Raja tikus
Raja tikus adalah segerombolan tikus yang saling membelakangi dengan ekor yang saling membelit dan terikat sehingga membentuk lingkaran. Walaupun jarang sekali ditemui, namun fenomena ini menjadi terkenal di Eropa dan dianggap menjadi pertanda bencana besar, biasanya wabah.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Istilah "Raja tikus" merupakan pinjam terjemah dari bahasa Inggris Rat king, yang berasal dari bahasa Jerman Rattenkönig (raja tikus), yang juga dipinjam terjemah ke bahasa Prancis menjadi roi des rats (raja tikus). Istilah tersebut pada mulanya tidak ditujukan untuk hewan tikus, melainkan julukan bagi seseorang yang hidupnya bergantung kepada orang lain. Conrad Gesner dalam buku Historia animalium (1551–1558) menyatakan: "Beberapa orang berpendapat bahwa makin tua seekor tikus maka ia makin sehat, dan diberi asupan makanan oleh tikus-tikus yang lebih muda: ia disebut raja tikus." Martin Luther menyatakan: "Terakhir, ada Sri Paus, sang raja tikus yang berada di pucuk pimpinan." Kemudian istilah tersebut merujuk kepada seorang raja yang duduk di singgasana terbuat dari ekor-ekor tersimpul.[1]
Suatu penjelasan lain menyatakan bahwa pada mulanya dalam bahasa Prancis ia disebut rouet de rats (artinya "roda pintal [dari] tikus", dengan ekor tikus sebagai jari-jarinya), dan rouet ditulis roi (lengkapnya: roi des rats) karena pada zaman dahulu oi dalam bahasa Prancis dilafalkan [we] (seperti rouet masa kini), tetapi lambat laun oi dilafalkan [wa], dan roi yang diucapkan [ʁwɛ] ("roda pintal") ditulis rouet sementara roi yang diucapkan [ʁwa] ("raja") tetap ditulis demikian sehingga pengertian roi des rats berubah menjadi "raja tikus".[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Hart, Martin (1982). Rats. Translated from 1973 Dutch edn by Arnold J. Pomerans. Allison & Busby. hlm. 66–67. ISBN 0-85031-297-3.