Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij
Ikhtisar | |
---|---|
Kantor pusat | Kota Semarang, Jawa Tengah, Hindia Belanda |
Lokal | Wilayah Lingkar Muria |
Tanggal beroperasi | 1879–1959 |
Penerus | Kereta Api Indonesia |
Teknis | |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
Panjang jalur | 417 km (259 mi) |
Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij, N.V. (SJS) adalah salah satu perusahaan kereta api yang dahulu mengoperasikan jalur kereta api sepanjang 417 km di sekitar Semarang dan wilayah Muria Raya, Jawa Tengah.
Perusahaan ini mengelola jalur kereta api di Demak, Kudus, Pati, Rembang, Jepara, sebagian Blora, sebagian Grobogan, sebagian Bojonegoro, dan sebagian Tuban. Daerah ini adalah penghasil terbesar komoditas gula, kapuk, kayu jati, tras, dan bahan bangunan lainnya yang merupakan "tambang emas" angkutan perusahaan SJS. Saat ini lahan eks-SJS yang seluruhnya sudah nonaktif termasuk dalam Wilayah Aset IV Semarang.
Perusahaan ini mengusung lebar sepur 1.067 mm, termasuk lintas Trem Semarang (Jurnatan–Bulu–Banjir Kanal dan Jurnatan–Jomblang).[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembentukan SJS didasarkan konsesi izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang diterbitkan pada tanggal 1 Desember 1879, bertujuan untuk menghubungkan Semarang dengan Kudus dan Pati dengan moda kereta api.[2] Perusahaan ini disahkan pada tanggal 18 Maret 1881 dan mulai beroperasi pada tanggal 28 September 1881. Perusahaan ini didirikan oleh tiga orang, yaitu J.F. Dijkman, W. Walker, dan G.H. Clifford.[3] Sesuai namanya, modal awal jalur ini dimulai dari Semarang SJS hingga Juwana di Pati.[4]
Direktur pertama perusahaan ini adalah Mr. H.M.A Baron van Der Goes van Dirxland yang juga merangkap jabatan sebagai direktur Oost-Java Stoomtram Maatschappij sejak tanggal 7 Juni 1888. Dalam menjalankan roda perusahaannya beliau didampingi oleh seorang sekretaris dewan yang bernama C.L.J. Martens yang mengabdi sejak November 1881 hingga April 1886. Pada tanggal 29 Januari 1890, Baron van Der Goes van Dirxland meninggal dunia.
Untuk menunjang operasional, SJS mempunyai stasiun besar, yaitu Stasiun Jurnatan (atau disebut juga Semarang-Centraal atau Djoernatan). Bangunan stasiun ini berupa halte kecil yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah stasiun besar pada tahun 1913. Stasiun ini telah dinonaktifkan sejak 1974, tetapi tidak tercatat dalam daftar nama stasiun kereta api di Indonesia tahun 1950.[5][6]
Dalam gedenkboek (buku peringatan) SJS, perusahaan ini juga pernah berpatungan dengan Serajoedal Stoomtram Maatschappij, Oost-Java Stoomtram Maatschappij, dan Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij.[3]
Pembangunan lintas
[sunting | sunting sumber]Karena jalur kereta api SJS itu sendiri banyak segmennya, maka tabel di bawah ini membahas mengenai daftar segmen SJS beserta panjang dan tanggal peresmiannya.[7]
Sekitar Jurnatan
[sunting | sunting sumber]Jalur | Segmentasi lintas | Tanggal peresmian | Panjang lintas (km) |
---|---|---|---|
Jurnatan–Jomblang | Jurnatan–Jomblang | 1 Desember 1882 | 4,4 |
Jurnatan–Bulu–Banjir Kanal | Jurnatan–Bulu | 12 Maret 1883 | 3 |
Bulu–Banjir Kanal | 4 November 1899 | 0,8 | |
Cabang Jurnatan–Samarang NIS | Jurnatan–Samarang | 12 Maret 1883 | 1 |
Cabang Jurnatan menuju Kleine Boom | Jurnatan–Kleine Boom | 2 Juli 1883 | 2,5 |
Cabang Jurnatan menuju Balai Yasa Pengapon | Jurnatan–Balai Yasa Pengapon | ? | ? |
Cabang menuju Depot Pertamina Pengapon | Jurnatan–Depot Pertamina Pengapon | ? | ? |
Cabang menuju Stasiun Pendrikan SCS | Stopplaats 3, belum diketahui namanya, berada di segmen Jurnatan–Bulu yang memiliki percabangan ke Stasiun Pendrikan | ? | ? |
Sekitar Lingkar Muria Raya
[sunting | sunting sumber]Jalur | Segmentasi lintas | Tanggal peresmian | Panjang lintas (km) |
---|---|---|---|
Jurnatan–Demak | Jurnatan–Genuk | 2 Juli 1883 | 6,1 |
Genuk–Demak | 27 September 1883 | 19,7 | |
Demak–Kudus | Demak–Kudus
(sebelum Stasiun Kudus dipindah lewat Wergu Wetan) |
15 Maret 1884 | 26,4 |
Demak–Kudus | 1919 | 26 | |
Kudus–Juwana | Kudus–Pati
(saat Stasiun Kudus masih berlokasi di depan Pasar Kliwon, Kudus) |
19 April 1884 | 21,2 |
Kudus–Pati
(setelah Stasiun Kudus dipindah ke Wergu Wetan, Kudus) |
1919 | 23,2 | |
Pati–Juwana | 19 April 1884 | 13,8 | |
Juwana–Rembang | Juwana–Rembang | 1 Mei 1900 | 23 |
Juwana–Tayu | Juwana–Trangkil | 20 Mei 1899 | 8,2 |
Trangkil–Bulumanis | 15 Agustus 1899 | 7,5 | |
Bulumanis–Tayu | 1 Mei 1900 | 8,8 | |
Kudus–Mayong–Pecangaan | Kudus–Mayong
(sebelum Stasiun Kudus dipindah) |
6 September 1887 | 11,5 |
Kudus–Mayong
(setelah Stasiun Kudus dipindah) |
1919 | 14 | |
Mayong–Pecangaan | 5 Mei 1895 | 10,3 | |
Mayong–Welahan | Mayong–Welahan | 10 November 1900 | 5,5 |
Demak–Purwodadi | Demak–Godong | 15 November 1888 | 20,8 |
Godong–Purwodadi | 1 April 1889 | 18 | |
Purwodadi–Wirosari–Blora | Purwodadi–Wirosari | 1 Oktober 1889 | 21,4 |
Wirosari–Kunduran | 16 September 1893 | 18,3 | |
Kunduran–Ngawen | 22 Maret 1894 | 10,3 | |
Ngawen–Blora | 13 September 1894 | 15,3 | |
Purwodadi–Gundih PGSM | Purwodadi–Gundih | 1884 | 17,3 |
Purwodadi–Ngrombo | 1 Januari 1892
(diperpendek pasca akuisisi) |
9 | |
Wirosari–Kradenan | Wirosari–Kradenan | 1 November 1898 | 8,2 |
Rembang–Blora | Rembang–Blora | 15 Juni 1902 | 36,8 |
Blora–Cepu | Rembang–Cepu | 1 November 1901 | 33,4 |
Cepu Kota (SJS)–Cepu (NIS): | 1 Februari 1903 | 1,8 | |
Rembang–Bojonegoro
(khusus Bojonegoro–Jatirogo milik NIS) |
Rembang-Lasem | 1 Mei 1900 | 14 |
Lasem–Pamotan | 1 Juni 1914 | 10 | |
Pamotan–Jatirogo | 20 Februari 1919 | 24 |
Layanan antarmoda pelabuhan
[sunting | sunting sumber]Percabangan-percabangan berikut difungsikan untuk mempermudah distribusi dan ekspor dan impor komoditas dari dan ke Lingkar Muria Raya.
Pelabuhan | Panjang (km) |
---|---|
Tanjung Emas | 1,5 |
Juwana | 1,9 |
Rembang | 0,5 |
Pasca-kemerdekaan dan penutupan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1959. Isinya antara lain menasionalisasi seluruh jalur kereta api dan trem uap yang dahulu dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan milik Belanda, yang operasionalnya diserahkan kepada Djawatan Kereta Api (DKA).
Jalur kereta api SJS ini terus beroperasi di bawah bendera DKA, PNKA, hingga masa-masa emas PJKA pada tahun 1970-an. Walaupun demikian, ternyata jalur ini terus berguguran. Pada tahun 1975 jalur Kudus–Bakalan dan Juwana–Tayu ditutup. Kemudian disusul tahun 1984, Cepu Kota–Rembang ditutup. Tahun 1986, jalur Kemijen–Rembang dan Purwodadi–Ngemplak ditutup. Rembang–Jatirogo, ditutup pada tahun 1992. Akhirnya, jalur terakhir SJS, Blora–Demak dan Wirosari–Kradenan ditutup pada tahun 1996
Tetapi perlu dicatat bahwa dalam catatan dan foto yang dibuat dan dipotret oleh Michiel van Ballegoijen de Jong dalam bukunya yang berjudul Spoorwegstations op Java, ternyata walau jalur-jalur tersebut sudah ditutup, tetapi rel-relnya belum dibongkar[8] sebelum akhirnya dibongkar seluruhnya pada tahun 1990, ditandai dengan penutupan jalur Rembang–Blora dan Wirosari–Kradenan.
Tidak ada reaktivasi untuk jalur ini.
Armada
[sunting | sunting sumber]Seluruh armada lokomotif SJS adalah lokomotif uap. Jalur milik SJS tidak pernah dilewati lokomotif diesel sama sekali hingga tahun 1960-an. Untuk perawatan lokomotif dan kereta-kereta SJS, dipusatkan di Balai Yasa Pengapon (Balai Yasa Semarang), yang letaknya berada di sebelah tenggara Stasiun Semarang Tawang. Bangunannya dibongkar pada pertengahan tahun 1990-an.
Berikut adalah daftar lokomotif uap yang pernah dimiliki SJS:
Kelas | Mulai beroperasi | Produsen | Jumlah produksi | Foto | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
B11 | 1883 | Beyer Peacock | 4 unit lalu dioper ke Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij | Seluruh unit telah dirucat | |
B12 | 1881 | Werkspoor | 46 unit, sebagian dioper ke Oost-Java Stoomtram Maatschappij | Lokomotif B1239 dimonumenkan di Stasiun Surabaya Pasarturi. | |
B20 | 1882 | Beyer Peacock dan Werkspoor | 19 unit | Lokomotif B2014 dipajang di Museum KA Ambarawa | |
B27 | 1912 | Lokomotivbau Hartmann | 16 unit | Lokomotif B2711 disimpan di Museum KA Ambarawa. | |
C19 | 1898 | Hartmann | 12 unit | Lokomotif C1912 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. | |
D10 | 1913 | Hartmann | 6 unit | ||
D15 | 1931 | Hanomag | 5 unit |
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Pimpinan pertama SJS, Mr. H. M.A. Baron van Der Goes van Dirxland.
-
Kantor Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij di kota Semarang.
-
Foto bersama para pegawai SJS
-
Ruang kerja pejabat SJS di kantornya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij". searail.malayan.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-23. Diakses tanggal 2018-06-04.
- ^ Reitsma, S. A. (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij.
- ^ a b van Dirxland, Baron van der Goes; Martens, C.L.J. (1907). Gedenkboek samengesteld ter gelegenheid van het Vijf en Twintig-Jarig Bestaan der Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij. Den Haag: Koninklijke Nederlandse-Boek en Kunsthandel van M.M. Couvee.
- ^ Sahari), Besari, M. Sahari (Mohamad (2008). Teknologi di Nusantara : 40 abad hambatan inovasi. Jakarta: Salemba Teknika. ISBN 9789799549259. OCLC 271921449.
- ^ "Jurnatan, Tinggal Nama". Kompas.com (dalam bahasa Inggris). 2009-08-04. Diakses tanggal 2018-06-04.
- ^ Reitsma, S.A. (1930). Van Stockum's Traveller's Handbook: For the Dutch East Indies. W.P. Van Stockum & Son, Limited.
- ^ Samarang–Joana Stoomtram. Verslag der Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij. SJS.
- ^ de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Officieele reisgids der Spoor-en-Tramwegen en aansluitende automobilediensten op Java en Madoera. Solo: N.V. Sie Dhian Ho. 1926.