Paku Alam II
Paku Alam II ꦦꦏꦸꦄꦭꦩ꧀꧇꧒꧇ | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat | |||||
Adipati Kadipaten Pakualaman | |||||
Bertakhta | 1830-1858 | ||||
Penobatan | 4 Januari 1830[1] | ||||
Pendahulu | Paku Alam I | ||||
Penerus | Paku Alam III | ||||
Kelahiran | Raden Tumenggung Natadiningrat 25 Juni 1786 Kraton Yogyakarta, Yogyakarta | ||||
Kematian | 23 Juli 1858 Pura Pakualaman, Yogyakarta[1] | (umur 72)||||
Pemakaman | |||||
Permaisuri | Gusti Kanjeng Ratu Hayu | ||||
Keturunan | Paku Alam III Paku Alam V | ||||
| |||||
Wangsa | Mataram | ||||
Ayah | Paku Alam I | ||||
Agama | Islam |
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam II dilahirkan 25 Juni 1786 (versi lain 1785) di Yogyakarta. Ia adalah putera pertama BPH Notokusumo (Paku Alam I). Bergelar (Paku Alam II)
Kiprah RT Notodiningrat dalam kancah politik telah dilakukan ketika masih muda. Ketika terjadi intrik di istana ia sempat diangkat menjadi sekretaris istana oleh pamannya, Sultan Sepuh. Notodiningrat juga turut dibuang bersama ayahnya ke Semarang dan Batavia. Selama pemerintahan Paku Alam I ia sudah mendampingi ayahnya memerintah.
Penobatan
[sunting | sunting sumber]Pada 1814 ia dilantik menjadi Pangeran Suryaningrat. Setelah ayah mangkat, maka pada 31 Desember 1829 sang pangeran ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat. Melalui perjanjian politik 1831-1832-1833 dengan Pemerintah Hindia Belanda, KGP Adipati Suryaningrat dikukuhkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II.
Sebagai Adipati Pakualaman
[sunting | sunting sumber]Dalam masa pemerintahannya ditandai dengan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian dan kesusastraan disamping meletakkan dasar pemerintahan Kadipaten Pakualaman. Kebudayaan menemukan wujud yang baru dalam kadipaten walaupun tidak meninggalkan pokoknya.
Kehidupan Pribadi
[sunting | sunting sumber]Perlu dicatat bahwa Paku Alam II dari garwa padmi (permaisuri) mendapat empat orang putra. Sementara keseluruhan putra-putrinya berjumlah 16 orang. Pada waktu ia naik tahta putra sulungnya yang bernama GPH Suryoputro telah wafat. Putra kedua yaitu GPH Suryaningrat terganggu ingatannya karena terlalu mendalami soal mistik. Putra yang ketiga GPH Nataningprang mendampinginya dalam memegang tampuk pemerintahan dan merupakan tulang punggungnya. Namun putra ketiga ini mendahului meninggal dunia pada 1857. Dengan demikian putra terakhirnya, GPH Sasraningrat, yang menggantikan membantu tampuk pemerintahan sekaligus pewaris tahta berikutnya. Akhirnya KGPA Paku Alam II mangkat pada 23 Juli 1858 setelah bertahta sekitar 30 tahun dan dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Soedarisman Poerwokoesoemo, KPH, Mr (1985) KADIPATEN PAKUALAMAN, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Paku Alam I |
Adipati Pakualaman 1830-1858 |
Diteruskan oleh: Paku Alam III |