Lompat ke isi

Kayu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pola lapisan pada permukaan kayu

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).

Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan masih banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan rumah tangga, perkantoran dan lain sebagainya.

Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.

Ilmu kayu (wood science) mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat-sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.

Beberapa jenis kayu dipilih karena bersifat kedap air, isolator, dan mudah untuk dibentuk.

Tumbuhan berkayu muncul di alam diperkirakan pertama kali pada 395 hingga 400 juta tahun yang lalu.[1] Manusia telah menggunakan kayu untuk berbagai kebutuhan sejak ribuan tahun, terutama untuk bahan bakar dan bahan konstruksi untuk membuat rumah dan senjata serta sebagai bahan baku industri (misal pengemasan dan kertas). Kayu bisa dijadikan referensi sejarah mengenai kondisi iklim dan cuaca pada masa pohon tersebut tumbuh melalui variasi jarak antar cincin pertumbuhan.[2]

Mata kayu
Penampang melintang kayu. Titik bagian dalam adalah empulur, bagian kayu berwarna gelap adalah kayu teras, dan bagian berwarna terang adalah bagian kayu hidup (kayu gubal, memiliki pembuluh kayu fungsional).

Batang pohon yang dipotong melintang akan memperlihatkan bagian-bagian kayu, yang kerap kali berbeda warna. Bagian terdalam adalah empulur yang lunak, lalu ke bagian luar adalah kayu teras, kayu gubal, dan terakhir adalah pepagan (kulit kayu). Bagian percabangan akan memperlihatkan pola khusus, yang biasa disebut sebagai "mata kayu".

Cincin pertumbuhan

[sunting | sunting sumber]

Cincin pertumbuhan atau juga disebut lingkaran tumbuh adalah gambar pola-pola konsentrik pada penampang melintang kayu. Terbentuknya cincin pertumbuhan kayu ini adalah karena terjadinya perbedaan musim yang dialami oleh pohon tersebut. Pada satu tahun pohon akan mengalami periode dengan pertumbuhan cepat dan periode dengan pertumbuhan yang lambat, dan itu mempengaruhi pertumbuhan diameter batang pohon. Diameter yang bertumbuh cepat, lalu melambat, akan membentuk cincin satu tahun, dan seterusnya.

Bagian paling tengah dari cincin pertumbuhan kayu merupakan tahap hidup awal dari sebuah pohon yang masih mengalami pertumbuhan relatif lebih cepat, sehingga massa jenisnya lebih rendah dibandingkan dengan bagian kayu dari cincin pertumbuhan yang dekat dengan kulit terluarnya.[3]

Mata kayu

[sunting | sunting sumber]

Mata kayu atau knot adalah bagian dari kayu yang merupakan dasar dari percabangan atau kuncup yang dorman. Mata kayu memiliki pengaruh terhadap kayu, dan sering kali berpengaruh negatif. Mata kayu mengurangi kekuatan kayu sehingga akan bernilai rendah ketika digunakan sebagai struktur bangunan atau keperluan lain di mana kekuatan menjadi pertimbangan.[4] Namun untuk tujuan seni, keberadaan mata kayu dapat meningkatkan nilai.

Kayu teras

[sunting | sunting sumber]

Kayu teras (disebut juga heartwood, duramen[5]) adalah kayu yang terbentuk lebih awal pada suatu pohon dan telah mati dan terletak di bagian dalam dari sebuah kayu. Kayu teras tidak memiliki pembuluh yang berfungsi lagi. Kayu teras sebelumnya adalah kayu gubal (bagian dari kayu yang masih hidup) yang mengalami penumpukan mineral. Keberadaan mineral ini menjadikan kayu teras cenderung lebih keras dibandingkan kayu gubal. Seiring dengan pertumbuhan kayu, diameter batang melebar, saluran pembuluh baru terbentuk dekat dengan tepi luar, dan saluran pembuluh yang lebih dalam perlahan mati. Meski dikatakan telah mati, kayu teras masih menanggapi respon terhadap organisme yang menyerang kayu, meski hanya sekali.[6] Biasanya kayu teras dapat dibedakan dengan kayu gubal secara visual. Namun tidak semua tumbuhan berkayu menghasilkan kayu teras.

Kayu teras bukanlah komponen terpenting dari sebuah pohon, karena pohon yang sudah berusia terlalu tua, bagian kayu terasnya dapat saja sudah membusuk namun pohon tersebut masih tetap hidup.

Kayu gubal

[sunting | sunting sumber]

Kayu gubal (disebut juga sapwood, alburnum[5]) adalah bagian dari kayu yang dekat dengan tepi luar dan masih hidup.[7] Semua kayu pada awalnya adalah kayu gubal hingga ia mati dan membentuk kayu teras. Kayu gubal mengandung pembuluh yang menghantarkan air dari akar ke daun dan juga untuk menyimpan air. Semakin banyak jumlah daun, semakin besar volume kayu gubal. Kayu gubal lebih tebal di batang bagian atas, tetapi secara volume sama dengan batang bagian bawah.

Kayu keras dan kayu lunak

[sunting | sunting sumber]

Ada kaitan yang erat antara sifat-sifat kayu dengan sifat jenis pohon yang menghasilkannya. Kerapatan (densitas) kayu bervariasi menurut spesiesnya dan menentukan kekuatan kayu tersebut. Kayu mahoni dan jati, misalnya, memiliki kerapatan sedang hingga tinggi, sehingga baik untuk diolah sebagai furniture dan kayu konstruksi. Akan tetapi kayu dadap dan kapuk kerapatannya rendah, sehingga hanya layak untuk membuat begisting atau penggunaan lain yang tidak memerlukan banyak kekuatan.

Namun, pengertian 'kayu keras' dan 'kayu lunak' dalam bahasa Inggris (yakni hardwood dan softwood, berturut-turut) lebih terkait dengan kelompok tumbuhan yang menghasilkannya. Hardwood dihasilkan oleh jenis-jenis pohon berdaun lebar (kelompok dikotil), sedangkan softwood dihasilkan oleh pohon-pohon berdaun jarum (konifer). Dalam kenyataannya, jenis-jenis 'kayu keras' tertentu, yang memiliki kerapatan rendah, bisa jadi lebih lunak daripada beberapa jenis 'kayu lunak' berkerapatan tinggi.

Sifat fisik

[sunting | sunting sumber]

Setiap jenis kayu memiliki sifat fisik yang bervariasi, yang menentukan kualitas dan fungsi dari kayu tersebut. Kayu lunak (softwood) misalnya lebih dipilih untuk menjadi kertas karena mudah dihancurkan dan dijadikan pulp. Sedangkan kayu keras (hardwood) digunakan sebagai tiang bangunan. Selain itu, keberadaan fitur tertentu seperti knot (mata kayu) dan warna juga mempengaruhi. Kayu merupakan hasil dari tumbuhan hidup dengan serat yang tidak homogen, sehingga sifat fisiknya tidak akan sama secara radial (dari bagian empulur ke luar) dan longitudinal (memanjang kayu, dari bawah ke atas).

Kadar air

[sunting | sunting sumber]

Air terdapat di dalam kayu dalam bentuk:

Secara teori tidak pernah ada kayu yang seratus persen tanpa kadar air meski dikeringkan di dalam tanur (oven) sekalipun. Sehingga pengukuran kadar kayu yang, biasanya untuk keperluan kimiawi, kayu yang dikeringkan dengan tanur dapat dikatakan "kering absolut".

Efek keberadaan air di dalam kayu adalah menjadikan kayu lebih lunak dan mudah dibentuk. Sehingga kadar air ini mempengaruhi sifat fisik lainnya seperti kekuatan tarik dan kekuatan tekan.

Unsur kimiawi

[sunting | sunting sumber]

Selain air, kayu memiliki tiga komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Gabungan dari ketiganya disebut dengan lignoselulosa.

Selulosa merupakan senyawa polimer kristalin turunan dari glukosa, yang mengisi sekitar 41-43% dari kayu. Hemiselulosa merupakan pentosa yang terhubung secara tidak beraturan, dan mengisi 20% pada tumbuhan berdaun lebar, dan 30% di konifer. Lignin tersusun dari cincin aromatik hidrokarbon yang memiliki sifat hidrofobik dan mengisi sekitar 23% pada tumbuhan berdaun lebar dan 27% pada konifer. Dalam ilmu kimia, perbedaan antara kayu keras dan kayu lunak ada pada jumlah dan jenis lignin yang terkandung di dalamnya.[8]

Senyawa ekstraktif

[sunting | sunting sumber]

Selain lignoselulosa, kayu terdiri dari berbagai jenis senyawa organik yang disebut dengan senyawa ekstraktif yang jumlah dan jenisnya bervariasi tergantung dari spesies pohonnya. Kayu memiliki senyawa ekstraktif berupa asam lemak, resin, lilin, dan terpena. Senyawa ekstraktif ini memiliki manfaat seperti melindungi batang kayu dari hama. Senyawa ekstraktif merupakan salah satu dari hasil hutan non-kayu.[9][10]

Kayu monokotil

[sunting | sunting sumber]
Kelapa merupakan tumbuhan monokotil yang menghasilkan "kayu"

Secara kasar, terdapat berbagai jenis batang yang dalam definisi non-botani (terutama dalam perdagangan) juga disebut dengan kayu. Bambu secara botani merupakan monokotil dari suku rumput-rumputan yang memiliki batang dengan kekuatan yang dapat disetarakan dengan kayu. Saat ini bambu banyak digunakan sebagai bahan bangunan, lantai, papan, dan sebagainya di mana sebelumnya didominasi oleh kayu. Batang tumbuhan monokotil lainnya yang juga disebut kayu adalah batang pohon palem. Batang dari pohon genus Pandanus, Dracaena, dan Cordyline juga dapat digunakan sebagai pengganti kayu dalam skala kecil.

Bahan bakar

[sunting | sunting sumber]

Kayu telah lama digunakan sebagai bahan bakar hingga saat ini, terutama di pedesaan. Kayu keras lebih dipilih sebagai bahan bakar karena mampu terbakar lebih lama dengan asap yang lebih sedikit. Tungku pembakaran dengan cerobong asap (fireplace) banyak dibangun di rumah di kawasan beriklim sedang yang bertujuan untuk memberikan kehangatan di dalam rumah.[11]

Selain dibakar secara langsung, kayu dapat dijadikan biofuel dengan mengolah biomassa lignoselulosa dengan gasifikasi, pirolisis, dan biokimia menghasilkan berbagai jenis bahan bakar seperti syngas, biometanol, bioetanol, dimetil eter, dan butanol tergantung jenis proses yang digunakan.

Seniman dapat menggunakan kayu sebagai bahan pembuatan pahatan

Kayu telah lama digunakan sebagai media seni untuk membuat pahatan kayu. Patung totem hasil karya masyarakat pribumi Amerika Utara dibuat dari kayu konifer, biasanya Cedar Merah (Thuja plicata).

Berbagai jenis alat musik, seperti biola dan gitar terbuat dari kayu. Jenis kayu yang dipilih disesuaikan dengan nada yang diinginkan.

Berbagai peralatan olahraga seperti pemukul baseball dan lantai arena basket terbuat dari kayu. Papan ski, tongkat hoki, busur panah juga biasanya terbuat dari kayu namun kini telah banyak digantikan oleh bahan polimer dan logam.

Kedokteran

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2010, para ilmuwan Italia mengatakan bahwa kayu dapat digunakan sebagai bahan pengganti tulang. Diperkirakan pada tahun 2015 metode ini dapat diaplikasikan ke manusia.[12]

Bahan salib Kristen

[sunting | sunting sumber]

Kayu merupakan bahan yang digunakan dalam peristiwa penyaliban Yesus (crux dalam bahasa Latin; stauros dan xylon dalam bahasa Yunani), berupa sebuah balok kayu tegak dengan tambahan palang horisontal sehingga membentuk "salib" atau struktur berbentuk T. Kata crux dalam zaman pra-imperial Romawi merujuk pada tiang gantungan atau tiang pancang, suatu instrumen yang terbuat dari kayu dan digunakan untuk melakukan eksekusi,[13] namun belum tentu bersilangan atau membentuk "salib".[14] Dalam Perjanjian Baru, Petrus tercatat dua kali menggunakan kata xylon (dalam Alkitab bahasa Inggris "tree", dalam Alkitab TB "kayu salib") sementara Paulus hanya satu kali menggunakan kata xylon.[15][16][17][18] Dalam naskah-naskah Yunani, kata xylon (secara harfiah bermakna "potongan kayu") dapat digunakan untuk menyebut setiap objek yang terbuat dari kayu, termasuk dalam konteks yang berbeda-beda, tiang gantungan, batang kayu, patok dan pancang. Karenanya, salib Kristen tradisional dengan palang horisontal juga dapat disebut xylon.[19] Pesta Salib Suci dirayakan sebagai penghormatan secara khusus terhadap kayu salib yang digunakan dalam peristiwa penyaliban Yesus.[20][21][22]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "N.B. fossils show origins of wood". CBC.ca. August 12, 2011. Diakses tanggal August 12, 2011. 
  2. ^ Briffa K.; Shishov, V. V; Melvin, T. M; Vaganov, E. A; Grudd, H.; Hantemirov, R. M; Eronen, M.; Naurzbaev, M. M; et al. (2008). "Trends in recent temperature and radial tree growth spanning 2000 years across northwest Eurasia". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences. 363 (1501): 2271–2284. doi:10.1098/rstb.2007.2199. PMC 2606779alt=Dapat diakses gratis. PMID 18048299. 
  3. ^ Wood growth and structure www.farmforestline.com.au
  4. ^ Record, Samuel J (1914). The Mechanical Properties of Wood. J. Wiley & Sons. hlm. 165. ISBN B000863N3W Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  5. ^ a b  Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Alburnum". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press. 
  6. ^ Shigo 1986, 54.
  7. ^ Capon 2005, hlm. 65.
  8. ^ W. Boerjan, J. Ralph, M. Baucher (2003). "Lignin biosynthesis". Ann. Rev. Plant Biol. 54 (1): 519–549. doi:10.1146/annurev.arplant.54.031902.134938. PMID 14503002. 
  9. ^ Mimms, Agneta (1993). Kraft Pulping. A Compilation of Notes. TAPPI Press. hlm. 6–7. ISBN 0-89852-322-2. 
  10. ^ Fiebach, Klemens; Grimm, Dieter (2000). "Resins, Natural". Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry. doi:10.1002/14356007.a23_073. ISBN 978-3-527-30673-2. 
  11. ^ "Clean Burning Wood Stoves and Fireplaces". 
  12. ^ "Scientists make bones from wood". BBC News. January 3, 2010. 
  13. ^ "wood, tree or frame in which it is impaled, fixed or hanged criminals." T. Lewis, Charlton; Short, Charles, A Latin Dictionary. Harper and Brothers publishers. New York in 1879. Oxford University Press.[1] [2]
  14. ^ "even among the Romans the crux (from which our cross is derived) appears to have originally been a stick upright, and this always remained the more prominent part". P. Fairbairn (1874). The Imperial Bible-Dictionary. I. London. hlm. 376. 
  15. ^ 1 Peter: a new translation with introduction and commentary: Volume 37, Part 2 John Hall Elliott - 2000 "... the light of this Deuteronomic passage ("cursed of Cod is everyone who hangs on a tree [epi xylon])," Deut 21:23
  16. ^ The Acts of the Apostles - Page 98 Luke Timothy Johnson, Daniel J. Harrington - 1992 ".. which derives from the LXX usage for "hanging" (Josh 8:29; 10:24), and above all from the curse passage of Deut 21:23"
  17. ^ 1 Peter: a new translation with introduction and commentary John Hall Elliott - 2000 "The use of "tree" also distinguishes 1 Peter from Paul who, apart from Gal 3:13, employs stauros, never xylon, for the cross of Christ (cf. 1 Cor 1:17, 18; Gal 5:1 1; 6:12, 14; Phil 2:8; 3:18). By contrast, the Petrine author employs ..."
  18. ^ 1 and 2 Peter, Jude Norman Hillyer - 2011 "Peter's description of the cross of Christ as a tree (xylon) is a favorite expression of his, for it recurs in his addresses in Acts (5:30; 10:39). According to Deuteronomy 21:22–23LXX, one who broke the Mosaic law was to be hanged on a tree"
  19. ^ In Liddell and Scott, the meanings of the word "ξύλον" are classified under five headings::I. wood cut and ready for use, firewood, timber (in these senses the word is usually in the plural);:II. piece of wood, log, beam, post or an object made of wood, such as a spoon, the Trojan horse, a cudgel or club, an instrument of punishment (a collar for someone's neck, stocks to confine his feet or to confine his neck, arms and legs, a gallows to hang him, or a stake to impale him), a table, a bench as in the theatre;:III. a tree:IV. a blockhead or a stubborn person;:V. a measure of length. /ptext?doc=Perseus:text:1999.04.0057:entry=# 71752 Liddell and Scott: ξύλον Diarsipkan 2005-02-13 di Wayback Machine.
  20. ^ Fernand Cabrol (1908). "The True Cross". The Catholic Encyclopedia. 4. New York: Robert Appleton Company – via New Advent. 
  21. ^ Very Rev. Fr. Krikor Maksoudian; Christopher H. Zakian. "About the Exaltation of the Cross". Diocese of the Armenian Church of America (Eastern). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-13. Diakses tanggal 2016-11-12. 
  22. ^ "Elevation of the Holy Cross". OrthodoxWiki. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Definisi kamus kayu di Wikikamus
  • Media tentang Wood di Wikimedia Commons