fermentasi juga dapat menimbulkan bahaya bagi pernafasan. Gas NO yang dihasilkan pada tahap awal fermentasi mampu bereaksi dengan oksigen menghasilkan NO2 yang bersifat racun.[17]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wood, Brian J. B. Microbiology of fermented foods Volume 1&2. Springer. hlm. 73. ISBN 978-0-7514-0216-2. 
  2. ^ George, J. Ronald (1994). Extension Publications: Forage and Grain Crops. Dubuque,Iowa: Kendall/Hunt. hlm. 152. 
  3. ^ Putri, Kartika Sari Suparman; Syam, Lily Kurniaty; Ginantaka, Aditia; Sukmawati, Laras (2009). "Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit". PKM-AI. 
  4. ^ Lendrawati; M. Ridla; Ramli, Nahrowi (2011). "Kualitas fermentasi dan nutrisi silase ransum komplet berbasis hasil samping jagung, sawit dan ubi kayu (in vitro)". IPB-ana. 
  5. ^ Andriyanto (2006). "Peningkatan kesehatan dan produktivitas sapi kereman pasca gempa bumi di peternakan rakyat desa tawangrejo, kecamatan bayat, kabupaten klaten melalui pemanfaatan silase jerami padi". LPPM IPB. 
  6. ^ Safarina, Shitta Nur; Asti, Noveni Dwi; Ida Maria L.H. (2009). "Optimalisasi Kualitas Silase Rami (Boehmeria nivea, l. Gaud) melalui Penambahan Beberapa Zat Additif". PKM-AI. 
  7. ^ Vidianto, Dendy; Fatmala, Emil (2011). "Penanggulangan Pencemaran Lingkungan : Silase Dari Limbah Organik Pasar Sebagai Alternatif Pakan Ruminansia". PKM-GT. 
  8. ^ "1". Bulletin of the Maryland Agricultural Experiment Station. Maryland Agricultural Experiment Station (121-145): 6. 1907. Diakses tanggal 2012-12-01. 
  9. ^ Obituary of Thomas Kirby, Bromley Record, 1901
  10. ^ Heiman, Caley. The silage puzzle: Overcoming common challenges. The Progressive Dairyman. http://www.progressivedairy.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4783:the-silage-puzzle-overcoming-common-challenges&catid=46:feed-and-nutrition&Itemid=72 Diarsipkan 2013-10-23 di Wayback Machine.
  11. ^ J. G. Buchanan-Smith. An investigation into palatability as a factor responsible for reduced intake of silage by sheep. Animal Production: Volume 50(2) / April 1990, pp 253-260. http://journals.cambridge.org/action/displayFulltext?type=1&fid=7387032&jid=ASC&volumeId=50&issueId=02&aid=7387024
  12. ^ Filipe Santos et al. High-Level Folate Production in Fermented Foods by the B12 Producer Lactobacillus reuteri JCM1112. APPLIED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY, May 2008, Vol. 74, No. 10, p. 3291–3294. http://aem.asm.org/content/74/10/3291.full.pdf Diarsipkan 2018-07-21 di Wayback Machine..
  13. ^ Ridwan, R.; Ratnakomala, S.; Kartina, G.; Widyastuti, Y. (2005). "Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan lactobacillus plantarum 1BL-2c dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)". Media Peternakan IPB. 
  14. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-24. Diakses tanggal 2013-10-23. 
  15. ^ http://www.dairyherd.com/directories.asp?pgID=724&ed_id=243
  16. ^ Keith Bolsen and Ruth E. Bolsen. Bunker silo, drive-over pile safety precautions can save lives. Progessive Dairyman. May 15, 2012. http://www.progressivedairy.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8791:bunker-silo-drive-over-pile-safety-precautions-can-save-lives&catid=49:management&Itemid=75 Diarsipkan 2013-10-29 di Wayback Machine.
  17. ^ http://nasdonline.org/document/901/d000741/watch-out-for-silage-gas.html

Bahan bacaan terkait

[sunting | sunting sumber]
  • Making and Feeding Silage, John Murdoch, B.Sc, Ph.D. Published by Dairy Farmer (Books) Limited, Lloyd's Chambers, Ipswich, U.K. 1961)
  • Feeding baleage to horses - the ultimate guide - Horsetalk.co.nz
  • "The Owner-Built Homestead" by Barbara and Ken Kern, New York: Scribner, 1977. ISBN 0684149222
  • Zhou, Yiqin. Compar[ison of] Fresh or Ensiled Fodders (e.g., Grass, Legume, Corn) on the Production of Greenhouse Gases Following Enteric Fermentation in Beef Cattle. Rouyn-Noranda, Qué.: Université du Québec en Abitibi-Témiscamingue, 2011. N.B.: Research report.