Kapal penjelajah Jepang Kinugasa
Kinugasa sedang ditugaskan di Kobe
| |
Sejarah | |
---|---|
Kekaisaran Jepang | |
Nama | Kinugasa |
Asal nama | Gunung Kinugasa |
Dipesan | 1923 (Tahun Fiskal) |
Pembangun | Kawasaki Heavy Industries |
Pasang lunas | 24 Oktober 1924 |
Diluncurkan | 24 Oktober 1926 |
Mulai berlayar | 30 September 1927[1] |
Dicoret | 15 Desember 1942 |
Nasib | Tenggelam tanggal 13 November 1942 oleh serangan pesawat terbang di titik 08°45′S 157°00′E / 8.750°S 157.000°E |
Ciri-ciri umum | |
Kelas dan jenis | Kapal penjelajah kelas-Aoba |
Berat benaman |
|
Panjang | 185,17 m (607 ft 6 in) |
Lebar |
|
Sarat air |
|
Tenaga | 102.000 shp (76.000 kW) |
Pendorong |
|
Kecepatan | 3.343–36 kn (6.191–67 km/h; 3.847–41 mph) |
Jangkauan | |
Awak kapal | 643 (inisial); 657 (final) |
Senjata |
|
Pelindung |
|
Pesawat yang diangkut |
|
Fasilitas penerbangan | 1 × katapel pesawat terbang |
Kinugasa (衣笠 ) adalah sebuah kapal penjelajah berat kelas Aoba yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Namanya diambil dari Gunung Kinugasa, yang terletak di Yokosuka, Kanagawa, Jepang.
Konstruksi
[sunting | sunting sumber]Dibangun pada 24 Oktober 1924, 2 tahun berselang diperkenalkan kepada publik dan ditugaskan pada tahun 1927. Awal desainnya, ia akan dijadikan sebagai bagian dari kelas Furutaka. Namun dengan hadirnya senjata berturet ganda dan ketapel untuk pesawat pengintainya, menjadikan Kinugasa amat berbeda, meski stabilitasnya bermasalah.
Masa dinas
[sunting | sunting sumber]Debutnya dimulai pada Perang Sino-Jepang, meski begitu dirinya sempat dimodernisasi di Sasebo Naval Yard hingga 1940. Pada 1941, Kinugasa ditugaskan ke Divisi Jelajah ke-6, sebagai kapal benderanya Laksamana Muda Aritomo Goto sebagai bagian dari Armada Pertama dibawah pimpinan Laksamana Madya Takasu Shiro. Divisi Jelajah ke-6 terdiri dari Kinugasa, Aoba, Furutaka dan Kako.
Saat Pearl Harbour diserang, Divisi Jelajah ke-6 membantu invasi Jepang ke Guam dan Kep. Wake. Dari January ke Mei 1942, Kinugasa kembali membantu invasi Jepang ke Kep. Solomon dan Papua Nugini di Rabaul, Kavieng, Buka, Shortland, Kieta, Manus Island, Admiralty Islands dan Tulagi.
Saat Perang Laut Koral terjadi, Divisi Jelajah ke-6 bersama dengan kapal induk ringan Shōhō pada 7 Mei 1942 pukul 11:00 terjadi serangan yang amat cepat dan telak. Shōhō diserang dan tenggelam oleh 93 pesawat pengebom tukik Douglas SBD Dauntless dan pesawat pengebom torpedo Douglas TBD Devastator dari kapal induk USS Yorktown and Lexington.
Menyusul 46 SBD, 21 TBD dan 15 Grumman F4F Wildcat dari Yorktown dan Lexington merusak kapal induk Shōkaku. Sementara Furutaka and Kinugasa tanpa kerusakan sekalipun mengawal Shōkaku kembali ke Truk.
Selama 1942, Kinugasa diperbaiki dan ditempatkan di Armada ke-8 Jepang dibawah pimpinan Laksamana Mikawa. Dan disinilah kisah singkat namun manis akan diceritakan.
Saat Pertempuran Laut Pulau Savo, Kinugasa bersama Armada ke-8 Jepang menghadapi Armada Sekutu pimpinan Laksamana Fletcher. Armada Sekutu kehilangan penjelajah USS Astoria, Quincy, Vincennes dan HMAS Canberra. Kapal penjelajah USS Chicago mengalami kerusakan beserta perusak USS Ralph Talbot dan Patterson. Sementara itu, Armada ke-8 Jepang hanya mengalami kerusakan di Chokai, Furutaka dan Aoba. Tragis, Kako tenggelam oleh kapal selam S-44
Kemudian pada Pertempuran Tanjung Esperance, justru 180 derajat berbalik, jika Armada Jepang mampu menenggelamkan sejumlah kapal pada pertempuran sebelumnya, kini justru mereka kehilangan Furutaka dan Fubuki karena tembakan sesama kawan sendiri. Aoba mengalami kerusakan berat dan Kinugasa masih cukup utuh.
Ironis pada 14 November 1942, sebuah bom dari pesawat musuh meledakkan kapalnya menewaskan Kapten Sawa dan beberapa orang lainnya. Butuh 17 SBD Dauntless dari kapal induk Enterprise dan USMC Avenger untuk memaksa Kinugasa mengalami luka yang telak. Setelahnya ia tenggelam dengan cepat dan 511 kru kapalnya tewas. Akhir 1942, Kinugasa dihapus dari daftar militer. Kekalahan yang amat telak pasca kemenangan di Guadalkanal dan Kepulauan Savo membuat Jepang syok berat.
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Lacroix, Japanese Cruisers, hal. 794
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-914-X.
- D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X.
- Dull, Paul S. (1978). A Battle History of the Imperial Japanese Navy, 1941–1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-097-1.
- Howarth, Stephen (1983). The Fighting Ships of the Rising Sun: The drama of the Imperial Japanese Navy, 1895–1945. Atheneum. ISBN 0-689-11402-8.
- Jentsura, Hansgeorg (1976). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-893-X.
- Lacroix, Eric; Linton Wells (1997). Japanese Cruisers of the Pacific War. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-311-3.
- Whitley, M.J. (1995). Cruisers of World War Two: An International Encyclopedia. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-141-6.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Parshall, Jon; Bob Hackett; Sander Kingsepp; Allyn Nevitt. "Imperial Japanese Navy Page CombinedFleet.com: Furutaka class". Diakses tanggal 4 April 2016.
- Tabular record: CombinedFleet.com: Kinugasa history (Retrieved 4 April 2016.)
- Gallery: US Navy Historical Center Diarsipkan 2006-06-24 di Wayback Machine.