Kali Jatikramat
Kali Jatikramat Kali Djatikramat, Kali Jati Kramat | |
---|---|
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jakarta |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | |
- lokasi | Sungai Bekasi, Jawa Barat (hulu sumber dari Jonggol, Bogor) |
Muara sungai | Banjir Kanal Timur |
Panjang | 145 km (90 mi) |
Luas DAS | DAS: 165 km2 (64 sq mi) |
Informasi lokal | |
Zona waktu | WIB (UTC 7) |
GeoNames | 1642719 |
Kali Jatikramat adalah sungai yang mengalir di Kota Bekasi, Jawa Barat, dan bagian timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia.[1] Bagian hilir sungai ditampung di Banjir Kanal Timur yang meneruskan hingga bermuara di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.[2] Sungai ini sering menyebabkan banjir di Kota Bekasi[3] dan Jakarta.[4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kali Jatikramat terkait erat dengan Kali Cakung dan Kali Buaran. Ketiganya berkelok-kelok datang dari Bekasi dan saling terhubung hingga muara di Teluk Jakarta di kawasan Marunda melalui Cakung Drain. Dulu, ketiga sungai itu sumber air untuk persawahan, bahkan bisa diminum.[5] Aslinya tidak terlalu dalam, hingga tahun 1990, lebar sungai itu hanya sekitar 3 meter akibat tergerus erosi terus-menerus.[6] Kebiasaan warga membuang sampah membuat kualitas air menjadi sangat buruk.[6]
Kali Buaran dan Kali Jati Kramat sering meluap dan menyebabkan banjir. Pada tahun 2007 Kantor pengolahan air PT Aetra di pinggir Kali Jati Kramat terendam hingga 1 meter.[5] Penelitian evolusi lahan di DKI Jakarta oleh Pieter J Kunu dan H Lelolterry, dosen pertanian Universitas Pattimura, Ambon, menunjukkan bahwa hal ini disebabkan karena pembangunan kota yang membuat 85 persen lahan di Jakarta kedap air, sehingga air permukaan tak lagi dapat diserap tanah dan akibatnya terjadi banjir. Jalan keluarnya ialah menambah badan air buatan untuk menampung air permukaan, yaitu Banjir Kanal Timur.[5] Kanal ini memotong Kali Cakung, Buaran, Jati Kramat, Sunter, dan Cipinang, merupakan upaya teknologi mengatasi banjir, memberikan ruang bagi air di timur dan utara Jakarta. Sejak terpotong kanal, aliran air kelima sungai yang datang dari hulu kini bermuara di Kanal Timur. Sementara alur kelima sungai setelah terpotong kanal digunakan sebagai drainase pembuangan dari saluran-saluran permukiman dan industri. Dengan adanya Kanal Timur, ada banyak permukiman terselamatkan dari banjir.[5] Namun, Kanal Timur juga mengubah bentuk Kali Jati Kramat, karena alur sungai ini tidak tampak lagi setelah terpotong Kanal Timur,[5] meskipun pada peta lama tampak tersambung ke Kali Buaran sepanjang hampir 50 meter.[7]
Alur Kali Jati Kramat di belakang kompleks Kavling DKI Pondok Kelapa masih terjaga keasriannya. Kanan dan kiri sungai itu masih hijau dan aliran airnya jernih. Tak ditemukan sampah mengambang di atas aliran itu. Kali Jati Kramat tetap terjaga karena warga kompleks mengelola sampah secara mandiri, menggunakan tenaga kebersihan untuk mengangkut sampah rumah tangga sehingga tak ada yang buang sampah ke kali.[5]
Hidrologi
[sunting | sunting sumber]Daerah aliran sungai (DAS) Jatikramat di Kota Bekasi meliputi aliran air yang berasal dari Sungai Cileungsi, Cikeas maupun Sungai Bekasi, ketiga sungai ini memiliki hulu di Jonggol, Bogor.[3]
Kali Jatikramat di Jakarta panjangnya 14,5 kilometer (9,0 mi), dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) seluas 16,50 km².[8] Curah hujan harian rata-rata sebesar 154 mm, dan debit puncak 45 m³.[8]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Sungai ini mengalir di wilayah barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[9] Suhu rata-rata setahun sekitar 28 °C. Bulan terpanas adalah September, dengan suhu rata-rata 31 °C, and terdingin Mei, sekitar 26 °C.[10] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.[11]
Normalisasi
[sunting | sunting sumber]Memasuki tahun 2000, alur Jati Kramat diluruskan, dikeruk, dan tebingnya diperkuat, di beberapa tempat dengan beton. Lebar alur sungai itu menjadi sekitar 5 meter dengan kedalaman lebih dari 3 meter.[6] Normalisasi Kali Jatikramat di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, dikerjakan lagi sejak tahun 2015.[12] Normalisasi sangat penting dilakukan di kali yang memiliki lebar sekitar 10 meter dan volumenya sekitar 200 meter tersebut, karena setiap musim hujan, wilayah sekitarnya masih tergenang banjir. Program normalisasi tersebut dituntaskan hingga sampai muaranya yang berada di Kanal Banjir Timur (KBT).[13]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kali Jatikramat - Geonames.org.
- ^ Wujudkan Wisata Sungai, Kemenpar Dukung Sport Tourism BKT 5K - Nofie Tessar, Liputan6, 13 Sep 2017.
- ^ a b Wali kota Bekasi Bakal Relokasi Warga Bantaran Kali Jatikramat Diarsipkan 2017-10-03 di Wayback Machine. - PosKota News - 8 Desember 2015
- ^ Kali Buaran Meluap, Permukiman di Taman Malaka Selatan Tergenang, Robertus Belarminus, Kompas.com - 21 Feb 2017.
- ^ a b c d e f Tiga Sungai Menghidupkan Timur Jakarta, Kompas.com - 28 Mei 2016.
- ^ a b c Kesadaran Menjaga Sungai yang Semakin Runtuh. Kompas.com - 08 Jun 2016.
- ^ Kanal Timur yang Mengubah Alur Sungai. Kompas.com - 24 Mei 2016.
- ^ a b BBWS Ciliwung Cisadane. Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane (PBPS CC). Archived in Konservasi DAS Ciliwung - April 2012.
- ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11. doi:10.5194/hess-11-1633-2007.
- ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-06. Diakses tanggal 2017-10-03.
- ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2017-10-03.
- ^ Normalisasi Kali Rutin, Rawan Banjir Berkurang Diarsipkan 2017-10-03 di Wayback Machine.. PosKota News. 22 November 2015
- ^ Sudin Tata Air Jaktim Bakal Normalisasi Kali Jati Kramat - Tribun News- Warta Kota, 14 Jun 2015.